بسم الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَنْ قَالَ إِنَّ الإِيمَانَ هُوَ العَمَلُ
Bab: “Orang yang berpendapat bahwa iman adalah
perbuatan”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
bahwa iman itu adalah perbuatan dengan menyebutkan tiga ayat yang menunjukkan
hal tersebut dan satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
A. Ayat
Al-Qur’an.
Ayat
pertama, imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {وَتِلْكَ
الجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [الزخرف: 72]
Karena
firman Allah ta’aalaa: {Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu
disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan}. [Az-Zukhruf: 72]
Dalam
ayat lain, Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَنَزَعْنَا
مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا
أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ
تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [الأعراف: 43]
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di
dalam dada mereka (penghuni surga); mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan
mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada
(surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah
tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami,
membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang
diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". [Al-A'raf: 43]
{ادْخُلُوا الْجَنَّةَ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [النحل: 32]
"Masuklah kamu ke
dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [An-Nahl: 32]
Apakah amalan yang menyebabkan orang masuk surga?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الجَنَّةَ» قَالُوا: وَلاَ أَنْتَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي
اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا " [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak
ada seorang pun yang masuk surga karena amalannya." Para sahabat bertanya;
"Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?" beliau bersabda:
"tidak juga dengan diriku, kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya padaku, oleh karena itu beramallah kalian dengan sempurna dan
berusahalah mendekati kesempurnaan (dalam beramal).” [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Jawaban:
1) Amal shaleh adalah sebab mendapatkan ramat Allah, dan
rahmat Allah sebab masuk surga.
2) Seseorang mendapat taufiq untuk beramal shaleh adalah
rahmat dari Allah.
3) Amal shaleh bermanfaat jika diterima oleh Allah, dan
Allah hanya menerima amalan orang yang dirahmati-Nya.
4) Berapapun banyaknya amal shaleh yang dilakukan oleh
seorang hamba maka itu tidak akan mencukupi untuk mensyukuri nikmat Allah,
apalagi untuk masuk surga. Akan tetapi dengan rahmat-Nya Allah menerima amal
hamba-Nya sesusai kemampuan mereka dan memaukkannya ke dalam surga.
5) Amal shaleh menentukan posisi dan derajat seseorang
dalam surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا رَأَيْتُ
مِثْلَ النَّارِ نَامَ هَارِبُهَا، وَلَا مِثْلَ الجَنَّةِ نَامَ طَالِبُهَا» [سنن الترمذي: حسن]
"Aku tidak pernah melihat seperti neraka, orang-orang yang takut darinya
tertidur (tidak beramal untuk dijauhkan dari siksaannya). Dan aku tidak pernah
melihat seperti surga, orang-orang yang menginginkannya tertidur (tidak beramal
agar dapat memasukinya)". [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Lihat: Hadits Al-Mugirah bin Syu’bah; Dzikir setelah shalat
Ayat
kedua,
imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
وَقَالَ عِدَّةٌ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ
فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا
كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الحجر: 93] عَنْ قَوْلِ: لاَ إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ.
Dan
beberapa ulama berpendapat tentang firman Allah ta’aalaa: {Maka demi Tuhanmu,
Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan
dahulu}. [Al Hijr: 92-93] tentang ucapan “lailaha
illallah” (tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Diantara yang menafsirkan bahwa
amalan yang ditanyakan adalah kalimat tauhid:
a)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah- dalam Mushannafnya (7/133) no.34758;
عن حَفْص
بْن غِيَاثٍ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ بِشْرٍ، عَنْ أَنَسٍ فِي قَوْلِهِ: {فَوَرَبِّكَ
لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الحجر: 93]، قَالَ: «لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ»
Dari
Hafsh bin Giyats, dari Laits, dari Bisyr, dari Anas tentang firman
Allah: {Maka demi Tuhanmu,
Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan
dahulu}. [Al Hijr: 92-93] Anas berkata:
“Yaitu ucapan “lailaha illallah” (tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah)”.
b)
Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah- dalam Mushannafnya (7/119)
no.34650;
عن حُسَيْنُ
بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ:
{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ} [الحجر: 92]، قَالَ: «عَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
Dari
Husain bin ‘Ali, dari Fudhail bin Marzuq, dari ‘Athiyah, dari Ibnu Umar;
tentang firman Allah: {Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka
semua}. [Al Hijr: 92-93] Ibnu Umar berkata: “Yaitu tentang ucapan “lailaha
illallah” (tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah)”.
c)
Imam Mujahid bin Jabr rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Abdurrazaq –rahimahullah- dalam “Al-Mushannaf” (2/260)
no.1464;
عَنِ
الثَّوْرِيِّ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {فَوَرَبِّكَ
لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الحجر: 93]، قَالَ: «عَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
Dari
Ats-Tsauriy, dari Laits, dari Mujahid; tentang firman Allah ta’aalaa: {Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan
menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu}. [Al Hijr: 92-93] Mujahid berkata:
“Yaitu tentang ucapan “lailaha illallah” (tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah)”.
Ø Diriwayatkan
secara marfu’, tapi sanadnya lemah;
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy –rahimahullah- dalam “Al-Jami’”
(5/298) no.3126;
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ
سُلَيْمَانَ، عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ، عَنْ بِشْرٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ:
{لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الحجر: 92-93] قَالَ: «عَنْ قَوْلِ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah Adh-Dhabbiy, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Mu'tamir bin Sulaiman, dari Laits bin Abu Sulaim, dari
Bisyr, dari Anas bin Malik, dari Nabi ﷺ
tentang firman-Nya: {Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka
semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu} [Al Hijr: 92-93]
beliau bersabda, "Tentang ucapan: LAA ILAAHA ILLALLAAH."
Imam
Tirmidziy –rahimahullah- berkata:
«هَذَا
حَدِيثٌ غَرِيبٌ. إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ،
وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ،
عَنْ بِشْرٍ، عَنْ أَنَسٍ، نَحْوَهُ وَلَمْ يَرْفَعْهُ»
“Hadits
ini gharib. Kami hanya mengetahuinya dari
hadits Laits bin Abu Sulaim. Abdullah bin Idris meriwayatkan dari Laits bin Abu
Sulaim dari Bisyr dari Anas sepertinya dan ia tidak memarfu'kannya”.
Segala perbuatan kita di dunia akan
dipertanggung-jawabkan nanti di akhirat.
Dari Abu
Barzah Al-Aslamiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ
حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ،
وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ
فِيمَ أَبْلَاهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Kedua
kaki seorang hamba tidak berajak dari tempatnya di hari kiamat sampai ia
ditanya tentang umurnya yang ia habiskan dengan melakukan apa, tentang ilmunya
apa yang ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia dapat dan ia nafkahkan untuk
apa, dan tentang jasadnya pada hal apa ia gunakan". [Sunan Tirmidzi:
Sahih]
Lihat: Hadits Abu Barzah; 4 pertanggung-jawaban di hadapan Allah
Ayat
ketiga,
imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
وَقَالَ: {لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ
العَامِلُونَ} [الصافات: 61]
Dan Allah –subhanahu wata’aalaa-
berfirman: {Untuk (kemenangan) serupa ini, hendaklah beramal orang-orang
yang mampu beramal}. [Ash-Shaffat: 61]
Mempersiapkan diri dengan amal untuk
kehidupan akhirat.
Al-Barra radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةٍ، فَجَلَسَ
عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ، فَبَكَى، حَتَّى بَلَّ الثَّرَى، ثُمَّ قَالَ: «يَا
إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا» [سنن ابن ماجه: حسن]
“Kami pernah mengantar jenazah bersama Rasulullah ﷺ kemudian beliau duduk di sisi kuburan dan
menangis hingga membasahi tanah. Beliau bersabda, "Wahai saudaraku,
bersiap-siaplah untuk hal seperti ini." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
أَنَّ
رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ،
فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا». قَالَ: لاَ
شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». قَالَ أَنَسٌ: فَمَا
فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: «فَأَنَا أُحِبُّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو
أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ
أَعْمَالِهِمْ»
Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam: Kapan hari kiamat tiba? Rasulullah balik
bertanya: "Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Sahabat
tersebut menjawab: Tidak ada yang spesial, kecuali aku mencintai Allah dan
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: " Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat
nanti”.
Anas berkata: Tidak pernah kami gembira seperti
kegembiraan kami mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:"
Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti”.
Anas berkata: Sesungguhnya aku mencintai Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, Abu Bakr, dan Umar, dan berharap bisa bersama mereka di
akhirat dengan cintaku kepada mereka sekalipun aku tidak beramal seperti amalan
mereka. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Hadits Al-Baraa';
Ketika ajal menjemput dan pertanyaan alam kubur
B. Hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
26 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ
بْنُ [عبد الله بن] يُونُسَ، وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالاَ: حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
المُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُئِلَ: أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ». قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»
قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «حَجٌّ مَبْرُورٌ»
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin [Abdullah
bin] Yunus dan Musa bin Isma'il, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada
kami Ibrahim bin Sa'd, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab,
dari Sa'id bin Al Musayyab, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ ditanya tentang amal apakah yang paling
utama? Maka Rasulullah ﷺ menjawab, "Iman
kepada Allah dan rasul-Nya". Lalu ditanya lagi, "Lalu apa?"
Beliau menjawab, "Al Jihad fi sabilillah (berperang di jalan Allah). Lalu
ditanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Jawab Beliau ﷺ, "Haji mabrur".
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Yang bertanya adalah Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu.
Abu Dzar radhiallahu'anhu
berkata;
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ،
وَجِهَادٌ فِي سَبِيلِهِ»، قُلْتُ: فَأَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:
«أَعْلاَهَا ثَمَنًا، وَأَنْفَسُهَا عِنْدَ أَهْلِهَا»، قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ؟
قَالَ: «تُعِينُ ضَايِعًا، أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ»،: قَالَ: فَإِنْ لَمْ
أَفْعَلْ؟ قَالَ: «تَدَعُ النَّاسَ مِنَ الشَّرِّ، فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ تَصَدَّقُ
بِهَا عَلَى نَفْسِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
Aku bertanya kepada Nabi ﷺ, amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab,
"Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya". Kemudian aku bertanya
lagi, "Pembebasan budak manakah yang paling utama?". Beliau menjawab,
"Yang paling tinggi harganya dan yang paling berharga hati tuannya".
Aku katakan, "Bagaimana kalau aku tidak dapat mengerjakannya?".
Beliau berkata, "Kamu membantu orang yang telantar atau orang bodoh yang
tak mempunyai ketrampilan ". Aku katakan lagi:: "Bagaimana kalau aku
tidak dapat mengerjakannya?". Beliau berkata, "Kamu hindari manusia
dari keburukan karena yang demikian berarti shadaqah yang kamu lakukan untuk
dirimu sendiri". [Shahih Bukhari dan Muslim]
3. Antusias
sahabat menanyakan amalan terbaik untuk mendapatkan keutamaan yang lebih baik.
4. Iman
adalah amalan terbaik secara mutlak.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ - أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ -
شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ
الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ» [صحيح
مسلم]
"Keimanan itu terdiri dari
tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling afdal (tinggi
kedudukannya) adalah mengatakan "tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah", dan yang paling rendah adalah menjauhkan duri/kotoran dari jalan.
Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan". [Sahih Muslim]
5. Keutamaan
jihad di jalan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" ثَلَاثَةٌ فِي ضَمَانِ اللَّهِ: رَجُلٌ خَرَجَ إِلَى مَسْجِدٍ
مِنْ مَسَاجِدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، وَرَجُلٌ خَرَجَ حَاجًّا " [حلية الأولياء: صححه
الألباني]
“Ada tiga orang yang berada dalam jaminan
Allah: Seorang yang keluar menuju mesjid dari mesjid-mesjid Allah 'azza
wajalla, dan seorang yang keluar berperang di jalan Allah, dan seorang yang
pergi menunaikan ibadah haji”. [Hilyatul auliyaa': Sahih]
6. Keutamaan
haji “mabrur” yang tidak bercampur dengan dosa dan riya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا،
وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Ibadah umarah dengan ibadah umrah
berikutnya adalah penghapus dosa yang terjadi di antara kedua umrah itu, dan
haji yang mabrur (diterimah Allah) tidak ada balasan baginya kecuali surga”.
[Shahih Bukhari dan muslim]
Lihat: Keutamaan haji dan umrah
7. Derajat
dan keutamaan suatu amalan bertingkat-tingkat.
'Amr bin 'Abasah radhiyallahu
‘anhu berkata;
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ: «أَنْ
يُسْلِمَ قَلْبُكَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَنْ يَسْلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ
لِسَانِكَ وَيَدِكَ»، قَالَ: فَأَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الْإِيمَانُ»،
قَالَ: وَمَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: «تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ، وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ»، قَالَ: فَأَيُّ الْإِيمَانِ أَفْضَلُ؟
قَالَ: «الْهِجْرَةُ»، قَالَ: فَمَا الْهِجْرَةُ؟ قَالَ: «تَهْجُرُ السُّوءَ»،
قَالَ: فَأَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الْجِهَادُ»، قَالَ: وَمَا
الْجِهَادُ؟ قَالَ: «أَنْ تُقَاتِلَ الْكُفَّارَ إِذَا لَقِيتَهُمْ»، قَالَ:
فَأَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ عُقِرَ جَوَادُهُ وَأُهْرِيقَ دَمُهُ»،
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ثُمَّ عَمَلَانِ
هُمَا أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ بِمِثْلِهِمَا: حَجَّةٌ
مَبْرُورَةٌ أَوْ عُمْرَةٌ " [مسند أحمد: حسن لغيره]
Ada seorang laki-laki berkata, "Wahai
Rasulullah, apa maksud Islam?" beliau menjawab, "Kamu menyerahkan
hatimu kepada Allah 'Azza wa Jalla dan orang muslim selamat dari lidah
dan tanganmu." Dia bertanya, "Islam manakah yang paling utama?"
Beliau menjawab, "Iman." Dia bertanya, "Apa maksud iman?"
Beliau bersabda, "Kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan kebangkitan setelah mati." Dia
bertanya lagi, "Iman apa yang paling utama?" beliau bersabda,
"Hijrah." dia bertanya, "Apa maksud hijrah itu?" beliau
bersabda, "Kamu meninggalkan kejelekan." Dia bertanya, "Hijrah
apa yang paling utama?." Beliau menjawab, "Jihad." Dia bertanya,
"Apakah jihad itu?" beliau bersabda, "Kamu memerangi orang kafir
jika kamu menemui mereka." dia bertanya, "Jihad apa yang paling
utama?" beliau menjawab, "Barangsiapa yang kudanya disembelih dan
darahnya ditumpahkan." Rasulullah ﷺ
bersabda, "Ada dua amalan yang kedua amalan itu adalah paling utama
kecuali orang itu melakukan amalan semisal, haji mabrur atau umrah."
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
8. Keutamaan
satu amalan dipengaruhi dengan kondisi orang yang mengamalkannya.
Dari Aisyah ummul mu'miniin berkata:
Ya Rasulullah, kami melihat bahwa jihad adalah amalan yang terbaik, apakah kami
tidak ikut berjihad? Rasulullah ﷺ menjawab:
«لاَ، لَكُنَّ أَفْضَلَ الجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ» [صحيح
البخاري]
“Tidak, akan tetapi jihad yang paling baik
bagi kalian (kaum wanita) adalah haji mabrur”. [Sahih Bukhari]
Ø Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا العَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ؟» قَالُوا:
وَلاَ الجِهَادُ؟ قَالَ: «وَلاَ الجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ
بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ» [صحيح البخاري]
"Tidak ada amalan pada hari-hari
yang lainn yang lebih utama dari hari-hari (sepuluh awal Dzul Hijjah) ini" Para sahabat berkata, "Tidak juga jihad?" Beliau menjawab: "Tidak juga jihad. Kecuali
seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di
jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi." [Sahih Bukhari]
9. Jawaban
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beragam disesuaikan dengan kondisi si
penanya, apa yang ia butuhnya dan yang sudah diketahui atau belum.
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى
وَقْتِهَا»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ
أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ
اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Amalan apakah yang paling dicintai oleh
Allah? Rasulullah menjawab: "Shalat tepat pada waktunya !" Ibnu
Mas'ud berkata: Kemudian apa? Rasulullah ﷺ menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua!"
Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian apa? Rasulullah ﷺ menjawab: "Jihad di jalan Allah!" Ibnu Mas'ud
berkata: Rasulullah ﷺ menyampaikannya
kepadaku, dan seandainya aku terus bertanya maka beliau akan terus menjawabnya!
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ، أَيُّ
الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الْعَجُّ، وَالثَّجُّ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ditanya; "Amal perbuatan apakah yang paling utama di musim
haji?" Beliau menjawab: 'Mengeraskan suara dengan talbiyah dan menyembelih
hewan kurban.' [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Iman bab 16 dan 17; Malu bagian dari iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...