بسم الله الرحمن الرحيم
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ} [التوبة:
119]
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur). [At-Taubah:119]
{إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ
وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ
وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا
وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا} [الأحزاب:
35]
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan
yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218], laki-laki dan perempuan
yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar. [Al-Ahzaab:35]
{فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً
لَهُمْ} [محمد: 21]
Tetapi jikalau mereka benar (imannya)
terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
[Muhammad: 21]
Hadits pertama:
1/54- فَالأَوَّلُ: عَن ابْنِ مَسْعُودٍ رضي
اللَّه عنه، عن النَّبِيَّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "إِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ
وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ ليصْدُقُ حَتَّى يُكتَبَ
عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقاً، وإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفجُورِ وَإِنَّ
الفجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ
عِنْدَ اللَّهِ كَذَّاباً" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari 'Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu
akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan
memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi
Allah. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan
kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta
dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi
Allah." [Muttafaqun ‘alaihi]
Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan suka berdusta
Hadits kedua:
2/55- الثَّاني: عَنْ أبي مُحَمَّدٍ الْحَسنِ
بْنِ عَلِيِّ بْنِ أبي طَالِبٍ - رَضيَ
اللَّهُ عَنْهما – قَالَ: حفِظْتُ مِنْ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم: "دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَريبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ
طُمأنينَةٌ، وَالْكَذِبَ رِيبةٌ" رواه التِرْمذي
وَقالَ: حديثٌ صحيحٌ.
Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu 'anhuma; Aku menghafal dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: "Tinggalkan
yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu
ketenangan dan dusta itu keraguan." [Diriwayatkan oleh Tirmidziy, ia
berkata: Hadits Shahih]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (11) Al-Hasan bin Ali; Meninggalkan perkara yang meragukan
Hadits
ketiga:
3/56- الثَّالثُ: عنْ أبي سُفْيانَ صَخْرِ
بْنِ حَربٍ -رضيَ اللَّه عنه- في حديثِه الطَّويلِ في
قِصَّةِ هِرقْلُ، قَالَ هِرقْلُ: فَماذَا يَأْمُرُكُمْ يعْني النَّبِيَّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: قُلْتُ: يقولُ: "اعْبُدُوا
اللَّهَ وَحْدَهُ لا تُشرِكُوا بِهِ شَيْئاً، واتْرُكُوا مَا يَقُولُ آباؤُكُمْ،
ويَأْمُرنَا بالصَّلاةِ والصِّدقِ، والْعفَافِ، والصِّلَةِ". متفقٌ
عليه.
Dari Abu Sufyan Shakhr bin Harb radhiyallahu
‘anhu dalam hadits yang panjang tentang kisah Heraql, ia bertanya: Apa yang
ia perintahkan kepada kalian -maksudnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam-?
Abu Sufyan menjawab: "Sembahlah
Allah semata dan janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatupun, tinggalkan
apa yang dikatakan orang tua kalian (yang mengajak kepada syirik dan maksiat),
dan ia memarintahkan kami menunaikan shalat, zakat, bersifat jujur, menjaga
kehormatan, dan bersilaturahim". [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abu Sufyan Shakhr bin Harb radhiyallahu ‘anhu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahi putrinya Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan saat hijrah ke Habasyah.
Abu Sufyan memeluk Islam ketika pembebasan kota Mekah tahun 8 hijriyah, dan wafat
tahun 32 hijriyah atau setelahnya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada penduduk Mekah ketika hari
pembebasan:
«مَنْ
دَخَلَ دَارَ أَبِي سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ» [صحيح مسلم]
“Siapa
yang masuk rumah Abi Sufyan maka ia aman”. [Shahih Muslim]
2.
Qaisar raja Romawi Hiraql bertanya kepada Abu Sufyan
tentang Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah mendapat surat
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun 7 hijriyah
setelah perdamaian Hudaibiyah.
3.
Keutamaan tauhid dan bahaya syirik.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« مَنْ لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ » [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang bertemu dengan Allah tampa menyekutukan-Nya dengan
sesuatu pun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan Allah
dalam keadaan musyrik, ia akan masuk neraka”. [Sahih Muslim]
Lihat: Keutamaan tauhid
4.
Meninggalkan perkara nenek moyang yang menyelisihi syari’at
Islam.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا
عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ. وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي
قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا
عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ. قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ
بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا
أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ} [الزخرف: 22 - 24]
Bahkan
mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut
suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan
(mengikuti) jejak mereka". Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum
kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati
bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut
jejak-jejak mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan
mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata)
memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?"
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus
untuk menyampaikannya".
[Az-Zukhruf: 22 - 24]
Ø
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma; Dhimam bin
Tsa'labah bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
فَأَنْشُدُكَ اللَّهَ إِلَهَكَ،
وَإِلَهَ مَنْ كَانَ قَبْلَكَ، وَإِلَهَ مَنْ هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكَ، آللَّهُ
أَمَرَكَ أَنْ تَأْمُرَنَا أَنْ نَعْبُدَهُ وَحْدَهُ، لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا،
وَأَنْ نَخْلَعَ هَذِهِ الْأَنْدَادَ الَّتِي كَانَتْ آبَاؤُنَا يَعْبُدُونَ
مَعَهُ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ» [مسند أحمد:
حسن]
"Aku
persaksikan engkau kepada Allah Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu dan Tuhan
siapa pun setelahmu. Apakah Allah telah memerintahkanmu agar engkau
memerintahkan kami menyembah-Nya semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
pun dan agar kami meninggalkan sekutu-sekutu yang biasa disembah oleh para
leluhur kita bersama-Nya?" Beliau menjawab, "Allahumma, ya."
[Musnad Ahmad: Hasan]
5.
Perintah shalat.
Lihat:
Keutamaan shalat
6.
Perintah untuk bersikap jujur.
7.
Perintah menjaga kehormatan.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ
نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ}
"Dan orang-orang yang
tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya. " [An-Nuur:33]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy berkata: Beberapa orang dari kaum
Anshar meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu
Rasulullah memberi mereka, kemudian mereka meminta lagi lalu Rasulullah memberi
mereka, kemudian meminta lagi lalu Rasulullah memberi mereka sampai habis apa
yang beliau miliki, kemudian bersabda:
«مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ،
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا
وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Apa yang aku miliki dari kebaikan maka
pasti aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian, dan barangsiapa yang
menjaga kehormatannya maka Allah akan menjaga kehormatannya, dan barangsiapa
yang merasa cukup maka Allah akan mencukupinya, dan barangsiapa yang berusaha
sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan seseorang tidak diberi sesuatu yang
lebih baik dan luas daripada kesabaran”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
8.
Perintah menjaga silaturahim.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا} [النساء: 1]
Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. [An-Nisaa':1]
Ø
Dari Abdullah bin Mas'ud;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"
اتَّقُوا اللهَ وَصِلُوا أَرْحَامَكُمْ " [شعب الإيمان
للبيهقي: حسنه الألباني]
"Bertakwalah kalian
kepada Allah dan sambunglah hubungan silaturahim kalian". [Syu'ab Al-Iman:
Hasan]
Lihat: Keutamaan
bersilaturahim
Hadits keempat
4/57- الرَّابِعُ: عَنْ أبي ثَابِتٍ، وقِيلَ: أبي سعيدٍ، وقِيلَ: أبي
الْولِيدِ، سَهْلِ بْنِ حُنيْفٍ، وَهُوَ بدرِيٌّ، رضي اللَّه عنه، أَن النبيَّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "مَنْ سَأَلَ اللَّهَ، تعالَى
الشّهَادَة بِصِدْقٍ بَلَّغهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهدَاء، وإِنْ مَاتَ عَلَى
فِراشِهِ" رواه مسلم.
Dari Abu Tsabit atau Abu Sa’id atau Abu
Al-Waliid Sahl bin Hunaif radiyallahu 'anhu ia seorang prajurit
perang Badr; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
yang meminta kepada Allah agar ia mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka
Allah akan menyampaikan ia pada derajat syuhada' sekalipun ia meninggal di atas
ranjangnya". [Diriwayatkan oleh Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu.
Ikut
pada perang Badr dan seluruh peperangan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ia wafat pada masa kekhalifaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu.
2.
Meminta untuk mati syahid.
Dari Mu 'adz bin Jabal radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْقَتْلَ مِنْ
نَفْسِهِ صَادِقًا، ثُمَّ مَاتَ أَوْ قُتِلَ، فَإِنَّ لَهُ أَجْرَ شَهِيدٍ» [ سنن
أبي داود: صحيح]
"Barangsiapa yang memohon kepada Allah
agar terbunuh dengan niat yang benar, kemudian ia meninggal atau terbunuh maka
baginya pahala orang yang mati syahid." [Sunan Abi Daud: Shahih]
3.
Meminta dengan jujur.
Dari Syaddad bin Al-Haad -radhiyallahu
'anhu-;
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَعْرَابِ جَاءَ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَآمَنَ بِهِ وَاتَّبَعَهُ،
ثُمَّ قَالَ: أُهَاجِرُ مَعَكَ، فَأَوْصَى بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَعْضَ أَصْحَابِهِ، فَلَمَّا كَانَتْ غَزْوَةٌ غَنِمَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيًا، فَقَسَمَ وَقَسَمَ لَهُ، فَأَعْطَى
أَصْحَابَهُ مَا قَسَمَ لَهُ، وَكَانَ يَرْعَى ظَهْرَهُمْ، فَلَمَّا جَاءَ
دَفَعُوهُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: مَا هَذَا؟، قَالُوا: قِسْمٌ قَسَمَهُ لَكَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَهُ فَجَاءَ بِهِ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: مَا هَذَا؟ قَالَ:
«قَسَمْتُهُ لَكَ»، قَالَ: مَا عَلَى هَذَا اتَّبَعْتُكَ، وَلَكِنِّي اتَّبَعْتُكَ
عَلَى أَنْ أُرْمَى إِلَى هَاهُنَا، وَأَشَارَ إِلَى حَلْقِهِ بِسَهْمٍ، فَأَمُوتَ
فَأَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَقَالَ: «إِنْ تَصْدُقِ اللَّهَ يَصْدُقْكَ»، فَلَبِثُوا
قَلِيلًا ثُمَّ نَهَضُوا فِي قِتَالِ الْعَدُوِّ، فَأُتِيَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحْمَلُ قَدْ أَصَابَهُ سَهْمٌ حَيْثُ أَشَارَ، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَهُوَ هُوَ؟» قَالُوا: نَعَمْ،
قَالَ: «صَدَقَ اللَّهَ فَصَدَقَهُ»، ثُمَّ كَفَّنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جُبَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
ثُمَّ قَدَّمَهُ فَصَلَّى عَلَيْهِ، فَكَانَ فِيمَا ظَهَرَ مِنْ صَلَاتِهِ:
«اللَّهُمَّ هَذَا عَبْدُكَ خَرَجَ مُهَاجِرًا فِي سَبِيلِكَ فَقُتِلَ شَهِيدًا
أَنَا شَهِيدٌ عَلَى ذَلِكَ»
Bahwa seorang laki-laki dari seorang Badui
datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia beriman dan
mengikuti beliau. Kemudian dia berkata, "Aku akan berhijrah
bersama engkau?"
Beliau berwasiat dengan orang tersebut
kepada sebagian sahabat beliau. Setelah terjadi perang, Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam- mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) berupa
tawanan, beliau membagikan dan membagi untuknya, lalu beliau memberikan kepada
para sahabat beliau sesuatu yang beliau bagi untuknya dan ia sendiri sedang
mengatur urusan mereka. Setelah ia datang, ia memberikannya kepada orang itu,
lalu ia berkata; "Apa ini?"
Mereka menjawab; "Bagian yang telah
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bagi untukmu."
Kemudian ia mengambilnya dan membawanya
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu bertanya; "Apa ini?"
Beliau bersabda: 'Aku telah membaginya
untukmu.'
Ia berkata; "Bukan untuk hal ini aku
mengikuti engkau. Tapi aku mengikuti engkau agar aku dilemparkan ke sini -ia
mengisyaratkan tombaknya ke tenggorokannya- lalu aku mati dan masuk surga."
Beliau bersabda: "Jika
engkau jujur kepada Allah, niscaya Allah akan membalas sikap kejujuranmu."
Lalu mereka diam sejenak, kemudian bangkit
melawan musuh, orang tersebut dibawa ke tempat Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dengan cara diangkut, ia terkena tombak yang diisyaratkan, lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah ia orangnya?!"
Mereka menjawab; "ya."
Beliau bersabda: "Dia
benar dalam berjanji kepada Allah, Allah membalasnya dengan kebenaran."
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam mengkafaninya dengan jubah beliau -shallallahu 'alaihi wasallam-,
beliau mengajukan dan menshalatkannya. Do'a yang nampak dalam Shalat beliau
yaitu, "Ya Allah, inilah hamba-Mu, ia telah keluar jihad di jalan-Mu, lalu
ia terbunuh dalam keadaan Syahid, aku menjadi saksi atas hal tersebut."
[Sunan An-Nasa'iy: Shahih]
4.
Derajat syuhada’.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا
فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
(169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ
بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ
اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ} [آل
عمران: 169 - 171]
Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di
sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan
Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan
mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia
dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman. [Ali 'Imran: 169-171]
Ø Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى
الدُّنْيَا، وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ، يَتَمَنَّى
أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا، فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ
الكَرَامَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak seorangpun yang masuk
surga namun dia suka untuk kembali ke dunia, karena menurutnya di dunia tidak
ada yang bernilai sedikit pun, kecuali orang yang mati syahid dimana dia
berkeinginan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga
sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid). [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib radhiallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي
أَوَّلِ دَفْعَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ
القَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ
الوَقَارِ، اليَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا،
وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الحُورِ العِينِ، وَيُشَفَّعُ
فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ " [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Orang yang mati syahid di
sisi Allah mempunyai enam keutamaan: Dosanya akan diampuni sejak darahnya
tertumpah di awal kali pertempuran, diperlihatkan tempat duduknya di surga,
dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat
dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya
lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan
diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari
keluarganya." [Sunan Tirmidzy: Sahih]
5.
Allah 'azza wajalla memberi pahala dengan niat.
Dari Anas bin Malik radhiallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tatkala kembali dari
perang Tabuk dan sudah mendekati Madinah, beliau bersabda:
«إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا، مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلاَ
قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ»
"Sesungguhnya di dalam
Madinah itu ada sekelompok kaum, yang tidaklah kalian menempuh perjalanan dan
tidaklah kalian menyebrangi lembah kecuali mereka diikutsertakan bersama kalian
dalam ganjaran (pahala)."
Mereka bertanya; "Wahai Rasulullah,
dan mereka hanya berada di dalam Madinah? '
Beliau menjawab:
«وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ، حَبَسَهُمُ العُذْرُ» [صحيح
البخاري]
"Mereka di Madinah karena
mereka terhalangi oleh udzur". [Sahih Bukhari]
Hadits kelima:
5/58- الخامِسُ: عَنْ أبي هُريْرة رضي
اللَّهُ عنه قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "غَزَا
نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِياءِ صلواتُ
اللَّه وسلامُهُ علَيهِمْ فَقَالَ لقوْمِهِ: لا يتْبعْني رَجُلٌ ملَكَ بُضْعَ
امْرَأَةٍ. وَهُوَ يُرِيدُ أَن يَبْنِيَ بِهَا وَلَمَّا يَبْنِ بِها، وَلا أَحدٌ
بنَى بيُوتاً لَمْ يرفَع سُقوفَهَا، وَلا أَحَدٌ اشْتَرى غَنَماً أَوْ خَلَفَاتٍ
وهُو يَنْتَظرُ أوْلادَهَا. فَغزَا فَدنَا مِنَ الْقَرْيةِ صلاةَ الْعصْرِ أَوْ
قَريباً مِنْ ذلكَ، فَقَال للشَّمس: إِنَّكِ مَأمُورةٌ وأَنا مأمُورٌ، اللهمَّ
احْبسْهَا علَينا، فَحُبستْ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عليْهِ، فَجَمَعَ الْغَنَائِم،
فَجاءَتْ يَعْنِي النَّارَ لتَأكُلهَا فَلَمْ تطْعمْهَا، فَقَالَ: إِنَّ فِيكُمْ
غُلُولاً، فليبايعنِي منْ كُلِّ قبِيلَةٍ رجُلٌ، فلِزقتْ يدُ رَجُلٍ بِيدِهِ
فَقَالَ: فِيكُم الْغُلولُ، فليبايعنِي قبيلَتُك، فلزقَتْ يدُ رجُليْنِ أو ثلاثَةٍ
بِيَدِهِ فقَالَ: فِيكُمُ الْغُلُولُ، فَجاءوا برَأْسٍ مِثْلِ رَأْس بَقَرَةٍ مِنْ
الذَّهبِ، فوضَعها فَجَاءَت النَّارُ فَأَكَلَتها، فلمْ تَحل الْغَنَائِمُ لأحدٍ
قَبلَنَا، ثُمَّ أَحَلَّ اللَّهُ لَنا الغَنَائِمَ لمَّا رأَى ضَعفَنَا وعجزنَا
فأحلَّها لنَا" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ada seorang Nabi diantara para Nabi yang
berperang lalu berkata kepada kaumnya; "Janganlah mengikuti aku seseorang
yang baru saja menikahi wanita sedangkan dia hendak menyetubuhinya karena dia
belum lagi menyetubuhinya (sejak malam pertama), dan jangan pula seseorang yang
membangun rumah-rumah sedang dia belum memasang atap-atapnya, dan jangan pula
seseorang yang membeli seekor kambing atau seekor unta yang bunting sedang dia
menanti-nanti hewan itu beranak". Maka Nabi tersebut berperang dan ketika
sudah hampir mendekati suatu kampung datang waktu shalat 'Ashar atau sekitar
waktu itu lalu Nabi itu berkata kepada matahari; "Kamu adalah hamba yang
diperintah begitu juga aku hamba yang diperintah. Ya Allah tahanlah matahari
ini untuk kami. Maka matahari itu tertahan (berhenti beredar) hingga Allah
memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Kemudian Nabi tersebut mengumpulkan
ghanimah lalu tak lama kemudian datanglah api untuk memakan (menghanguskannya)
namun api itu tidak dapat memakannya. Maka Nabi tersebut berkata; "Sungguh
diantara kalian ada yang berkhiyanat (mencuri ghanimah) untuk itu hendaklah
dari setiap suku ada seorang yang berbai'at kepadaku. Maka ada tangan seorang
laki-laki yang melekat (berjabatan tangan) dengan tangan Nabi tersebut lalu Nabi
tersebut berkata; "Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah maka
hendaklah suku kamu berbai'at kepadaku. Maka tangan dua atau tiga orang
laki-laki suku itu berjabatan tangan dengan tangan Nabi tersebut lalu Nabi
tersebut berkata; "Di kalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah".
Maka mereka datang dengan membawa emas sebesar kepala sapi lalu meletakkannya,
kemudian datanglah api lalu menghanguskannya. Kemudian Allah menghalalkan
ghanimah untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidak mampuan kita
sehingga Dia menghalalkannya untuk kita". [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Nabi
yang dimaksud dalam hadits ini adalah Nabi Yusya’ bin Nun 'alaihissalam ketika membebaskan
Baitul Maqdis.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ الشَّمْسَ لَمْ
تُحْبَسْ عَلَى بَشَرٍ إِلَّا لِيُوشَعَ لَيَالِيَ سَارَ إِلَى بَيْتِ
الْمَقْدِسِ» [مسند أحمد: صحيح]
"Sesungguhnya matahari tidak pernah
ditahan untuk menusia kecuali untuk Nabi Yusya` ketika malam perjalanan dia
menuju Baitulmaqdis." [Musnad Ahmad: Shahih]
Nabi Yusya' adalah Nabi yang mengantar Nabi Musa menemui Nabi Khidhr, dan menjadi penerus Nabi Musa setelah wafatnya.
Lihat: Kisah perjalanan Nabi Musa bersama Khidhr ‘alaihimassalam
3. Pentingnya
konsentrasi penuh dalam melakukan suatu ibadah, jangan ada pikiran lain yang
mengganggu.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ،
فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Jika makan malam seseorang
dari kalian sudah dihidangkan kemudian iqamah untuk shalat dikumandangkan, maka
mulailah dengan makan malam, dan jangan terburu-buru sampai ia selesai dari
makannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ، وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ
الْأَخْبَثَانِ» [صحيح مسلم]
"
Tidak sepurnah shalat ketika telah hadir hidangan makanan, dan
tidak pula ketika ia menahan buang hajat". [Sahih Muslim]
4. Besarnya
cobaan dunia.
Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu
'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ
فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا
النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
"Sesungguhnya dunia ini adalah
kenikmatan yang menggiurkan, dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah
(penghuni) di dalamnya, kemudian meperhatikan bagaimana kalian menjalaninya.
Maka hati-hatilah dengan dunia, dan hati-hatilah dengan wanita, karena
sesungguhnya cobaan pertama yang menimpa kaum Bani Israil adalah cobaan
wanita." [Sahih Muslim]
5. Mu’jizat para Nabi terdahulu.
6. Beberapa
ulama menyebutkan bahwa matahari berhenti berputar juga pernah terjadi beberapa
kali pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga pernah
terjadi pada Nabi yang lain.
7. Semua
makhluk tunduk pada perintah Allah 'azza wajalla.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ
رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ
الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ} [الأعراف: 54]
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam. [Al-A'raaf: 54]
8. Matahari
berputar mengelilingi bumi.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى} [الرعد:
2] [لقمان: 29] [فاطر: 13] [الزمر: 5]
Dan
(Allah) menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar (berjalan) hingga
waktu yang ditentukan. [Ar-Ra'ad:2]
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [الأنبياء: 33]
Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. [Al-Anbiyaa':33]
Ø Dari Abi Dzar radhiyallahu
'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada
Abi Dzar ketika matahari tenggelam:
«أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ؟»
"Apakah engkau tahu kemana perginya matahari?"
Abu
Dzar menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui!
Beliau
bersabda:
" فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ العَرْشِ،
فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا وَيُوشِكُ أَنْ تَسْجُدَ، فَلاَ يُقْبَلَ
مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا يُقَالُ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ
حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى:
{وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ} [يس: 38]
"
"Sesungguhnya ia pergi sampai ia sujud di bawah 'Arsy, kemudian ia
meminta izin (untuk terbit) maka ia diberi izin, dan sudah dekat waktunya ia
sujud namun tidak diterima sujudnya, dan ia meminta izin namun tidak diberi
izin, dikatakan kepadanya: Kembalilah dari arah engkau datang! Maka ia pun
terbit dari tempat tenggelamnya (barat). Maka demikianlah firman Allah ta'aalaa:
{Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui}. [Yaasiin:38]" [Shahih Bukhari dan
Muslim]
9. Keistimewaan
umat Islam, dihalalkan harta rampasan perang.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا} [الأنفال:
69]
Maka makanlah dari sebagian rampasan
perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik.
[Al-Anfaal: 69]
Ø Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" أُعْطِيتُ خَمْسًا
لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ
مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَأَيُّمَا
رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِي
الغَنَائِمُ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ
إِلَى النَّاسِ كَافَّةً، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ " [صحيح
البخاري ومسلم]
"Aku diberi
lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi
pertolongan dengan rasa takut (yang menyelimuti musuh) sebelum tiba di medan
perang sejauh satu bulan perjalanan, dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid
dan alat bersuci (pengganti air) maka siapa saja dari umatku yang didapati waktu
salat maka hendaklah ia salat. Dan dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dan
Nabi sebelumnya diutus kepada kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada manusia
seluruhnya, dan aku diberi syafa'at". [Sahih Bukhari dan Muslim]
10. Haram
mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi.
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
mengatakan:
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَ خَيْبَرَ فَلَمْ نَغْنَمْ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً إِلَّا الْأَمْوَالَ
وَالثِّيَابَ وَالْمَتَاعَ فَأَهْدَى رَجُلٌ مِنْ بَنِي الضُّبَيْبِ يُقَالُ لَهُ
رِفَاعَةُ بْنُ زَيْدٍ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
غُلَامًا يُقَالُ لَهُ مِدْعَمٌ فَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى وَادِي الْقُرَى حَتَّى إِذَا كَانَ بِوَادِي الْقُرَى
بَيْنَمَا مِدْعَمٌ يَحُطُّ رَحْلًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا سَهْمٌ عَائِرٌ فَقَتَلَهُ فَقَالَ النَّاسُ: هَنِيئًا لَهُ
الْجَنَّةُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
كَلَّا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَهَا يَوْمَ
خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ
نَارًا "، فَلَمَّا سَمِعَ ذَلِكَ النَّاسُ جَاءَ رَجُلٌ بِشِرَاكٍ أَوْ
شِرَاكَيْنِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "
شِرَاكٌ مِنْ نَارٍ أَوْ شِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ"
Kami
berangkat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat perang
khaibar. Kami tidak memperoleh ghanimah berupa emas dan perak, hanya kami
mendapat harta, pakaian dan perabot. Seorang dari bani dhubaib yang dikenal dengan nama Rifa'ah bin Zaid memberi
hadiah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berupa seorang pelayan
namanya Mid'am. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus
Mid'am ke Wadil qura, hingga ketika ia sampai di Wadil qura, tepatnya ketika
Mid'am mengendarai hewan tunggangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
sebatang anak panah nyasar mengenai dirinya hingga terbunuh. Para sahabat
kemudian berseru; 'sungguh bahagia, baginya surga! ' langsung Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menegur dengan bersabda: "Sekali-kali tidak, demi
dzat yang jiwaku berada di tangan-NYA, baju yang diambilnya dari ghanimah yang
belum dibagi di hari Khaibar telah menyalakan api baginya." Ketika para
sahabat mendengar sabda beliau, tiba-tiba seseorang membawa seutas tali atau
sepasang tali kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan Nabi
bersabda: "Seutas tali termasuk neraka, atau sepasang tali termasuk neraka."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ
وَهُوَ بَرِيءٌ مِنْ ثَلَاثٍ، دَخَلَ الْجَنَّةَ: مِنَ الكبر، وَالْغُلُولِ،
وَالدَّيْنِ " [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Barangsiapa
yang ruhnya telah meninggalkan jasad (wafat) dan ia bebas dari tiga hal maka ia
akan masuk surga; Bebas dari kesombongan, kecurangan dalam harta rampasan
perang, dan utang”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Hadits
keenam:
6/59- السادِسُ: عن أبي خالدٍ حكيمِ بنِ
حزَامٍ. رضِيَ اللَّهُ عنه، قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم: "الْبيِّعَان بالخِيارِ مَا لَمْ يَتفرَّقا، فإِن صدقَا وبيَّنا
بوُرِك لهُما في بَيعْهِما، وإِن كَتَما وكذَبَا مُحِقَتْ بركةُ بيْعِهِما" متفقٌ
عليه.
Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam radhiyallahu
'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang
yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan
atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur
dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila
menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual
belinya". [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Hakim bin Hizam, Abu Khalid Al-Qurasyi Al-Makkiy radhiyallahu
‘anhu.
Masuk Islam ketika pembebasan kota Mekah. Wafat tahun 54 hijriyah atau setelahnya di
Madinah.
Hakim bin Hizam radiyallahu 'anhu
berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku, kemudai aku
meminta lagi lalu ia memberiku kemudian bersabda:
«يَا حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ
أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ
نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ
العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى»
"Wahai Hakim, sesungguhnya
harta ini ibarat buah segar yang manis, maka barangsiapa yang mengambilnya
dengan hati yang lapang (tidak rakus dan memaksa orang lain) maka ia akan
diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus
(memaksa orang lain) maka ia tidak akan diberkahi untuknya ibarat orang yang
makan dan tidak pernah kenyang, tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang
di bawah."
Hakim berkata: Ya Rasulullah demi (Allah)
Yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan meminta orang lain sesudahmu
untuk sesuatu pun sampai aku meninggalkan dunia.
Maka ketika Abu Bakr memanggil Hakim untuk
diberi hadiah ia menolak untuk menerimanya kemudian Umar memanggilnya untuk
diberi sesuatu ia juga menolak untuk menerima sesuatu pun. Dan Umar berkata:
Sesungguhnya aku mempersaksikan kalian wahai kaum muslimin atas Hakim,
sesungguhnya aku menawarkan kepadanya hak ia dari harta ini tapi ia menolak
untuk mengambilnya.
Maka akhirnya Hakim tidak meminta kepada
seorangpun dari manusia setelah Rasulullah sampai ia wafat. [Sahih Bukhari]
2.
Boleh memeriksa kembali sebelum membeli atau menjual selama
masih dalam proses akad.
3.
Keutamaan pedagang yang jujur dan amanah.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«التَّاجِرُ
الصَّدُوقُ الأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ، وَالصِّدِّيقِينَ، وَالشُّهَدَاءِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Seorang pedagang yang jujur
dan dipercaya akan bersama dengan para Nabi, shiddiqun dan para syuhada`."
[Sunan Tirmidziy: Hasan]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar (hadits 16-29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...