بسم
الله الرحمن الرحيم
Dari Ummil Mu’minin Ummi Abdillah Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
aalihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan
kami ini (ibadah) sesuatu yang tidak termasuk padanya, maka hal itu ditolak”.
Diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim.
Dalam riwayat lain dari imam Muslim: "Barangsiapa
yang mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang bukan ajaran kami maka hal itu
tertolak".
Penjelasan
singkat hadits ini:
1.
Aisyah binti Abi Bakr
Abdullah bin Utsman Al-Qurasyiyah.
Kuniahnya: Ummu Abdillah, sebagaimana diberikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Beliau wafat tahun 58 hijriyah pada malam
selasa 17 Ramadhan, menurut kabanyakan ulama. Ada yang mengatakan tahun 57,
dishalati oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dan dimakamkan di
pekuburan Baqi’.
Diantara keistimewaannya:
a)
Istri Rasulullah di dunia adan di surga
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya:
" أُرِيتُكِ فِي المَنَامِ
مَرَّتَيْنِ، إِذَا رَجُلٌ يَحْمِلُكِ فِي سَرَقَةِ حَرِيرٍ، فَيَقُولُ: هَذِهِ امْرَأَتُكَ،
فَأَكْشِفُهَا فَإِذَا هِيَ أَنْتِ، فَأَقُولُ: إِنْ يَكُنْ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
يُمْضِهِ " [صحيح البخاري]
"Engkau telah diperlihatkan padaku di dalam
mimpi sebanyak dua kali. Seorang laki-laki membawamu dalam balutan kain sutera
seraya berkata, 'Ini adalah isterimu.' Maka aku pun menyingkap kain itu, dan
ternyata di dalamnya adalah kamu.' Maka aku pun berkata, 'Jika ini dari Allah,
niscaya Dia akan menjadikannya kenyataan.'" [Sahih Bukhari]
b)
Manusia yang paling dicintai Rasulullah
Amru
bin Al-Ash radhiyallahu
‘anhuma berkata; Aku menemui Rasulullah seraya bertanya; Ya Rasulullah,
siapakah orang yang paling engkau cintai?
Rasulullah
menjawab; 'Aisyah.'
Lalu
saya tanyakan lagi; Kalau dari kaum laki-laki, siapakah orang yang paling
engkau cintai?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ayah Aisyah (Abu Bakr).'
saya
bertanya lagi; lalu siapa?
Rasulullah
menjawab: 'Umar bin Khaththab.'
Kemudian
beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu aku pun diam
karena aku takut termasuk orang yang paling terakhir.' [Sahih Bukhari dan
Muslim]
c)
Rasulullah wafat di rumah Aisyah dan di pangkuannya.
Aisyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam meminta saat beliau sakit yang
mana beliau wafat karenanya:
«أَيْنَ
أَنَا غَدًا؟ أَيْنَ أَنَا غَدًا؟»
“Dimana saya besok? Di mana saya
besok (tinggal di rumah istrinya)?”
Beliau menginginka hari tinggalnya
di rumah Aisyah, maka istri-istrinya mengizinkannya untuk tinggal di mana saja
beliau suka, maka beliau tinggal di rumah Aisyah sampai beliau wafat.
Aisyah berkata: Maka Rasulullah
wafat pada hari giliranku, di rumahku. Kemudian Allah mencabut ruhnya dan
sungguh kepala beliau berada di antara leher dan daguku, dan liurnya bercampur
dengan liurku. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Aisyah dan Keistimewaannya
2.
Istri Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah ibu bagi setiap orang beriman.
Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ
أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ} [الأحزاب: 6]
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi
orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu
mereka. [Al-Ahzaab:6]
3.
Perkara baru yang
dilarang adalah dalam urusan ibadah adapun dalam urusan dunia maka tidak
terlarang.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ يُلَقِّحُونَ، فَقَالَ: «لَوْ لَمْ تَفْعَلُوا
لَصَلُحَ» قَالَ: فَخَرَجَ شِيصًا، فَمَرَّ بِهِمْ فَقَالَ: «مَا لِنَخْلِكُمْ؟»
قَالُوا: قُلْتَ كَذَا وَكَذَا، قَالَ: «أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ»
Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma lalu beliau
bersabda: "Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap)
baik."
Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut
tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya: 'Ada apa
dengan pohon kurma kalian?
Mereka menjawab; Bukankah anda telah
mengatakan hal ini dan hal itu!
Beliau lalu bersabda: 'Kalian lebih
mengetahui urusan dunia kalian.' [Shahih Muslim]
4.
Perkara baru dilarang
dalam ibadah dilarang karena agama Islam telah sempurna sebelum wafatnya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
دِينًا} [المائدة: 3]
Pada
hari Ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah:3]
Ø
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«أَيُّهَا
النَّاسُ, إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبْعِدُكُمْ
مِنَ النَّارِ إِلَّا قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ , وَلَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ
النَّارِ وَيُبْعِدُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَّا قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ» [مصنف ابن أبي شيبة: حسنه الألباني]
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada
sesuatu yang mendekatkan kalian kepada surga dan menjauhkan kalian dari neraka
kecuali aku telah memerintahkannya kepada kalian, dan tidak ada sesuatu yang
mendekatkan kalian kepada neraka dan menjauhkan kalian dari surga kecuali aku
telah melarangnya pada kalian”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Hasan]
5.
Perbedaan makna lafadz
hadits pertama dan kedua:
Yang pertama ancaman bagi pembuat bid'ah,
sedangkan yang kedua ancaman bagi orang yang mengamalkan bid'ah.
Ø Ada pula ancaman bagi yang mendukung dan membelanya:
Dari Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
لَعَنَ اللهُ مَنْ
آوَى مُحْدِثًا [صحيح مسلم]
“Allah
melaknat orang yang mendukung dan membela pelaku bid’ah”. [Sahih Muslim]
6.
Hadits ini adalah salah
satu syarat keshahihan suatu amal ibadah.
Ukuran pertama secara bathin yaitu
keikhlashan niat, sesuai hadits Umar bin Khathab radhiyallahu ' anhu (hadits pertama).
Ukuran kedua secara dzhahir yaitu
kesesuaian dengan tuntunan Nabi shallallahu ' alaihi wasallam, sesuai
hadits Aisyah -radhiyallahu’anha- ini.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا} [الكهف:
110]
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (sesuai dengan tuntunan
Rasulullah) dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya. [Al-Kahf:110]
7.
Hukum yang bertentangan
dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah tertolak.
Dari Abu Hurairah dan Zaid bin
Khalid Al-Juhaniy radhiyallahu 'anhuma bahwa keduanya berkata;
إِنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَعْرَابِ أَتَى
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَنْشُدُكَ اللَّهَ إِلَّا قَضَيْتَ لِي بِكِتَابِ اللَّهِ! فَقَالَ الْخَصْمُ
الْآخَرُ وَهُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ: نَعَمْ فَاقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللَّهِ،
وَأْذَنْ لِي! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قُلْ!
قَالَ: إِنَّ ابْنِي كَانَ عَسِيفًا عَلَى هَذَا فَزَنَى بِامْرَأَتِهِ وَإِنِّي
أُخْبِرْتُ أَنَّ عَلَى ابْنِي الرَّجْمَ فَافْتَدَيْتُ مِنْهُ بِمِائَةِ شَاةٍ
وَوَلِيدَةٍ، فَسَأَلْتُ أَهْلَ الْعِلْمِ فَأَخْبَرُونِي أَنَّمَا عَلَى ابْنِي
جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ وَأَنَّ عَلَى امْرَأَةِ هَذَا الرَّجْمَ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اللَّهِ، الْوَلِيدَةُ
وَالْغَنَمُ رَدٌّ وَعَلَى ابْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ، اغْدُ يَا
أُنَيْسُ إِلَى امْرَأَةِ هَذَا فَإِنْ اعْتَرَفَتْ فَارْجُمْهَا "، قَالَ: فَغَدَا
عَلَيْهَا فَاعْتَرَفَتْ، فَأَمَرَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَرُجِمَتْ
Ada seorang warga Arab datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata: "Wahai
Rasulullah, aku bersumpa atas nama Allah kepadamu, bahwa engkau tidak
memutuskan perkara diantara kami melainkan dengan Kitab Allah.
Lalu lawan yang tutur katanya lebih baik
dari padanya berkata: "Dia benar, putuskan perkara diantara kami dengan
Kitab Allah dan perkenankanlah untukku".
Maka Rasululloh shallallahu 'alaihi
wasallam besabda: "Katakan".
Ia berkata: "Sesunguhnya anakku adalah
buruh yang bekerja pada orang ini lalu dia berzina dengan istrinya maka aku
diberitahu bahwa anakku harus dirajam. Kemudian aku tebus anakku dengan seratus
ekor kambing dan seorang budak wanita, kemudian aku bertanya kepada ahli ilmu
lalu mereka memberitahu aku bahwa atas anakku cukup dicambuk seratus kali dan
diasingkan selama setahun sedangkan untuk istri orang ini dirajam".
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh
aku akan putuskan buat kalian berdua dengan menggunakan Kitab Allah. Adapun
seorang budak dan kambing seharusnya dikembalikan dan untuk anakmu dikenakan
hukum cambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama setahun. Adapun kamu,
wahai Unais, besok pagi datangilah istri orang ini. Jika dia mengaku maka
rajamlah".
Kemudian Unais mendatangi wanita itu dan
dia mengakuinya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan agar wanita itu dirajam. [Shahih Bukhari]
8.
Hadits ini dijadikan dalil
untuk kaidah:
النهي يقتضي الفساد
“Larangan (jika dilanggar) menjadikan amalan rusak”
Maksudnya
jika suatu amalan di dalamnya terdapat pelanggaran dari suatu larangan maka
amalan tersebut menjadi rusak, batal, dan tidak sah.
Dan
dalam masalah ini ada perselisihan di antara ulama.
9.
Bahaya bid'ah dalam
urusan agama.
Diantaranya:
1)
Amalan ditolak.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ
هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} [الكهف: 103، 104]
Katakanlah:
"Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. [Al-Kahfi:
103-104]
2)
Masuk kategori berlebih-lebihan
dalam beragama.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} [النساء: 171]
Wahai ahli kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar (sesuai dengan wahyu). [An-Nisaa’:171]
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي
دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ
وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]
Katakanlah:
"Hai ahli kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan
cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang Telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
Telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus". [Al-Maidah:77]
Ø Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» قَالَهَا ثَلَاثًا
[صحيح مسلم]
“Binasalah
orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan (melampaui batas)”. Rasulullah
mengucapkannya tiga kali. [Sahih Muslim]
Ø Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkanku di pagi hari melempar
Al-‘Aqabah (jumrah) saat beliau berada di atas kendaraannya:
«هَاتِ، الْقُطْ لِي»
“Ambilkan aku batu lemparan!”
Maka aku mengambilkannya batu kecil yang
dipakai untuk melempar, dan ketika aku meletakkannya di tangannya, beliau
bersabda:
«بِأَمْثَالِ هَؤُلَاءِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ
فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ»
[سنن النسائي: صححه الألباني]
“Dengan batu seperti inilah kalian melempar,
dan jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama karena sesungguhnya
yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam
menjalankan agama”. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
3)
Memaksakan diri dalam beragama,
karena melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ
مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ} [ص: 86]
Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta
upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang
mengada-adakan (memaksakan diri). [Shaad:86]
Ø Anas radhiyallahu
'anhu berkata: Suatu hari
kami berada di sisi Umar radhiyallahu 'anhu, lalu ia berkata:
«نُهِينَا عَنِ التَّكَلُّفِ» [صحيح البخاري]
“Kita dilarang untuk terlalu mamaksakan
diri”. [Sahih Bukhari]
4)
Mempersulit agama.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ
أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ» [صحيح البخاري]
“Sesungguhnya agama Islam itu mudah (jika
mengikuti Al-Qur’an dan sunnah dengan baik), dan seseorang tidak mempersulit
agama (dengan amalan bid’ah) kecuali ia akan terkalahkan”. [Sahih Bukhari]
5)
Sebab kebinasaan.
Al-'Irbaad
bin Sariyah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
لقد تركتكم على
مثل البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها إلا
هالك [صحيح الترغيب والترهيب]
Aku
telah meninggalkan kalian di atas jalan yang terang dan jelas, malamnya sama
dengan siangnya, tidak ada yang melenceng darinya kecuali ia akan celaka.
[Sahih At-Targiib wa At-Tarhiib]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ،
فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ
عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ [صحيح مسلم]
"Abaikanlah
(jangan tanyakan) apa yang aku tidak ajarkan kepada kalian, karena sesungguhnya
kehancuran orang-orang sebelum kalian karena banyak bertanya dan berselisih
dengan para nabi mereka". [Sahih Muslim]
6)
Terhalang dari taubat sampai
meninggalkan bid'ahnya.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ» [المعجم الأوسط: صححه الألباني]
“Sesungguhnya
Allah menghalangi taubat bagi semua pelaku bid'ah”. [Al-Mu'jam Al-Ausath karya
Ath-Thabraniy: Sahih]
Lihat: Bahaya bid'ah
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (4) Ibnu Mas’ud; Proses penciptaan dan perjalanan hidup manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...