Rabu, 26 Agustus 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (68) Puasa hari ‘Asyura’

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ
Bab: Puasa hari ‘Asyura’
Ini adalah bab terahkir dari kitab “Puasa”. Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan tentang hukum dan sejarah berpuasa pada hari ‘Asyura’, dengan meriwayatkan 8 hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Ibnu ‘Umar, Aisyah, Mu’awiayh bin Abi Syufyan, Ibnu ‘Abbas, Abu Musa Al-Asy’ariy, dan Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhum.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1896 - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ [الضحاك بن مَخلد]، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ [بن زيد بن عبد الله بن عمر]، عَنْ سَالِمٍ [بن عبد الله بن عمر]، عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَوْمَ عَاشُورَاءَ إِنْ شَاءَ صَامَ»
1896 - Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim [Adh-Dhahhaq bin Makhlad], dari 'Umar bin Muhammad [bin Zayd bin Abdillah bin ‘Umar], dari Salim [bin Abdillah bin Umar], dari bapaknya radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Hari 'Asyura', jika mau maka ia boleh berpuasa".
1897 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبى حمزة]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ»
1897 - Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi’ Al-Bahraniy], telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah], dari Az-Zuhriy berkata: Telah mengabarkan kepada saya 'Urwah bin Az-Zubair bahwa 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan puasa pada hari 'Asyura' (10 Muharam). Setelah diwajibklan puasa Ramadhan, maka siapa yang mau silakan berpuasa dan siapa yang tidak mau silakan berbuka (tidak berpuasa) ".
1898 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: «كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ»
1898 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Hisyam bin 'Urwah, dari bapaknya, bahwa 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Orang-orang Quraisy pada masa Jahiliyah melaksanakan puasa hari 'Asyura' dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakannya. Ketika Beliau sudah tinggal di Madinah Beliau tetap melaksanakannya dan memerintahkan orang-orang untuk melaksanakannya pula. Setelah diwajibklan puasa Ramadhan Beliau meninggalkannya. Maka siapa yang mau silakan berpuasa dan siapa yang tidak mau silakan meninggalkannya".
1899 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ [بن عوف]، أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا- يَوْمَ عَاشُورَاءَ عَامَ حَجّ عَلَى المِنْبَرِ يَقُولُ: يَا أَهْلَ المَدِينَةِ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ؟ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبِ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، وَأَنَا صَائِمٌ، فَمَنْ شَاءَ، فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ، فَلْيُفْطِرْ»
1899 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Humaid bin 'Abdurrahman [bin ‘Auf] bahwa dia mendengar Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma pada hari 'Asyura' ketika tahun penyelenggaraan haji dari atas mimbar berkata: Wahai penduduk Madinah, mana para 'ulama kalian? Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ini adalah hari 'Asyura' dan Allah belum mewajibkan puasa atas kalian dan sekarang aku sedang berpuasa, maka siapa yang mau silakan berpuasa dan siapa yang tidak mau silakan berbuka (tidak berpuasa) ".
1900 - حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ [عبد الله بن عمرو المُقْعَدُ]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ [بن سعيد]، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ [السختياني]، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
1900 - Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar [Abdullah bin ‘Amr Al-Muq’ad], telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits [bin Sa’id] telah menceritakan kepada kami Ayyub [As-Sakhtiyaniy] telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Sa'id bin Jubair dari bapaknya dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah sampai dan tinggal di Madinah, Beliau melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari 'Asyura' lalu Beliau bertanya: "Kenapa kalian mengerjakan ini?"
Mereka menjawab: "Ini adalah hari kemenangan, hari ketika Allah menyelamatkan Bani Isra'il dari musuh mereka lalu Nabi Musa Alaihissalam menjadikannya sebagai hari berpuasa".
Maka Beliau bersabda: "Aku lebih berhak dari kalian terhadap Musa".
Lalu Beliau memerintahkan untuk berpuasa.
1901 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن أسامة]، عَنْ أَبِي عُمَيْسٍ [عتبة بن عبد الله المسعودي]، عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَعُدُّهُ اليَهُودُ عِيدًا، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَصُومُوهُ أَنْتُمْ»
1901 - Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah [Hammad bin Usamah], dari Abu 'Umais [‘Utbah bin ‘Abdillah Al-Mas’udiy], dari Qais bin Muslim, dari Thoriq bin Sihab, dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata: "Hari 'Asyura' telah dijadikan oleh orang-orang Yahudi sebagai hari raya mereka, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berpuasalah kalian pada hari itu".
1902 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا اليَوْمَ، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ»
1902 - Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa dari Ibnu 'Uyainah dari 'Ubaidullah bin Abu YAzid dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Tidak pernah aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari 'Asyura' dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan".
1903 - حَدَّثَنَا المَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنْ أَسْلَمَ: " أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ: أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ، فَإِنَّ اليَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ "
1903 - Telah menceritakan kepada kami Al Makkiy bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu 'Ubaid dari Salamah bin Al-Akwa' radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan seseorang dari suku Aslam untuk menyerukan kepada manusia, bila ada seseorang yang sudah makan maka hendaklah ia mengganti puasanya pada hari yang lain dan siapa yang belum makan hendaklah dia meneruskan puasanya karena hari ini adalah hari 'Asyura'".
Penjelasan singkat 8 hadits di atas:
  1. Biografi Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
  1. Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
  1. Biografi Mu’awiyah bin Abi Sufyan Sakhr bin Harb, Abu Abdirrahman Al-Qurasyiy Al-Umawiy radhiyallahu ‘anhu.
Mu’awiyah adalah salah seorang sahabat Rasulullah sesuai kesepakatan ummat, ia adalah salah satu penulis wahyu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Memeluk Islam bersama bapaknya setelah Fathu Makka, adayang berpendapat bahwa ia memeluk Islam ketika perjanjian Hudaibiyah tapi masih menutupi keIslamannya. Diangkat oleh Umar sebagai amir di Syam dan tetap menjabat di masa Utsman. Kemudian menjadi Khalifah umat Islam selama 20 tahun. Beliau wafat tahun 60 hijriyah di Dimasyq.
Ø  Dari Abdurrahman bin Abi ‘Umairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a untuk Mu’awiyah:
«اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِ بِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Ya Allah, jadikanlah ia pemberi hidayah, mendapat hidayah, dan berilah manusia hidayah karenanya”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø  Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Pada suatu ketika, saya sedang bermain bersama anak-anak. Tiba-tiba Rasulullah datang dan saya langsung bersembunyi di balik pintu. Kemudian beliau mendekat seraya menepuk pundak saya dari belakang dan berkata
«اذْهَبْ وَادْعُ لِي مُعَاوِيَةَ»
'Hai Abdullah, pergi dan panggil Mu'awiyah kemari! '
lbnu Abbas berkata; 'Tak lama kemudian saya datang untuk menemui beliau sambil berkata; 'Ya Rasulullah, Mu'awiyah sedang makan.'
Setelah itu, Rasulullah menyuruh saya kembali sambil berkata:
«اذْهَبْ فَادْعُ لِي مُعَاوِيَةَ»
'Pergi dan panggil Mu'awiyah untuk datang kemari! '
Ibnu Abbas berkata; 'Kemudian saya datang menemui Rasulullah dan berkata, 'Ya Rasulullah, Mua'wiyah sedang makan.'
Lalu Rasulullah berkata,
«لَا أَشْبَعَ اللهُ بَطْنَهُ» [صحيح مسلم]
'Semoga Allah tidak mengenyangkan perutnya.' [Shahih Muslim]
Maksud dari do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamsemoga Allah tidak mengenyangkan perutnya”, agar di akhirat tidak lagi merasakan lapar, karena dalam hadits lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا، أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [سنن ابن ماجه: حسن]
"Sesungguhnya manusia yang paling banyak kenyang di dunia adalah manusia yang paling lama lapar di hari kiamat." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
  1. Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
  1. Biografi Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu.
Nama lengkapnya: Abdullah bin Qais bin Sulaim. Menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masih di Mekah, kemudian hijrah ke Habasyah, kemudian hijrah ke Madinah saat perang Khaibar dan mendapat bagian rampasa perang sekalipun tidak ikut peperangan. Wafat tahun 50 hijriyah atau setelahnya di Mekah atau Tsawiyah.
Diantara keistimewaannya:
a)      Memiliki hati yang kuat terhadap Islam
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:
«يَقْدَمُ عَلَيْكُمْ غَدًا أَقْوَامٌ هُمْ أَرَقُّ قُلُوبًا لِلْإِسْلَامِ مِنْكُمْ»
"Besok akan datang kaum yang mereka sangat kuat hatinya terhadap Islam daripada kalian."
Maka orang-orang Asy'ariyin datang, diantara mereka terdapat Abu Musa al-Asy 'ariy. [Musnad Ahmad: Shahih]
b)      Memiliki suara yang merdu
Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Abu Musa:
«لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَسْتَمِعُ لِقِرَاءَتِكَ الْبَارِحَةَ، لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ» [صحيح مسلم]
"Seandainya engkau melihatku mendengarkan bacaan Al-Qur'anmu kemarin, sungguh engkau telah diberi suara merdu dari suara merdu Daud" [Sahih Muslim]
c)       Mendapatkan do’a ampunan dan termpat mulia dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Abu Musa radhiallahu'anhu katanya: Wahai Rasulullah, mintakanlah ampunan untukku."
Maka Nabi panjatkan:
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ ذَنْبَهُ، وَأَدْخِلْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مُدْخَلًا كَرِيمًا»
(Ya Allah, ampunilah Abdullah bin Qais (Abu Musa) atas dosanya, dan masukkanlah pada hari kiamat ke tempat yang terpuji). [Shahih Bukhari dan Muslim]
d)      Diutus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berda’wah ke Yaman
Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz dan Abu Musa ke negeri Yaman dan Beliau berpesan:
«يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»
"Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih". [Shahih Bukhari dan Muslim]
  1. Biografi Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu.
  1. Hari ‘Asyura’.
Adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram, salah satu dari empat bulan haram yang mesti dimuliakan.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
«أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمُ العَاشِر» [سنن الترمذي: صحيح]
“Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa 'Asyura' pada hari kesepuluh.” [Sunan Tirmidziy: Shahih]
  1. Keutamaan berpuasa hari ‘Asyura’.
Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ» [صحيح مسلم]
"Puasa di hari Asyura', aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya". [Sahih Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَفْضَلُ الصِّيَامِ، بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ» [صحيح مسلم]
"  Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah bulan Muharram, dan shalat yang paling afdhal setelah shalat wajib adalah shalat malam". [Sahih Muslim]
  1. Hukum berpuasa hari ‘Asyura’.
Ulama berselisih pendapat tentang hukum puasa ‘Asyuraa’:
Pendapat pertama: Awalnya puasa Asyura' hukumnya wajib kemudian di-nasakh menjadi sunnah.
Dengan dalil hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, demikian pula hadits:
Jabir bin Samurah radiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، وَيَحُثُّنَا عَلَيْهِ، وَيَتَعَاهَدُنَا عِنْدَهُ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ، لَمْ يَأْمُرْنَا، وَلَمْ يَنْهَنَا وَلَمْ يَتَعَاهَدْنَا عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]
“Dulunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa di hari Asyura', menganjurkannya pada kami, dan menanyakannya ketika kami berada di sisinya, kemudian ketika puasa Ramadan diwajibkan, ia tidak memerintahkan kami berpuasa di hari Asyura', dan tidak melarang kami melaksanakannya, dan tidak menanyakannya ketika kami berada di sisinya”. [Sahih Muslim]
Ø  Qais bin Sa'ad bin Ubadah radiyallahu 'anhu berkata:
" أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُومَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ صِيَامُ رَمَضَانَ، فَلَمَّا نَزَلَ صِيَامُ رَمَضَانَ لَمْ يَأْمُرْنَا، وَلَمْ يَنْهَنَا وَنَحْنُ نَفْعَلُهُ " [مسند أحمد: صحيح]
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa di hari Asyura' sebelum turun kewajiban puasa Ramadan, kemudian ketika kewajiban puasa Ramadan turun, Rasulullah tidak memerintahkan kami berpuasa dan tidak melarang kami, dan kami tetap melakukannya”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Pendapat kedua: Sejak awal sampai sekarang, puasa Asyurah hanya sunnah dan bukan wajib.
Dengan dalil hadits Mu'awiyah bin Abu Sufyan radiyallahu 'anhuma.
Pendapat ketiga: Awalnya puasa Asyura disunnahkan, kemudian tidak lagi.
Al-Asy'ats mendatangi Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu yang sedang makan, kemudian Al-Asy'ats bertanya: Bukankah hari ini adalah hari Asyura'?
Ibnu Mas'ud menjawab:
«كَانَ يُصَامُ قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ رَمَضَانُ، فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ تُرِكَ فَادْنُ فَكُلْ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Dulu orang berpuasa di hari Asyura' sebelum diturunkan kewajiban puasa Ramadan, kemudian ketika kewajiban puasa Ramadan turun, puasa Asyura' ditinggalkan, maka mendekatlah dan makan bersamaku”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
«صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُورَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ»
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa Asyuraa' dan beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu, dan ketika diwajibkan puasa Ramadhan maka puasa Asyuraa' ditinggalkan.
Nafi’ berkata: Dan Abdullah bin Umar setelah itu tidak mejalankan puasa Asyura' kecuali jika bertepatan dengan puasa rutinnya. [Shaih Bukahri dan Muslim]
Pendapat yang terkuat adalah pendapat pertama dengan alasan:
a)       Ada perintah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
b)      Bahkan anak kecil di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dilatih untuk berpuasa.
Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz radiyallahu 'anha berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus sahabatnya pada pagi hari Asyura' ke kampung-kampung Al-Anshar menyampaikan sabdanya:
«مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا، فَليَصُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang bangun di pagi hari tidak dalam keadaan puasa maka hendaklah ia menyempurnakan sisa harinya dengan puasa, dan barangsiapa yang sudah berpuasa maka hendaklah ia melanjutkan puasanya".
Ar-Rubayyi' berkata: Maka kami berpuasa setelah itu dan kami mendidik anak-anak kami berpuasa, dan menyediakan untuk mereka suatu mainan, maka jika seorang dari mereka menangis minta makan maka kami beri ia mainan tersebut sampai datang waktu berbuka puasa. [Sahih Bukhari dan Muslim]

c)       Adapun hadits Mu’awiyah, maka itu setelah turun kewajiban puasa Ramadhan.
d)      Adapun hadits Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar, maka yang ditinggalkan adalah kewajibannya bukan anjuran puasanya.
Aisyah radiyallahu 'anha berkata:
«كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
Dulu hari Asyura' adalah hari dimana kaum Quraisy berpuasa pada masa Jahiliyah, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga berpuasa pada hari tersebut. Maka ketika Rasulullah tiba di Madinah ia tetap menjalankannya dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Dan ketika puasa Ramadan diwajibkan, Rasulullah meninggalkannya (tidak wajib lagi), barangsiapa yang ingin berpuasa maka ia boleh berpuasa, dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya maka ia boleh meninggalkannnya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
  1. Tingkatan puasa ‘Asyura’.
Ibnu Qayyim rahimahullah membagi 3 tingkatan puasa Asyura:
a)      Puasa pada hari kesembilan, kesepuluh, dan kesebelas Muharram.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنْ عِشْتُ إِنْ شَاءَ اللهُ إِلَى قَابِلٍ صُمْتُ التَّاسِعَ؛ مَخَافَةَ أَنْ يَفُوتَنِي يَوْمُ عَاشُورَاءَ» [المعجم الكبير للطبراني: صحيح]
“Jika saya masih hidup insyaallah sampai tahun depan maka saya akan berpuasa pada hari kesembilan; khawatir hari Asyura’ berlalu dariku”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Shahih]
b)      Puasa pada hari kesembilan, dan kesepuluh Muharram.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa Asyura' beliau memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa, lalu mereka bertanya: Ya Rasulullah, hari Asyura' adalah hari yang dimuliakan oleh Yahudi dan Nashrani?
Maka Rasulullah menjawab:
«فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» [صحيح مسلم]
"Jika datang tahun depan insyaallah maka kita akan berpuasa juga di hari ke sembilan".
Ibnu 'Abbas berkata: Tapi belum datang hari 'Asyura' tahun depannya sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat. [Sahih Muslim]
c)       Puasa hanya pada hari kesepuluh Muharram.
  1. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura’ di masa Jahiliyah.
Abdullah bin Umar radiyallahu 'anhuma berkata: Sesungguhnya kaum Jahiliyah dulunya berpuasa di hari Asyura', dan sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga berpuasa pada hari tersebut, begitu pula umat Islam sebelum diwajibkan puasa Ramadan. Maka ketika puasa Ramadan sudah diwajibkan, Rasulullah bersabda:
«إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللهِ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Asyura' adalah hari dari beberapa hari milik Allah, maka barangsiapa yang ingin berpuasa maka silahkan ia berpuasa pada hari itu, dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya maka silahkan ia tinggalkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
  1. Kenapa Quraisy berpuasa pada hari ‘Asyrua’?
Dalham bin Shalih Al-Kindiy -rahimahullah- berkata:
سَأَلْتُ عِكْرِمَةَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ مَا أَمْرُهُ؟ قَالَ: " أَذْنَبَتْ قُرَيْشٌ ذَنْبًا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَعَظُمَ فِي صُدُورِهِمْ، فَسَأَلُوا مَا تَبْرِئَتُهُمْ مِنْهُ؟ قَالُوا: صَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمَ عَشْرٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ " [أمالي الباغندي]
“Aku menanyai ‘Ikrimah -rahimahullah- tentang puasa hari ‘Asyura’ apa penyebabnya? Ia menjawab: Quraisy melakukan satu dosa pada masa jahiliyah, dan mereka menganggapnya sangat besar, kemudian mereka bertanya tentang cara terbebas darinya? Mereka menjawab: Berpuasa pada hari ‘Asyura’, hari kesepuluh bulan Muharram”. [Amaliy Al-Bagandiy]
  1. Berpuasa sebagai bentuk rasa syukur.
Abu Qatadah Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Senin?
Rasulullah menjawab:
«ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ -» [صحيح مسلم]
"Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau aku dituruni wahyu". [Sahih Muslim]
  1. Menanti datanganya puasa ‘Asyura.
  2. Perintah menyelisihi ahli kitab.
Abu Musa radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَتْ يَهُودُ تَتَّخِذُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ عِيدًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  «خَالِفُوهُمْ، صُومُوا أَنْتُمْ»
"Orang Yahudi menjadikan hari 'Asyura' sebagai hari raya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Selisihi mereka, puasalah kalian!" [Sahih Ibnu Hibban]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...