بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: ظُلْمٌ دُونَ ظُلْمٍ
Bab: “Kedzaliman di bawah kedzaliman”
Judul bab ini adalah penggalan dari ucapan ‘Atha’
bin Abi Rabah rahimahullah yang diriwayatkan oleh Ath-Thabariy
rahimahullah dalam tafsirnya (8/464), ketika menafsirkan firman Allah ‘azza
wajalla:
{وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ
بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ} [المائدة:
44] {وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} [المائدة: 45] {وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ} [المائدة: 47] قَالَ: «كُفْرٌ دُونَ كُفْرٍ، وَفِسْقٌ
دُونَ فِسْقٍ، وَظُلْمٌ دُونَ ظُلْمٌ»
Dan barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
[Al-Maidah: 44] Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. [Al-Maidah:
45] Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. [Al-Maidah: 47] Atha’
berkata: Kekafiran di bawah kekafiran (yang sebenarnya), dan kefasikan di bawah
kefasikan, dan kedzaliman di bawah kedzaliman”.
Lihat: Berhukum dengan selain hukum Allah 'azza wajalla
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelasakan
bahwa perbuatan dzalim terdiri dari beberapa tingkatan, ada yang mengeluarkan
dari keimanan dan ada yang tidak, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh imam Bukhari
dari dua jalur pada bab ini.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
32 - حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ [الطيالسي]،
قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، (ح) قَالَ: وحَدَّثَنِي بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ أَبُو
مُحَمَّدٍ العَسْكَرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ [غندر]، عَنْ
شُعْبَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ [الأعمش]، عَنْ إِبْرَاهِيمَ [النخعي]، عَنْ
عَلْقَمَةَ [بن قيس]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} [الأنعام: 82] قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid
[Ath-Thayalisih], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah (H). Imam Bukhari berkata: Telah
menceritakan kepadaku Bisyir bin Khalid Abu Muhammad Al-'Asykariy, ia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far [Gundar], dari Syu'bah, dari Sulaiman [Al-A’masy], dari Ibrahim
[An-Nakha’iy], dari Alqamah [bin Qais], dari Abdullah berkata, ketika
turun ayat, "Orang-orang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kezaliman" [Al-An'am: 82] para sahabat Rasulullah ﷺ
bertanya, "Siapakah diantara kami yang tidak berbuat zalim? Maka Allah 'Azza
wa Jalla menurunkan (firman-Nya): "Sesungguhnya kesyirikan adalah
kezaliman yang besar". [Luqman: 13]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Keamanan dunia-akhirat hanya dapat diraih dengan iman dan
amal shalih.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ
سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَئِكَ
لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ} [الأنعام: 81 - 82]
Bagaimana aku takut kepada
sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak
menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara
dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika
kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-An'aam: 82]
{أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
(63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا
تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [يونس:
62 - 64]
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka
berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat.
Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu
adalah kemenangan yang besar. [Yunus: 62 – 64]
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ} [النور: 55]
"Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik". [An-Nur:55]
Ø Abu Bakr radhiyallahu 'anhu berkata; "Aku
berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat berada di gua
(sewaktu hijrah); "Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah
kedua kakinya pasti dia melihat kita".
Maka beliau berkata:
«مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا»
"Bagaimana menurutmu wahai
Abu Bakr, jika ada dua orang, dan Allah yang ketiganya?". [Shahih Bukhari
dan Muslim]
3.
Allah ‘azza wajalla mengharamkan perbuatan dzalim.
Dari Abu Dzar Al-Gifariy -radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meriwayatkan dari
Allah –‘azza wajalla- dalam sebuah hadits Qudsi:
«يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ
الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوا»
“Wahai hamba-Ku .. sesungguhnya Aku
mengharamkan kedzaliman bagi diri-Ku dan Aku haramkannya di antara kalian, maka
janganlah kalian saling mendzalimi.” [Shahih Muslim]
Ø Dari Jabir bin 'Abdullah -radhiyallahu 'anhuma-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ
الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
"Hindarilah kezhaliman,
karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat
kelak." [Shahih Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (24) Abu Dzar; Keharaman perbuatan dzalim
4.
Segala bentuk maksiat adalah kedzaliman.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{وَمَنْ
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [الطلاق: 1]
"Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri."
[At-Thalaaq:1]
{تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا
وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} [البقرة:
229]
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah
orang-orang yang zalim. [Al-Baqarah: 229]
5.
Setiap orang pasti pernah mendzalimi dirinya dengan
maksiat.
Dari Anas -radhiyallahu 'anhu-;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ»
"Semua anak cucu Adam banyak
salah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat."
[Sunan Tirmidziy: Hasan]
6.
Tiga jenis kedzaliman.
Dari Anas -radhiyallahu ‘anhu-;
Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
" الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ: فَظُلْمٌ لا
يَتْرُكُهُ اللَّهُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لا يُغْفَرُ، فَأَمَّا الظُّلْمُ
الَّذِي لا يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الظُّلْمُ
الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ، وَأَمَّا
الَّذِي لا يُتْرَكُ فظلم العباد، فيقتص الله بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ "
“Kedzaliman itu ada tiga: Ada kedzaliman yang
tidak diabaikan, ada kedzaliman yang diampuni, dan ada kedzaliman yang tidak
diampuni. Adapun kedzaliman yang tidak diampuni maka itu adalah syirik, tidak
akan diampun oleh Allah, dan adapun kedzaliman yang diampuni maka itu adalah
kedzaliman seorg hamba antara dirinya dan Rabb-nya, dan adapun kedzaliman yang
tidak diabaikan maka itu adalah kedzaliman antara sesama hamba maka Allah akan
memberikan pembalasan antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain”. [Musnad
Ath-Thayalisih: Shahih (Silsilah Ash-Shahihah no.1927)]
Lihat: Syarah hadits Anas; 3 jenis kezaliman
7.
Syirik adalah kedzaliman terbesar.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun". [Al-Maidah: 72]
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]
"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". [An-Nisaa':48]
8.
Seorang mu’min senantiasa takut terhadap dosa-dosanya.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ
يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ " وَإِنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَرَبَ لَهُنَّ مَثَلًا: كَمَثَلِ قَوْمٍ
نَزَلُوا أَرْضَ فَلَاةٍ، فَحَضَرَ صَنِيعُ الْقَوْمِ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ
يَنْطَلِقُ، فَيَجِيءُ بِالْعُودِ، وَالرَّجُلُ يَجِيءُ بِالْعُودِ ، حَتَّى
جَمَعُوا سَوَادًا، فَأَجَّجُوا نَارًا، وَأَنْضَجُوا مَا قَذَفُوا فِيهَا [مسند
أحمد: صحيح]
"Hati-hatilah kalian dari
dosa kecil yang diremehkan, karena dosa-dosa tersebut akan berkumpul (menjadi
besar) pada seseorang sampai membinasakannya". Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengambil satu perumpamaan seperti suatu kaum yang singgah di padang yang
tandus kemudian tiba waktu makan mereka maka setiap orang pergi mancari kayu
bakar, seorang datang dengan ranting dan yang lain juga membawa ranting sampai
mereka mengumpulkan ranting yang banyak kemudian mereka membuat api yang sangat
besar dan membakar apa yang mereka akan makan. [Musnad Ahmad: Hasan]
Ø Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
«إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ
يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ
عَلَى أَنْفِهِ» فَقَالَ بِهِ هَكَذَا، بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ [صحيح
البخاري]
"Sesungguhnya orang mukmin melihat
dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia khawatir gunung itu akan
menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya
seperti lalat yang menempel di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya
seperti ini lalu terbang." Menepis dengan tangannya di atas hidungnya.
[Shahih Bukhari]
9.
Keamanan adalah diantara nikmat terbesar.
Dari 'Ubaidillah bin Mihshan Al-Khathmiy
radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ
عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا»
"Barangsiapa di antara kalian di pagi
hari merasa aman di tengah-tengah keluarganya, sehat jasmaninya, memiliki
kebutuhan pokok untuk sehari-harinya, maka seakan-akan dunia telah dikumpulkan
untuknya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Lihat: Hadits
'Ubaidillah bin Mihshan; Nikmat aman, sehat, dan sejahtra
10.
Keamanan hilang karena tidak
bersyukur.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ
آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ
فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ
بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ} [النحل: 112]
Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya
datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
[An-Nahl: 112]
11.
Memahami teks Al-Qur’an dan hadits secara dzahir sampai ada
dalil yang memberikan pengkhususan atau perincian.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ إِلَّا هَلَكَ»
“Tidak ada seorang pun yang dihisab
(diperiksa amalannya) pada hari kiamat kecuali akan binasa"
Aisyah bertanya: Ya Rasulullah, semoga
Allah menjadikan aku sebagai pembelamu, bukankah Allah 'azza wa jalla telah
berfirman:
{فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ
حِسَابًا يَسِيرًا} [الانشقاق: 8]
Adapun orang yang diberikan kitabnya
dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.
[Al-Insyiqaaq: 7 - 8]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«ذَاكَ العَرْضُ يُعْرَضُونَ، وَمَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ هَلَكَ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Itu hanyalah sebatas pemaparan (tentang amalannya) yang diperlihatkan
pada mereka, akan tetapi barangsiapa yang membantah perhitungan tersebut maka
ia akan binasa" [Sahih Bukhari dan Muslim]
12.
Menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an lainnya.
Diantara contohnya, Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ} [البقرة:
3]
Dan menafkahkan sebahagian rezki yang
kami anugerahkan kepada mereka. [Al-Baqarah: 3]
Pada ayat lain dijelaskan batasan berinfaq:
{وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا
يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ } [البقرة: 219]
Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang
(harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” [Al-Baqarah: 219]
Ø Contoh lain, Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ} [الفاتحة: 7]
Jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka. [Al-Fatihah: 7]
Pada ayat lain
dijelaskan siapa saja mereka itu:
{وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ،
وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا} [النساء: 69]
Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya.
[An-Nisaa': 69]
13.
Semangat sahabat Nabi untuk mendapatkan kesempurnaan iman
dan keamanan.
'Uqbah bin 'Amir radiyallahu
'anhu berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟
قَالَ: «امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى
خَطِيئَتِكَ» [سنن الترمذي: صحيح]
Aku bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana
supaya selamat? Beliau menjawab, "Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu
membuatmu lapang dan menangislah karena dosa-dosamu." [Sunan Tirmidziy:
Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Iman bab 23; {Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...