Sabtu, 14 November 2020

Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: العِلْمُ قَبْلَ القَوْلِ وَالعَمَلِ

"Bab: Berilmu sebelum berucap dan beramal”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang pentingnya berilmu sebelum berbicara dan beramal. Beliau menyebutkan 5 ayat, 3 hadits, dan 2 atsar secara mu’allaq (tanpa sanad) sebagai argument dalam masalah ini.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ} [محمد: 19] فَبَدَأَ بِالعِلْمِ «وَأَنَّ العُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَرَّثُوا العِلْمَ، مَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ بِهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ» وَقَالَ جَلَّ ذِكْرُهُ: {إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ العُلَمَاءُ} [فاطر: 28] وَقَالَ: {وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا العَالِمُونَ} [العنكبوت: 43] {وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ} [الملك: 10] وَقَالَ: {هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ} [الزمر: 9] وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ» «وَإِنَّمَا العِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ» وَقَالَ أَبُو ذَرٍّ: «لَوْ وَضَعْتُمُ الصَّمْصَامَةَ عَلَى هَذِهِ - وَأَشَارَ إِلَى قَفَاهُ - ثُمَّ ظَنَنْتُ أَنِّي أُنْفِذُ كَلِمَةً سَمِعْتُهَا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ تُجِيزُوا عَلَيَّ لَأَنْفَذْتُهَا» وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: {كُونُوا رَبَّانِيِّينَ} [آل عمران: 79] " حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ، وَيُقَالُ: الرَّبَّانِيُّ الَّذِي يُرَبِّي النَّاسَ بِصِغَارِ العِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ "

Karena firman Allah ta'aalaa: {Maka ketahuilah bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah} [Muhammad: 19], Allah memulai dengan ilmu. Dan bahwasanya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak. Dan barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Dan Allah jalla dzikruhu berfirman: {Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama} [Faathir:28] Dan berfirman: {Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu} [Al-'Ankabuut:43] {Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala} [Al-Mulk:10] Dan berfirman: {Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”} [Az-Zumar:9] Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka ia akan diberi pemahaman tentang agama". “Dan Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar". Dan Abu Dzar berkata: Seandainya kamu semua meletakkan pedang tajam di sini -seraya ia tunjukkan tengkuk lehernya- dan aku yakin bahwa aku melaksanakan kalimat yang aku dengar langsung dari Rasulullah , sekalipun kalian belum membolehkanku, sungguh tetap akan kulaksanakan." Dan Ibnu ‘Abbas berkata -ketika menafsirkan firman Allah-: {Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani} orang-orang yang bijaksana dan berilmu. Dan dikatakan: Ar-Rabbaniy orang yang mendidik manusia dengan ilmu yang ringan sebelum ilmu yang berat”.

A.    Ayat pertama:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ} [محمد: 19]

Maka Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. [Muhammad:19]

Tauhid harus didasari dengan ilmu

Dari Usman -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ»

"Barangsiapa yang meninggal dan mengatahui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, ia akan masuk surga". [Shahih Muslim]

Lihat: Syarat sah kalimat syahadat

B.     Ayat kedua:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ} [فاطر: 28]

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. [Faathir:28]

Rasa takut kepada Allah sesuai kadar ilmu seseorang

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang mereka bersabda:

«وَاللَّهِ، إِنِّي لَأَعْلَمُكُمْ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَخْشَاكُمْ لَهُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Demi Allah, aku adalah orang yang paling tahu dan paling takut di antara kalian terhadap Allah 'azzawajalla." [Musnad Ahmad: Shahih]

Lihat: Sifat Khasyah; Takut karena pengagungan hanya untuk Allah

C.     Ayat ketiga:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (41) إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (42) وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ} [العنكبوت: 41 - 43]

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. [Al-'Ankabuut: 41-43]

Ilmu membantu untuk memahami perumpamaan dan mengamalkannya

Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khuthbahnya:

«إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ»

"Sesungguhnya Allah telah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah."

Maka tiba-tiba Abu Bakr Ash-Shidiq -radhiyallahu ‘anhu- menangis. Aku berpikir dalam hati, apa yang membuat orang tua ini menangis, hanya karena Allah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah?" Dan ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah yang dimaksud hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami perumpamaan itu. [Shahih Bukhari]

Lihat: Kitab Ilmu bab 4 dan 5; Hadits Ibnu Umar "Perumpamaan pohon kurma"

D.    Ayat keempat:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ} [الملك: 10]

Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". [Al-Mulk:10]

Ilmu menuntun seseorang untuk beramal shalih sehingga selamat dari neraka

Dari Abu Kabsyah Al-Anmaariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ " [ سنن الترمذي: صحيح]

"Aku akan memberitahukan sebuah hadits kepada kalian, maka hafalkanlah!" Beliau melanjutkan: "Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang; (Pertama), seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik, (Kedua), selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja aku memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan, maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama, (Ketiga), selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk, (Keempat), selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan yang serampangan mengelola hartanya, dan niatnya benar, dosa keduanya sama." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Hadits Abu Kabsyah; Dunia itu untuk empat orang

E.     Ayat kelima:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر: 9]

(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [Az-Zumar:9]

Orang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu

Dari Abu Umamah -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah dari kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]

Lihat: Kitab Ilmu bab 1;Keutamaan ilmu

F.     Hadits Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu 'anhu.

Dari Abu Ad Darda' radhiyallahu ' anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ»

"Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak." [Sunan Abi Dawud: Shahih]

1)      Ilmu mengantarkan seseorang untuk beramal dan mendapatkan surga

Dari Jabir radhiyallahu ' anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ ومَاحِلٌ مُصَدَّقٌ، فَمَنْ جَعَلَهُ إِمَامًا قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقُهُ إِلَى النَّارِ " [شعب الإيمان: صحيح]

Al-Qur'an adalah pemberi syafa'at diterima syafa'atnya dan pembela yang dibenarkan, maka barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam (tuntunan) maka ia akan menuntunnya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakangnya (diabaikan) maka ia akan menggiringnya ke neraka”. [Syu'ab al-iman: Sahih]

2)      Para Nabi beramal dan berd’awah dengan ilmu

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف: 108]

Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf: 108]

Lihat: Keutaman ilmu, ulama, dan penuntut ilmu

G.    Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma.

Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ»

"Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah".

Nb: Hadits ini akan dijadikan judul bab dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanad lengkap pada bab (13).

H.    Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Diriwayatkan oleh Al-Khatib -rahimahullah- dalam “Tarikh Bagdad” (10/184) no.3027, dari Abu Hurairah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

" إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، وَمَنْ يَتَحَرَّ الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَوَقَّ الشَّرَّ يُوقَهُ "

“Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dangan belajar, dan sifat bijaksana diperoleh dengan berusaha untuk bijaksana, dan siapa yang berusaha mendapatkan kebaikan maka ia akan diberi, dan siapa yang bersusaha menjauhi keburukan maka ia dihindarkan”.

Sanad hadits ini dihukumi hasan oleh syekh Albaniy rahimahullah dalam “Silsilah Ash-Shahihah” (1/670) no. 342.

Memiliki beberapa syahid (penguat), diantaranya:

a)      Hadits Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu 'anhu.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy -rahimahullah- dalam “Al-Mu’jam Al-Ausath” (3/118) no. 2663, dari Abu Ad-Dardaa’, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، مَنْ يَتَحَرَّى الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ، ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ لَمْ يَسْكُنِ الدَّرَجَاتِ الْعُلَا، وَلَا أَقُولُ لَكُمُ الْجَنَّةَ: مَنْ تَكَهَّنَ، أَوِ اسْتَقْسَمَ، أَوْ رَدَّهُ مِنْ سَفَرٍ تَطَيُّرٌ»

“Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dangan belajar, dan sifat bijaksana diperoleh dengan berusaha untuk bijaksana, dan siapa yang berusaha mendapatkan kebaikan maka ia akan diberi, dan siapa yang bersusaha menjauhi keburukan maka ia dihindarkan, tiga orang yang memiliki sifat ini maka ia tidak akan menempati tempat yang tertinggi, dan aku tidak mengatakan kepada kalian tentang surga: Orang yang mendatangi tukang ramal, atau mengundi nasib, atau dihalangi perbuatan thiyarah (berprasangka buruk atas sesuatu) dari bepergian jauh”.

b)      Hadits Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam “Al-Mu’jam Al-Kabiir” (19/395) no. 929, dari Mu’awiyah radiyallahu 'anhu, ia berkata; AKu mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَالْفِقْهُ بِالتَّفَقُّهِ، وَمَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ»

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan pemahaman dengan berusaha mamahami, dan siapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka ia akan diberi pemahaman tentang agama, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama".

Sanad hadits ini dihukumi hasan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- dalam “Fathul Bariy”.

Ilmu didapatkan dengan belajar

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43]

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". [An-Nahl:43]

Ø  Dari Jabir radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

"Tidakkah mereka bertanya jika tidak tahu? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya". [Sunan Abi Daud: Hasan]

Lihat: Bagaimana menuntut ilmu

I.       Atsar Abu Dzar radhiyallahu 'anhu.

Diriwatkan oleh Ad-Darimiy -rahimahullah- dalam Sunannya (1/456) no.562, dari Abu Katsir Malik bin Martsad, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata:

أَتَيْتُ أَبَا ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَهُوَ جَالِسٌ عِنْدَ الْجَمْرَةِ الْوُسْطَى، وَقَدِ اجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ يَسْتَفْتُونَهُ، فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَوَقَفَ عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: أَلَمْ تُنْهَ عَنِ الْفُتْيَا؟ فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَيْهِ فَقَالَ: «أَرَقِيبٌ أَنْتَ عَلَيَّ؟ لَوْ وَضَعْتُمُ الصَّمْصَامَةَ عَلَى هَذِهِ - وَأَشَارَ إِلَى قَفَاهُ - ثُمَّ ظَنَنْتُ أَنِّي أُنْفِذُ، كَلِمَةً سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ تُجِيزُوا عَلَيَّ، لَأَنْفَذْتُهَا»

"Aku menemui Abu Dzar radhiallahu'anhu yang tengah duduk di jamrah Al-Wushtha sementara banyak orang berkumpul (mengerumuninya) untuk meminta fatwa. Lalu ada seorang laki-laki datang dan berdiri di hadapannya seraya bertanya: 'Bukankah kamu telah dilarang (oleh Utsman bin ‘Affan) untuk berfatwa?', maka ia pun menengadahkan kepalanya seraya berkata, 'Apakah kamu mengawasi aku terus? Seandainya kamu semua meletakkan pedang tajam disini -seraya ia tunjukkan tengkuk lehernya- dan aku yakin bahwa aku melaksanakan kalimat yang aku dengar langsung dari Rasulullah , sekalipun kalian belum membolehkanku, sungguh tetap akan kulaksanakan."

Atsar ini di-shahih-kan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya “Al-Mathalibul ‘Aliyah” (12/679) no.3069.

Berfatwa harus berlandaskan ilmu

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

J.       Atsar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma.

DIriwayatkan oleh Ath-Thabariy -rahimahullah- dalam Tafsirnya (5/528), ia berkata:

حَدَّثَنِي ابْنُ سِنَانٍ الْقَزَّازُ، قَالَ: ثنا الْحُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ الْأَشْقَرُ، قَالَ: ثنا أَبُو كُدَيْنَةَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ فِي قَوْلِهِ: {كُونُوا رَبَّانِيِّينَ} [آل عمران: 79] قَالَ: «كُونُوا حُكَمَاءَ فُقَهَاءَ»

Ibnu Sinan Al-Qazzaz menceritakan kepadaku, ia berkata: Al-Husain bin Al-Hasan Al-Asyqar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Kudainah menceritakan kepada kami, dari ‘Atha’ bin As-Saib, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas berkata -ketika menafsirkan firman Allah-: {Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani}, ia berkata: “Jadilah kalian orang-orang yang bijaksana dan berilmu”.

Sanad hadits ini dihukumi hasan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam “Fathul Bariy”.

1.      Sifat seorang Rabbaniy adalah berilmu

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ} [آل عمران: 79]

Akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. [Ali 'Imran:79]

2.      Seorang Rabbaniy mengajarkan ilmu secara berangsur sedikit demi sedikit

Dari Aisyah radiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan (melakukan sesuatu dengan perlahan) pada setiap urusan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dalam riwayat lain:

«إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ» [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya kelembutan tidak dibarenang pada susuatu kecuali membuatnya indah, dan tidak hilang dari sesuatu kecuali membuatnya buruk". [Sahih Muslim]

Ada juga yang mengartikan “rabbaniy” adalah orang yang mengajar dengan ilmu dan mendidik dengan amal.

3.      Keutamaan sifat bijaksana

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Al-Asyajj dari kaum Abdul Qais:

" إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ، وَالْأَنَاةُ " [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah; Bijaksana dan berhati-hati". [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 9; Bisa jadi orang yang hanya mendapat penyampaian lebih paham dibanding orang yang mendengar langsung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...