Sabtu, 26 Juli 2025

Kitab I’tisham, bab (22) Bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa hukum-hukum dari Nabi sangat jelas bagi setiap orang

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَاب: الْحُجَّةِ عَلَى مَنْ قَالَ: إِنَّ أَحْكَامَ النَّبِيِّ ﷺ كَانَتْ ظَاهِرَةً، وَمَا كَانَ يَغِيبُ بَعْضُهُمْ مِنْ مَشَاهِدِ النَّبِيِّ ﷺ وأمور الإسلام"

Bab: Bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa hukum-hukum dari Nabi sangat jelas (bagi setiap orang) dan tidak ada yang luput dari Sebagian mereka dari keadaan Nabi dan perkara-perkara Islam”

Dalam bab ini imam Bukhari mengisyaratkan larangan fanatik kepada seseorang, karena tidak ada yang mengumpulkan semua ilmu secara mutlak sekalipun ia orang yang paling mulia seperti sahabat Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

Lihat: Sikap seorang muslim ketika ada perbedaan

A.    Hadits Abu Musa Al-Asy'ariy dan Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٦٩٢٠ - حدثنا مسدد: حدثنا يحيى [بن سعيد بن فروخ]، عن [عبد الملك بن عبد العزيز] بن جُرَيْجٍ: حَدَّثَنِي عَطَاءٌ [بن أبي رباح]، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ: اسْتَأْذَنَ أَبُو مُوسَى عَلَى عُمَرَ، فَكَأَنَّهُ وَجَدَهُ مَشْغُولًا فَرَجَعَ، فَقَال عُمَرُ: أَلَمْ أَسْمَعْ صَوْتَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ؟ ائْذَنُوا لَهُ. فَدُعِيَ لَهُ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ فَقَالَ: إِنَّا كُنَّا نُؤْمَرُ بِهَذَا. قَالَ: فَأْتِنِي عَلَى هَذَا ببيِّنة أَوْ لأفعلنَّ بِكَ، فَانْطَلَقَ إِلَى مَجْلِسٍ مِنْ الْأَنْصَارِ، فَقَالُوا: لَا يَشْهَدُ إِلَّا أَصَاغِرُنَا، فَقَامَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ فَقَالَ: قَدْ كُنَّا نُؤْمَرُ بِهَذَا، فَقَالَ عُمَرُ: خَفِيَ عليَّ هَذَا مِنْ أَمْرِ النَّبِيِّ ﷺ، أَلْهَانِي الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ.

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa'id bin Farrukh], dari [Abdul Malik bin Abdul Aziz] Ibnu Juraij, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Atha’ [bin Abi Rabah], dari 'Ubaid bin Umair, ia berkata, "Abu Musa meminta izin Umar, lantas ia temukan seolah-olah Umar sangat sibuk sehingga Abu Musa pulang. Maka Umar berkata, 'Tidakkah aku mendengar suara Abdullah bin Qais? Tolong berilah dia izin (masuk).' Lantas Abdullah pun diundang. Kata Umar, 'Apa yang mendorongmu melakukan yang kau lakukan?' Abdullah menjawab, 'Kami diperintahkan yang demikian.' Umar berkata, 'Berilah aku bukti atau aku akan menghukummu!' Lantas Abdullah (Abu Musa) bertolak ke sebuah majelis Anshar (meminta saksi), lalu mereka katakan, 'Tidak ada yang bersaksi selain anak-anak muda kami! Lantas Abu Sa'id Al-Khudriy datang dan bersaksi, 'Kami diperintah demikian.' Lantas Umar berkata, 'Sayang, saya tidak mendapat penjelasan yang jelas dari tuntunan Nabi dalam hal ini, aku dilalaikan oleh bisnisku di pasar.'

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Biografi Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu.

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab

3.      Biografi Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

4.      Perintah meminta izin ketika bertamu.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ} [الأحزاب: 53]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. [Al-Ahzaab:53]

Lihat: Adab bertamu dalam Islam

5.      Ketika tidak mendapatkan izin saat bertamu, maka segera pulang tanpa ada rasa kecewa.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari aku berada di salah satu majlis kaum Anshar, tiba-tiba datang Abu Musa -radhiyallahu 'anhu- seperti sedang cemas, lalu ia berkata: Aku minta izin tiga kali untuk menemui Umar -radhiyallahu 'anhu- dan ia tidak memberiku izin maka aku kembali.

Umar berkata: Apa yang mencegahmu untuk langsung masuk?

Abu Musa berkata: Aku sudah minta izin sebanyak tiga kali lalu tidak diberi izin maka aku kembali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

"إِذَا اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلاَثًا، فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ"

"Jika seorang dari kalian minta izin tiga kali kemudian tidak diberi izin maka kembalilah" [Sahih Bukhari]

6.      Kesungguhan sahabat mengamalkan perintah Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

Lihat: Kesungguhan Sahabat Nabi mengamalkan As-Sunnah

7.      Pentingnya meminta bukti (dalil) untuk menerima suatu berita atau ilmu.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]

8.      Saling menguatkan dalam menyampaikan ilmu.

Seorang nenek datang kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk menanyakan tentang hak warisnya. Abu Bakar berkata:

مَا لَكِ فِي كِتَابِ اللهِ شَيْءٌ، وَمَا عَلِمْتُ لَكِ فِي سُنَّةِ نَبِيِّ اللهِ ﷺ شَيْئًا، فَارْجِعِي حَتَّى أَسْأَلَ النَّاسَ، فَسَأَلَ النَّاسَ، فَقَالَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ : حَضَرْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَعْطَاهَا السُّدُسَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: هَلْ مَعَكَ غَيْرُكَ؟ فَقَامَ مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ، فَقَالَ مِثْلَ مَا قَالَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ، فَأَنْفَذَهُ لَهَا أَبُو بَكْرٍ رضي الله عنه،

"Tidak ada bagian untukmu dalam Kitabullah (Al-Qur'an), dan aku juga tidak mengetahui adanya ketentuan dalam Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kembalilah dulu, aku akan bertanya kepada orang-orang (para sahabat)." Lalu Abu Bakar bertanya kepada para sahabat. Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, *"Aku pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan warisan seperenam kepada nenek." Abu Bakar bertanya, "Apakah ada orang lain yang menyaksikan hal ini selainmu?" Kemudian Muhammad bin Maslamah berdiri dan mengatakan hal yang sama seperti Al-Mughirah bin Syu’bah. Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pun menetapkan warisan seperenam untuk nenek tersebut.»  [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu ‘anhu berkata:

سَأَلَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ عَنْ إِمْلاَصِ المَرْأَةِ، هِيَ الَّتِي يُضْرَبُ بَطْنُهَا فَتُلْقِي جَنِينًا، فَقَالَ: أَيُّكُمْ سَمِعَ مِنَ النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ شَيْئًا؟ فَقُلْتُ: أَنَا، فَقَالَ: مَا هُوَ؟ قُلْتُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «فِيهِ غُرَّةٌ، عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ»، فَقَالَ: لاَ تَبْرَحْ حَتَّى تَجِيئَنِي بِالْمَخْرَجِ فِيمَا قُلْتَ، فَخَرَجْتُ فَوَجَدْتُ مُحَمَّدَ بْنَ مَسْلَمَةَ فَجِئْتُ بِهِ، فَشَهِدَ مَعِي: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «فِيهِ غُرَّةٌ، عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ»

"Umar bin Khattab pernah bertanya tentang imlash, yaitu perut seorang wanita yang sedang hamil dipukul agar janinnya keguguran. Umar tanyakan, "Siapa di antara kalian yang mendengar Nabi bersabda tentang hal itu?" Aku menjawab, "Aku." Umar bertanya, 'Bagaimana menurutmu?' Aku jawab, "Aku mendengar Nabi bersabda tentangnya, yaitu membayar sepuluh diyat yang nilainya setara satu budak atau satu hamba sahaya." Umar lantas berkata, "Tolong kamu jangan pergi jauh-jauh hingga engkau membawaku penegasan yang kamu katakan!" Lantas aku keluar dan kutemukan Muhammad bin Maslamah, aku membawanya dan ia bersaksi bersamaku bahwa ia mendengar Nabi bersabda tentangnya, yaitu membayar sepuluh diyat yang senilai satu budak atau hamba sahaya." [Shahih Bukhari]

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

9.      Beberapa sahabat luput dari sebagian ilmu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«أَرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ، وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالحَلَالِ وَالحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، وَأَقْرَؤُهُمْ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Diantara ummatku yang paling belas kasih terhadap ummatku (yang lain) adalah Abu Bakr, sedangkan yang paling tegas terhadap perintah Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui halal haram adalah Mu'adz bin Jabal, dan yang paling mengetahui tentang fara'idh (ilmu tentang pembagian harta waris) adalah Zaid bin Tsabit, serta yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka'ab." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Syuraih bin Hani' -rahimahullah- berkata:

سَأَلْتُ عائشةَ، عَنِ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ، فَقَالَتْ: "ائْتِ عَلِيًّا، فَإِنَّهُ أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنِّي" [صحيح مسلم]

Aku bertanya kepada Aisyah tentang mengusap bagian atas dua khuf, maka dia berkata, “Datanglah kepada Ali, karena dia lebih mengetahui tentang hal tersebut daripadaku”. [Shahih Muslim]

Lihat: Sifat mulia ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

10.  Tidak ada yang maksum setelah para Nabi ‘alaihimussalam.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata;

«تَمَتَّعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» فَقَالَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَا يَقُولُ عُرَيَّةُ؟ قَالَ: يَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أُرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ أَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ؟! [مسند أحمد: حسن لغيره]

“Nabi pernah haji tamattu'”. Lalu Urwah bin Az-Zubair mengatakan; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'. Maka Ibnu Abbas berkata; Apa yang dikatakan Urayyah? Ia menjawab; Ia berkata; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'. Ibnu Abbas berkata; Tampaknya mereka akan binasa. Aku katakan, Nabi bersabda, ia justru berkata; Abu Bakar dan Umar melarang?! [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (38); Mentaati ulama dan umara dalam mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram berarti mempertuhankan mereka

11.  Pentingnya sikap inshaf dan berlapang dada menerima kebenaran.

Abdurrahman bin Abza rahimahullah berkata:

أَنَّ رَجُلًا أَتَى عُمَرَ، فَقَالَ: إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدْ مَاءً فَقَالَ: لَا تُصَلِّ. فَقَالَ عَمَّارٌ: أَمَا تَذْكُرُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، إِذْ أَنَا وَأَنْتَ فِي سَرِيَّةٍ فَأَجْنَبْنَا فَلَمْ نَجِدْ مَاءً، فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ، وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فِي التُّرَابِ وَصَلَّيْتُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَضْرِبَ بِيَدَيْكَ الْأَرْضَ، ثُمَّ تَنْفُخَ، ثُمَّ تَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَكَ، وَكَفَّيْكَ» فَقَالَ عُمَرُ: اتَّقِ اللهَ يَا عَمَّارُ!، قَالَ: إِنْ شِئْتَ لَمْ أُحَدِّثْ بِهِ، فَقَالَ عُمَرُ: نُوَلِّيكَ مَا تَوَلَّيْتَ [صحيح مسلم]

Bahwa seorang laki-laki mendatangi Umar seraya berkata, ‘Aku junub dan tidak mendapatkan air." Umar berkata, ‘Janganlah  kamu salat!’ Ammar berkata, ‘Tidakkah kamu ingat wahai Amirul Mukminin ketika aku dan kamu berada dalam suatu pasukan, lalu kita junub dan tidak mendapatkan air. Engkau tidak mengerjakan salat, sedangkan aku berguling-guling di tanah, lalu salat. Kemudian Nabi bersabda, "Cukup bagimu untuk memukulkan kedua tanganmu pada tanah, kemudian meniupnya, setelah itu mengusap wajah dan kedua tanganmu." Umar berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah wahai Ammar!’ Dia berkata, ‘Jika kamu tidak berkenan maka aku tidak akan menceritakannya.’ Maka Umar berkata, "Kami mengangkatmu menjadi wali atas sesuatu yang kamu kuasai (ungkapan persetujuan untuk disampaikannya hadits tersebut, pent)." [Shahih Muslim]

Lihat: Kisah perjalanan Nabi Musa bersama Khidhr ‘alaihimassalam

12.  Jangan merasa paling berilmu.

Lihat: Kitab Ilmu Bab (44): Dianjurkan seorang ulama ketika ditanya siapa yang paling berilmu untuk menyerahkan ilmunya kepada Allah 

13.  Kesibukan dunia bisa melalaikan dari menuntut ilmu.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Ada dua orang bersaudara di masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seorang dari mereka mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (menuntut ilmu) dan yang lainnya mencari nafkah. Maka yang mencari nafkah mengadukan saudaranya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi bersabda:

"لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ" [سنن الترمذي: صحيح]

"Semoga engkau mendapat rezki karenanya". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Kitab Ilmu bab 27; Bergantian mencari ilmu

14.  Hadits “ahaad” adalah hujjah, diamalkan dalam perkara akidah dan selainnya.

Lihat: Bagaimana menghukumi hadits

15.  Ucapan sahabat: (أُمِرْنَا) “kami diperintahkan”, menunjukkan bahwa yang memerintah mereka adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Ummu ‘Athiyah radhiyallahu 'anha berkata:

"كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الحُيَّضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ" [صحيح البخاري]

"Pada hari Raya ‘Ied kami diperintahkan untuk keluar sampai-sampai kami mengajak para anak gadis dari kamarnya dan juga para wanita yang sedang haid. Mereka duduk di belakang barisan kaum laki-laki dan mengucapkan takbir mengikuti takbirnya kaum laki-laki, dan berdoa mengikuti doanya kaum laki-laki dengan mengharap barakah dan kesucian hari raya tersebut." [Sahih Bukhari]

Lihat: Adab di hari Raya (Lebaran)

B.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٦٩٢١ - حَدَّثَنَا عَلِيٌّ [ابن المديني]: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]: حَدَّثَنِي الزُهري: أَنَّهُ سَمِعَهُ مِنَ الْأَعْرَجِ يَقُولُ: أَخْبَرَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: إِنَّكُمْ تَزْعُمُونَ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ يُكْثِرُ الْحَدِيثَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَاللَّهُ الْمَوْعِدُ، إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مِسْكِينًا، أَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَلَى مِلْءِ بَطْنِي، وَكَانَ الْمُهَاجِرُونَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ، وَكَانَتْ الْأَنْصَارُ يَشْغَلُهُمُ الْقِيَامُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ، فَشَهِدْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ، وَقَالَ: "مَنْ يَبْسُطْ رِدَاءَهُ حَتَّى أَقْضِيَ مَقَالَتِي، ثُمَّ يَقْبِضْهُ، فَلَنْ يَنْسَى شَيْئًا سَمِعَهُ مِنِّي". فَبَسَطْتُ بُرْدَةً كَانَتْ عليَّ، فَوَالَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِّ، مَا نَسِيتُ شَيْئًا سَمِعْتُهُ منه.

Telah menceritakan kepada kami Ali [Ibnu Al-Madiniy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin 'Uyainah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Az-Zuhriy, ia mendengarnya dari Al-A'raj, ia berkata: Abu Hurairah mengabarkan kepadaku, ia berkata, "Kalian beranggapan bahwa Abu Hurairah (maksudnya dirinya sendiri) banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah dan Allah sajalah yang memberi janji, aku adalah seorang miskin yang selalu menyertai Rasulullah dengan perut cukup berisi makanan pokok saja, kaum Muhajirin selalu disibukkan oleh perdagangan di pasar-pasar sedang orang Anshar disibukan oleh pengelolaan hartanya, maka suatu hari kusaksikan Rasulullah bersabda, 'Siapa yang mau membentangkan kainnya hingga aku menuntaskan ucapanku kemudian ia menggenggamnya dan tidak akan pernah lupa terhadap sesuatu yang ia dengarkan dariku?' Spontan aku hamparkan kain yang ada padaku, Demi Dzat yang mengutusnya dengan kebenaran, aku tak pernah lagi melupakan suatupun yang aku dengar darinya.'

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada kitab Ilmu Bab 42 Kitab Ilmu bab 42; Menghafal ilmu

Wallahu a'lam!

Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (21) Pahala hakim jika berijtihad kemudian benar atau salah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...