بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
"بَاب:
أَجْرِ الْحَاكِمِ إِذَا اجْتَهَدَ فَأَصَابَ أَوْ أخطأ"
Bab: Pahala hakim jika berijtihad kemudian benar atau
salah.
Bab ini sebagai pelengkap bab
sebelumnya, ketika seorang hakim keliru menetapkan hukum maka hukum tersebut
tertolak. Namun jika kekeliruan itu karena tidak sengaja maka ia tetap
mendapatkan pahala. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari dalam bab ini dari ‘Amr bin Al-‘Ash dan Abu Hurairah
secara maushul (bersambung) dan dari Abu Salamah bin Abdirrahman (seorang
tabi’in) secara mursal.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٦٩١٩ - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يَزِيدَ الْمُقْرِئُ المكِّي: حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ: حَدَّثَنِي
يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْهَادِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ
بْنِ الْحَارِثِ [التيمي]، عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي قَيْسٍ مَوْلَى
عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ [عبد الرحمن بن ثابت]، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ:
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: "إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ
فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ
أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ".
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid Al-Muqri' Al-Makkiy,
ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih, ia berkata: Telah
menceritakan kepadaku Yazid bin Abdullah bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibrahim
bin Al-Harits [At-Taimiy], dari Busr bin Sa'id, dari Abu Qais mantan budak Amru
bin Al-'Ash [Abdurrahman bin Tsabit], dari 'Amru bin Al-'Ash; Ia mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika seorang
hakim mengadili dan berijtihad, kemudian ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua
pahala, dan jika seorang hakim berijtihad, lantas ijtihadnya salah (meleset),
baginya satu pahala."
قَالَ [يزيد بن
عبد الله]: فَحَدَّثْتُ بِهَذَا الْحَدِيثِ أَبَا
بَكْرِ بْنَ [محمد بن] عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ فَقَالَ: هَكَذَا حَدَّثَنِي أَبُو
سلمة بن عبد الرحمن، عن أبي هريرة. وَقَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ المطَّلب، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ [بن محمد]، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ مِثْلَهُ [مرسلا].
Kata '[Yazid bin Abdillah]: 'Maka aku ceritakan hadits ini
kepada Abu Bakar bin [Muhammad bin] Amru bin Hazm, dan ia berkata, 'Beginilah
Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarkan kepadaku dari Abu Hurairah. Dan
Abdul 'Aziz bin Al-Muththalib meriwahatkan dari Abdullah bin Abu Bakar [bin
Muhammad] dari Abu Salamah dari Nabi ﷺ semisalnya [secara mursal].”
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi ‘Amr
bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhuma.
Ia hijrah menemui Nabi ﷺ pada awal tahun 8 hijriyah Bersama Khalid bin Walid dan ‘Utsman bin Thalhah radhiyallau ‘anhum. Nabi ﷺ mengangkatnya sebagai pimpinan pada beberapa pasukan perang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
"ابْنَا
الْعَاصِ مُؤْمِنَانِ"، عمرو وهشام [مسند أحمد: حسن]
2.
Biografi Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
3.
Semua manusia
bisa benar atau salah.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«كُلُّ
ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ»
"Semua anak cucu Adam pasti melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat".
[Sunan Tirmidzi: Hasan]
Lihat: Taubat .. Kenapa tidak ?
4.
Jika seorang
mujtahid berfatwa dengan ilmu kemudian fatwanya keliru maka ia mendapatkan satu
pahala karena usahanya.
Dan jika fatwanya benar maka dapat
dua pahala karena pemahamannya. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَدَاوُودَ
وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ
الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ (78) فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ ۚ
وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا} [الأنبياء : 78-79]
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya
memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang
diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka
telah Kami berikan hikmah dan ilmu. [Al-Anbiyaa: 78-79]
Ø Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"فَحَمِدَ
سُلَيْمَانَ وَلَمْ يَلُمْ دَاوُدَ وَلَوْلَا مَا ذَكَرَ اللهُ مِنْ أَمْرِ
هَذَيْنِ لَرَأَيْتُ أَنَّ الْقُضَاةَ هَلَكُوا فَإِنَّهُ أَثْنَى عَلَى هَذَا
بِعِلْمِهِ وَعَذَرَ هَذَا بِاجْتِهَادِهِ"
“Allah memuji Nabi Sulaiman dan tidak menyalahkan Nabi Daud,
seandainya bukan karena apa yang Allah sebutkan ini dari perkara dua Nabi ini
maka aku merasa para hakim akan binasa, sebab Allah memuji ini (Sulaiman)
karena ilmunya, dan memberi udzur kepada ini (Daud) karena ijtihadnya”. [Shahih
Bukhari 9/67]
5.
Jika berfatwa
tanpa ilmu maka ia mendapat dosa baik ia benar ataupun salah.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ
يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ،
فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali
cabut dari seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan
para ulama. Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang akan mengambil
pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar
ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari Buraidah
radhiyallahu
'anhu; dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
«الْقُضَاةُ
ثَلَاثَةٌ: وَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَاثْنَانِ فِي النَّارِ، فَأَمَّا الَّذِي
فِي الْجَنَّةِ: فَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ، وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ
فَجَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى
جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ»
"Hakim itu ada tiga; satu orang di surga dan dua orang
berada di neraka. Yang berada di surga adalah seorang laki-laki yang mengetahui
kebenaran lalu menghukumi dengannya, seorang laki-laki yang mengetahui
kebenaran lalu berlaku lalim dalam berhukum maka ia berada di neraka, dan orang
yang memberikan keputusan untuk manusia di atas kebodohan maka ia berada di
neraka." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal
6.
Hadits ini
bantahan terhadap ungkapan: كلُّ مُجتهدٍ مُصيبٌ “semua mujtahid pasti benar".
Yang tepat kita mengatakan: كلُّ
مُجتهدٍ مُثيبٌ
"semua mujtahid pasti dapat pahala".
7.
Betapa besar
rahmat Allah ‘azza wajalla kepada umat Islam.
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa salam bersabda:
«أُمَّتِي
هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ، لَيْسَ عَلَيْهَا عَذَابٌ فِي الْآخِرَةِ، عَذَابُهَا
فِي الدُّنْيَا الْفِتَنُ، وَالزَّلَازِلُ، وَالْقَتْلُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Umatku ini adalah umat yang dirahmati, (diantara mereka) ada
yang tidak disiksa di akhirat, siksaan mereka hanya di dunia berupa fitnah
(cobaan yang berat), gempa, dan pembunuhan”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Keistimewaan Umat Islam
Wallahu a'lam!
Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (20) Apabila seorang pegawai atau hakim berijtihad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...