بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
"بَاب:
الْحُجَّةِ عَلَى مَنْ قَالَ: إِنَّ أَحْكَامَ النَّبِيِّ ﷺ كَانَتْ ظَاهِرَةً،
وَمَا كَانَ يَغِيبُ بَعْضُهُمْ مِنْ مَشَاهِدِ النَّبِيِّ ﷺ وأمور الإسلام"
“Bab: Bantahan bagi orang yang
mengatakan bahwa hukum-hukum dari Nabi sangat jelas (bagi setiap orang) dan
tidak ada yang luput dari Sebagian mereka dari keadaan Nabi dan perkara-perkara
Islam”
Dalam bab ini imam Bukhari
mengisyaratkan larangan fanatik kepada seseorang, karena tidak ada yang
mengumpulkan semua ilmu secara mutlak sekalipun ia orang yang paling mulia
seperti sahabat Nabi shallallahu'alaihi wasallam.
Lihat: Sikap seorang muslim ketika ada perbedaan
A.
Hadits Abu Musa Al-Asy'ariy dan Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhuma.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٦٩٢٠ - حدثنا مسدد: حدثنا يحيى [بن سعيد بن
فروخ]، عن [عبد الملك بن عبد العزيز] بن جُرَيْجٍ: حَدَّثَنِي عَطَاءٌ [بن أبي
رباح]، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ: اسْتَأْذَنَ أَبُو مُوسَى عَلَى
عُمَرَ، فَكَأَنَّهُ وَجَدَهُ مَشْغُولًا فَرَجَعَ، فَقَال عُمَرُ: أَلَمْ
أَسْمَعْ صَوْتَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ؟ ائْذَنُوا لَهُ. فَدُعِيَ لَهُ،
فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ فَقَالَ: إِنَّا كُنَّا نُؤْمَرُ
بِهَذَا. قَالَ: فَأْتِنِي عَلَى هَذَا ببيِّنة أَوْ لأفعلنَّ بِكَ، فَانْطَلَقَ
إِلَى مَجْلِسٍ مِنْ الْأَنْصَارِ، فَقَالُوا: لَا يَشْهَدُ إِلَّا أَصَاغِرُنَا،
فَقَامَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ فَقَالَ: قَدْ كُنَّا نُؤْمَرُ بِهَذَا،
فَقَالَ عُمَرُ: خَفِيَ عليَّ هَذَا مِنْ أَمْرِ النَّبِيِّ ﷺ، أَلْهَانِي
الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ.
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa'id bin Farrukh], dari [Abdul Malik bin
Abdul Aziz] Ibnu Juraij, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Atha’ [bin
Abi Rabah], dari 'Ubaid bin Umair, ia berkata, "Abu Musa meminta
izin Umar, lantas ia temukan seolah-olah Umar sangat sibuk sehingga Abu Musa
pulang. Maka Umar berkata, 'Tidakkah aku mendengar suara Abdullah bin Qais?
Tolong berilah dia izin (masuk).' Lantas Abdullah pun diundang. Kata Umar, 'Apa
yang mendorongmu melakukan yang kau lakukan?' Abdullah menjawab, 'Kami
diperintahkan yang demikian.' Umar berkata, 'Berilah aku bukti atau aku akan menghukummu!'
Lantas Abdullah (Abu Musa) bertolak ke sebuah majelis Anshar (meminta saksi),
lalu mereka katakan, 'Tidak ada yang bersaksi selain anak-anak muda kami!
Lantas Abu Sa'id Al-Khudriy datang dan bersaksi, 'Kami diperintah
demikian.' Lantas Umar berkata, 'Sayang, saya tidak mendapat penjelasan yang
jelas dari tuntunan Nabi ﷺ
dalam hal ini, aku dilalaikan oleh bisnisku di pasar.'
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abu
Musa Abdullah bin Qais Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Biografi Umar
bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu.
Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab
3.
Biografi Abu
Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
4.
Perintah meminta
izin ketika bertamu.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا
بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا
دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ
لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ
وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ} [الأحزاب: 53]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak
menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka
masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang
percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu
kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang
benar.
[Al-Ahzaab:53]
Lihat: Adab bertamu dalam Islam
5.
Ketika tidak
mendapatkan izin saat bertamu, maka segera pulang tanpa ada rasa kecewa.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari aku berada di
salah satu majlis kaum Anshar, tiba-tiba datang Abu Musa -radhiyallahu 'anhu-
seperti sedang cemas, lalu ia berkata: Aku minta izin tiga kali untuk menemui
Umar -radhiyallahu 'anhu- dan ia tidak memberiku izin maka aku kembali.
Umar berkata: Apa yang mencegahmu untuk langsung masuk?
Abu Musa berkata: Aku sudah minta izin sebanyak tiga kali
lalu tidak diberi izin maka aku kembali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda:
"إِذَا اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلاَثًا،
فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ"
"Jika seorang dari kalian minta izin tiga kali kemudian
tidak diberi izin maka kembalilah" [Sahih Bukhari]
6.
Kesungguhan
sahabat mengamalkan perintah Nabi shallallahu'alaihi wasallam.
Lihat: Kesungguhan Sahabat Nabi mengamalkan As-Sunnah
7.
Pentingnya
meminta bukti (dalil) untuk menerima suatu berita atau ilmu.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن
تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]
8.
Saling
menguatkan dalam menyampaikan ilmu.
Seorang nenek datang kepada Abu
Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk menanyakan tentang hak
warisnya. Abu Bakar berkata:
مَا لَكِ فِي
كِتَابِ اللهِ شَيْءٌ، وَمَا عَلِمْتُ لَكِ فِي سُنَّةِ نَبِيِّ اللهِ ﷺ شَيْئًا،
فَارْجِعِي حَتَّى أَسْأَلَ النَّاسَ، فَسَأَلَ النَّاسَ، فَقَالَ الْمُغِيرَةُ
بْنُ شُعْبَةَ : حَضَرْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَعْطَاهَا السُّدُسَ، فَقَالَ أَبُو
بَكْرٍ: هَلْ مَعَكَ غَيْرُكَ؟ فَقَامَ مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ، فَقَالَ مِثْلَ
مَا قَالَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ، فَأَنْفَذَهُ لَهَا أَبُو بَكْرٍ رضي الله
عنه،
"Tidak ada bagian untukmu dalam Kitabullah (Al-Qur'an),
dan aku juga tidak mengetahui adanya ketentuan dalam Sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Kembalilah dulu, aku akan bertanya kepada orang-orang
(para sahabat)." Lalu Abu Bakar bertanya kepada para sahabat. Al-Mughirah
bin Syu’bah berkata, *"Aku pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memberikan warisan seperenam kepada nenek." Abu Bakar
bertanya, "Apakah ada orang lain yang menyaksikan hal ini selainmu?"
Kemudian Muhammad bin Maslamah berdiri dan mengatakan hal yang sama seperti
Al-Mughirah bin Syu’bah. Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pun
menetapkan warisan seperenam untuk nenek tersebut.» [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Mughirah bin
Syu'bah radhiyallahu
‘anhu berkata:
سَأَلَ عُمَرُ
بْنُ الخَطَّابِ عَنْ إِمْلاَصِ المَرْأَةِ، هِيَ الَّتِي يُضْرَبُ بَطْنُهَا
فَتُلْقِي جَنِينًا، فَقَالَ: أَيُّكُمْ سَمِعَ مِنَ النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ شَيْئًا؟
فَقُلْتُ: أَنَا، فَقَالَ: مَا هُوَ؟ قُلْتُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ:
«فِيهِ غُرَّةٌ، عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ»، فَقَالَ: لاَ تَبْرَحْ حَتَّى تَجِيئَنِي
بِالْمَخْرَجِ فِيمَا قُلْتَ، فَخَرَجْتُ فَوَجَدْتُ مُحَمَّدَ بْنَ مَسْلَمَةَ
فَجِئْتُ بِهِ، فَشَهِدَ مَعِي: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «فِيهِ
غُرَّةٌ، عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ»
"Umar bin Khattab pernah bertanya tentang imlash, yaitu
perut seorang wanita yang sedang hamil dipukul agar janinnya keguguran. Umar
tanyakan, "Siapa di antara kalian yang mendengar Nabi ﷺ bersabda tentang hal itu?" Aku menjawab, "Aku."
Umar bertanya, 'Bagaimana menurutmu?' Aku jawab, "Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda tentangnya, yaitu membayar sepuluh diyat yang nilainya
setara satu budak atau satu hamba sahaya." Umar lantas berkata,
"Tolong kamu jangan pergi jauh-jauh hingga engkau membawaku penegasan yang
kamu katakan!" Lantas aku keluar dan kutemukan Muhammad bin Maslamah, aku
membawanya dan ia bersaksi bersamaku bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda tentangnya, yaitu membayar sepuluh diyat yang senilai
satu budak atau hamba sahaya." [Shahih Bukhari]
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
9.
Beberapa
sahabat luput dari sebagian ilmu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَرْحَمُ
أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ،
وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالحَلَالِ
وَالحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ،
وَأَقْرَؤُهُمْ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Diantara ummatku yang paling belas kasih terhadap
ummatku (yang lain) adalah Abu Bakr, sedangkan yang paling tegas terhadap
perintah Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang
paling mengetahui halal haram adalah Mu'adz bin Jabal, dan yang paling
mengetahui tentang fara'idh (ilmu tentang pembagian harta waris) adalah Zaid
bin Tsabit, serta yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka'ab."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Syuraih bin
Hani' -rahimahullah- berkata:
سَأَلْتُ
عائشةَ، عَنِ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ، فَقَالَتْ: "ائْتِ عَلِيًّا،
فَإِنَّهُ أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنِّي" [صحيح مسلم]
Aku bertanya kepada Aisyah tentang mengusap bagian atas dua
khuf, maka dia berkata, “Datanglah kepada Ali, karena dia lebih mengetahui
tentang hal tersebut daripadaku”. [Shahih Muslim]
Lihat: Sifat mulia ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
10.
Tidak ada yang maksum setelah para Nabi ‘alaihimussalam.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata;
«تَمَتَّعَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» فَقَالَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ:
نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَا
يَقُولُ عُرَيَّةُ؟ قَالَ: يَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ
الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أُرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ أَقُولُ: قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ
وَعُمَرُ؟! [مسند
أحمد: حسن لغيره]
“Nabi ﷺ
pernah haji tamattu'”. Lalu Urwah bin Az-Zubair mengatakan; Abu Bakar dan Umar
telah melarang haji tamattu'. Maka Ibnu Abbas berkata; Apa yang dikatakan
Urayyah? Ia menjawab; Ia berkata; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji
tamattu'. Ibnu Abbas berkata; Tampaknya mereka akan binasa. Aku katakan, Nabi ﷺ bersabda, ia justru berkata; Abu Bakar dan Umar melarang?!
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
11.
Pentingnya
sikap inshaf dan berlapang dada menerima kebenaran.
Abdurrahman bin Abza rahimahullah berkata:
أَنَّ رَجُلًا
أَتَى عُمَرَ، فَقَالَ: إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدْ مَاءً فَقَالَ: لَا
تُصَلِّ. فَقَالَ عَمَّارٌ: أَمَا تَذْكُرُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، إِذْ
أَنَا وَأَنْتَ فِي سَرِيَّةٍ فَأَجْنَبْنَا فَلَمْ نَجِدْ مَاءً، فَأَمَّا أَنْتَ
فَلَمْ تُصَلِّ، وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فِي التُّرَابِ وَصَلَّيْتُ،
فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَضْرِبَ بِيَدَيْكَ
الْأَرْضَ، ثُمَّ تَنْفُخَ، ثُمَّ تَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَكَ، وَكَفَّيْكَ»
فَقَالَ عُمَرُ: اتَّقِ اللهَ يَا عَمَّارُ!، قَالَ: إِنْ شِئْتَ لَمْ أُحَدِّثْ
بِهِ، فَقَالَ عُمَرُ: نُوَلِّيكَ مَا تَوَلَّيْتَ [صحيح مسلم]
Bahwa seorang laki-laki mendatangi Umar seraya berkata, ‘Aku
junub dan tidak mendapatkan air." Umar berkata, ‘Janganlah kamu salat!’ Ammar berkata, ‘Tidakkah kamu
ingat wahai Amirul Mukminin ketika aku dan kamu berada dalam suatu pasukan,
lalu kita junub dan tidak mendapatkan air. Engkau tidak mengerjakan salat,
sedangkan aku berguling-guling di tanah, lalu salat. Kemudian Nabi ﷺ bersabda, "Cukup bagimu untuk memukulkan kedua tanganmu
pada tanah, kemudian meniupnya, setelah itu mengusap wajah dan kedua tanganmu."
Umar berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah wahai Ammar!’ Dia berkata, ‘Jika kamu
tidak berkenan maka aku tidak akan menceritakannya.’ Maka Umar berkata,
"Kami mengangkatmu menjadi wali atas sesuatu yang kamu kuasai (ungkapan
persetujuan untuk disampaikannya hadits tersebut, pent)." [Shahih Muslim]
Lihat: Kisah perjalanan Nabi Musa bersama Khidhr ‘alaihimassalam
12.
Jangan merasa
paling berilmu.
13.
Kesibukan dunia
bisa melalaikan dari menuntut ilmu.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Ada dua orang bersaudara
di masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seorang dari mereka
mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (menuntut ilmu) dan yang
lainnya mencari nafkah. Maka yang mencari nafkah mengadukan saudaranya kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi bersabda:
"لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ" [سنن الترمذي: صحيح]
"Semoga engkau mendapat rezki karenanya". [Sunan
Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Kitab Ilmu bab 27; Bergantian mencari ilmu
14.
Hadits “ahaad”
adalah hujjah, diamalkan dalam perkara akidah dan selainnya.
Lihat: Bagaimana menghukumi hadits
15.
Ucapan sahabat: (أُمِرْنَا) “kami diperintahkan”,
menunjukkan bahwa yang memerintah mereka adalah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam.
Ummu
‘Athiyah radhiyallahu
'anha berkata:
"كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ
العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الحُيَّضَ،
فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ
بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ" [صحيح البخاري]
"Pada hari Raya ‘Ied kami diperintahkan untuk keluar
sampai-sampai kami mengajak para anak gadis dari kamarnya dan juga para wanita
yang sedang haid. Mereka duduk di belakang barisan kaum laki-laki dan
mengucapkan takbir mengikuti takbirnya kaum laki-laki, dan berdoa mengikuti doanya
kaum laki-laki dengan mengharap barakah dan kesucian hari raya tersebut."
[Sahih Bukhari]
Lihat: Adab di hari Raya (Lebaran)
B.
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٦٩٢١ - حَدَّثَنَا عَلِيٌّ [ابن المديني]:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]: حَدَّثَنِي الزُهري: أَنَّهُ سَمِعَهُ مِنَ
الْأَعْرَجِ يَقُولُ: أَخْبَرَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: إِنَّكُمْ تَزْعُمُونَ
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ يُكْثِرُ الْحَدِيثَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَاللَّهُ
الْمَوْعِدُ، إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مِسْكِينًا، أَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَلَى
مِلْءِ بَطْنِي، وَكَانَ الْمُهَاجِرُونَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ،
وَكَانَتْ الْأَنْصَارُ يَشْغَلُهُمُ الْقِيَامُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ، فَشَهِدْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ، وَقَالَ: "مَنْ يَبْسُطْ رِدَاءَهُ
حَتَّى أَقْضِيَ مَقَالَتِي، ثُمَّ يَقْبِضْهُ، فَلَنْ يَنْسَى شَيْئًا سَمِعَهُ
مِنِّي". فَبَسَطْتُ بُرْدَةً كَانَتْ عليَّ، فَوَالَّذِي بَعَثَهُ
بِالْحَقِّ، مَا نَسِيتُ شَيْئًا سَمِعْتُهُ منه.
Telah menceritakan kepada kami Ali [Ibnu Al-Madiniy], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin 'Uyainah], ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Az-Zuhriy, ia mendengarnya dari Al-A'raj, ia berkata: Abu
Hurairah mengabarkan kepadaku, ia berkata, "Kalian beranggapan bahwa
Abu Hurairah (maksudnya dirinya sendiri) banyak meriwayatkan hadits dari
Rasulullah ﷺ dan Allah sajalah yang memberi
janji, aku adalah seorang miskin yang selalu menyertai Rasulullah ﷺ dengan perut cukup berisi makanan pokok saja, kaum Muhajirin
selalu disibukkan oleh perdagangan di pasar-pasar sedang orang Anshar disibukan
oleh pengelolaan hartanya, maka suatu hari kusaksikan Rasulullah ﷺ bersabda, 'Siapa yang mau membentangkan kainnya hingga aku
menuntaskan ucapanku kemudian ia menggenggamnya dan tidak akan pernah lupa
terhadap sesuatu yang ia dengarkan dariku?' Spontan aku hamparkan kain yang ada
padaku, Demi Dzat yang mengutusnya dengan kebenaran, aku tak pernah lagi
melupakan suatupun yang aku dengar darinya.'
Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada kitab Ilmu Bab 42 Kitab Ilmu bab 42; Menghafal ilmu
Wallahu a'lam!
Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (21) Pahala hakim jika berijtihad kemudian benar atau salah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...