Ulama berselisih pendapat tentang
bolehnya seorang yang berhadats kecil maupun besar menyentuh Al-Qur'an.
Dalil yang melarang:
1.
Firman Allah subhanahu
wata'ala:
{لَا يَمَسُّهُ
إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ} [الواقعة: 79]
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. [Al-Waqi'ah:79]
2.
Hadits 'Amru bin Hazm;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mengirim surat kepada penduduk Yaman,
di antara isinya beliau besabda:
لَا يمسُّ القرآنَ
إِلَّا طاهرٌ . [صححه الألباني في الإرواء رقم (122)]
Tidak boleh
ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali "thaahir". [Disahihkan oleh
syekh Albany dalam kitabnya Al-Irwa' no.122]
Maksud dari
kata "thaahir" adalah orang yang bersih/suci dari hadats kecil dan
besar, karena di akhir ayat tentang wudhu, mandi dan tayammum, Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{مَا يُرِيدُ
اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [المائدة: 6]
Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak mensucikan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah:6]
Ini
menunjukkan bahwa sebelum berwudhu, mandi atau tayammum seorang tidak dikatakan
thaahir (suci).
Dalil yang membolehkan:
1.
Yang dimaksud
"al-muthahharun" dalam ayat di atas adalah malaikat, sebagaimana yang
nampak pada ayat sebelumnya:
{إِنَّهُ لَقُرْآنٌ
كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ }
[الواقعة: 77 - 79]
Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab
yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang
yang disucikan. [Al-Waqi'ah:77-79]
Jadi Al-Qur'an yang dimaksud pada ayat di atas adalah Al-Qur'an yang ada
di lauhul Mahfuzh tidak ada yang menyentuhnya kecuali para malaikat yang
disucikan.
Dari segi bentuk lafad kata al-muthahhar beberti disucikan bukan
mensucikan diri dari hadats.
2.
Adapun hadits 'Amru bin Hazm radiyallahu 'anhu,
maka ulama berselisih pendapat akan kesahihannya. Beberapa ulama' melemahkan
hadits tersebut.
Kalaupun
hadits tersebut sahih maka yang dimaksud "thaahir" adalah orang yang
beriman, karena orang kafir dan musyrik adalah najis, Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ
نَجَسٌ} [التوبة: 28]
Sesungguhnya orang-orang
yang musyrik itu najis. [At-Taubah:28]
Abu Hurairah
radiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mendapatiku sementara
aku dalam keadaan junub, lalu beliau memegang tanganku maka aku berjalan
bersamanya sampai beliau duduk, kemudian aku pergi secara diam-diam mendatangi
rumah lalu mandi dan menemui Rasulullah yang masih duduk. Lalu Rasulullah
bertanya padaku: Dari mana saja engkau wahai Abu Hurairah? Lalu aku
menceritakan keadaanku. Maka Rasulullah berkata:
«سُبْحَانَ اللَّهِ
يَا أَبَا هِرٍّ إِنَّ المُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ» [صحيح البخاري ومسلم]
Subhanallah,
wahai Abu Hurairah .. sesungguhnya orang mukmin itu tidak bernajis. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Rasulullah
juga melarang membawa Al-Qur'an ke negara kafir agar mereka tidak menyentuhnya,
Abdullah bin Umar radiyallahu 'anhuma berkata:
«أَنَّهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْهَى أَنْ يُسَافَرَ بِالْقُرْآنِ إِلَى أَرْضِ
الْعَدُوِّ، مَخَافَةَ أَنْ يَنَالَهُ الْعَدُوُّ» [صحيح البخاري ومسلم]
Sesungguhnya
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang bepergian
membawa Al-Qur'an ke negeri musuh (kafir), khwatir mereka akan menghinakannya.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ulama juga
berselisih, apakah boleh membaca qur'an bagi yang berhadats kecil maupun besar sekalipun
tidak menyentuhnya?
Dalil yang
melarang:
1.
Hadits Ibnu Umar dan Jabir radiyallahu 'anhuma;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لا يقرأ الجنب
ولا الحائض شيئا من القرآن [ضعفه الألباني في الإرواء رقم (192)]
Orang yang
junub dan haid tidak boleh membaca sesuatupun dari Al-Qur'an. [Dilemahkan oleh
syekh Albaniy dalam kitabnya Al-Irwaa' no.192]
2.
Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقْرِئُنَا القُرْآنَ عَلَى كُلِّ حَالٍ
مَا لَمْ يَكُنْ جُنُبًا» [سنن الترمذي: ضعفه الألباني]
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam membacakan kami Al-Qur'an dalam setiap kondisi selama ia
tidak junub. [Sunan Tirmidzi: Dilemahkan oleh syekh Albaniy]
3.
Hadits Abdullah bin Malik radiyallahu 'anhu;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا تَوَضَّأْتُ
أَكَلْتُ وَشَرِبْتُ , وَلَكِنِّي لَا أُصَلِّي , وَلَا أَقْرَأُ حَتَّى أَغْتَسِلَ [سلسلة الضعيفة رقم (2501)]
Jika aku
berwudhu di saat junub, aku bisa makan dan minum, akan tetapi aku tidak salat
dan tidak membaca Al-Qur'an sampai aku mandi. [Dilemahkan oleh syek Albany
dalam kitabnya silsilah hadits dha'if no.2501]
4.
Abdullah bin Rawahah radiyallahu 'anhu berkata:
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى
أَنْ يَقْرَأَ أَحَدُنَا الْقُرْآنَ وَهُوَ جُنُبٌ [سنن الدارقطني: ضعيف انظر : تنقيح
التحقيق لابن عبد الهادي 1/244]
Sesungguhnya
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang dari kami
membaca Al-Qur'an dalam keadaan junub. [Sunan Daruquthniy: Lemah]
Dalil yang
membolehkan:
1.
Hadits-hadits yang melarang
orang haid dan junub membaca Al-Qur'an semuanya hadits lemah tidak bisa
dijadikan hujjah.
2.
Aisyah radiyallahu 'anha
berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ» [صحيح مسلم]
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam mengingat Allah (berzikir) pada setiap kondisi. [Sahih
Musllim]
Dan Al-Qur'an
termasuk zikir.
3.
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam memerintahkan wanita haid untuk menghadiri salat 'Id. Ummu
'Athiyah radiyallahu 'anha berkata:
«كُنَّا نُؤْمَرُ
أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ
الحُيَّضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ
بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ» [صحيح البخاري]
Kami
diperintahkan untuk keluar di hari 'Id sampai kami mengikutkan anak gadis dari tirainya
demikian pula yang sedang haid. Mereka di belakang orang yang salat, bertakbir
bersama takbir mereka, berdo'a bersama do'a mereka, mereka mengharapkan berkah
hari itu dan kesucian dari dosa. [Sahih Bukhari]
Hadits ini
menunjukkan bahwa wanita haid boleh bertakbir dan berdo'a, berati membaca
Al-Qur'an pun boleh.
4.
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam berkata kepada Aisyah yang sedang haid ketika menunaikan
ibadah haji:
افْعَلِي مَا يَفْعَلُ
الحَاجُّ، غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي [صحيح البخاري ومسلم]
Lakukanlah semua yang dilakukan oleh jama'ah haji lainnya, tapi jangan
engkau tawaf di ka'bah sampai suci dari haid. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Rasulullah hanya melarang Aisyah yang haid untuk bertawaf sedangkan menyentuh
dan membaca Al-Qur'an tidak dilarang.
5.
Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam membaca
sepuluh ayat terakhir dari surah Ali Imran saat bangun dari tidur.
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata:
نَامَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ اللَّيْلُ، أَوْ
قَبْلَهُ بِقَلِيلٍ أَوْ بَعْدَهُ بِقَلِيلٍ، اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَلَسَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ، ثُمَّ قَرَأَ
العَشْرَ الآيَاتِ الخَوَاتِمَ مِنْ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ ، ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ
مُعَلَّقَةٍ، فَتَوَضَّأَ مِنْهَا فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي [صحيح
البخاري ومسلم]
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam tidur sampai pertengahan malam, sebelumnya sedikit atau
setelahnya sedikit, kemudian Rasulullah bangun dan membasuh wajah dengan kedua
tangannya, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari surah Ali 'Imran,
kemudian bangkit menuju bejana yang tergantung lalu berwudhu dengan cara wudhu
yang paling bagus, kemudian ia mendirikan salat .. . [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.
Sebaiknya
membaca Al-Qur'an dalam keadaan suci.
Dari Al-Muhajir bin Qunfudz radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" إِنِّي
كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ أَوْ قَالَ: عَلَى
طَهَارَةٍ " [سنن أبي داود: صحيح]
Sesungguhnya aku tidak suka menyebut/mengingat Allah 'azza wajallah
kecuali dalam keadaan suci. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Wallahu a'lam!
Referensi: Sahih Fiqhi As-Sunnah karya Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim 1/144.
Alhamdulillah, dapat ilmu lagi di sini... jadi, sebaiknya bersuci tapi tidak mengapa jika tidak ya..?? (menurut hadits yang kuat), saya bingung dengan memegang Al-Qur'an, bukankah pada masa itu Al-Qur'an belum di bukukan seperti pada masa ini..?
BalasHapusIya, sebainya diusahakan membaca qur'an dlm keadaan suci dan klo mau menyentuhnya dlm keadaan berhadats sebaiknya jangan disentuh langsung krn dalil yang melarang juga kuat.
HapusAdapun Al-Qur'an di masa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam memang belum di bukukan akan tetapi diantara sahabat ada yang mencatat beberapa ayat maupun surah di pelapa kurma dan sebagainnya dan itu sudah bisa dianggap sebagai al-qur'an.
Wallahu a'lam!
2. Adapun hadits 'Amru bin Hazm radiyallahu 'anhu, maka ulama berselisih pendapat akan kesahihannya. Beberapa ulama' melemahkan hadits tersebut.
BalasHapusKalaupun hadits tersebut sahih maka yang dimaksud "thaahir" adalah orang yang beriman, karena orang kafir dan musyrik adalah najis, Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ} [التوبة: 28]
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis. [At-Taubah:28].
Jadi menurut dalil ini boleh memegang alquran meskipun berhadats.?????
Iya!
Hapusada penceramah di TV pernah bilang "yg tdk boleh disentuh itu alquran yang benar-benar berisi firman ALLAH, jadi kalo yang bercampur dengan terjemahan bhs.Lain (Misalnya Indonesia) ketentuan ini tidak berlaku, jadi boleh disentuh meski berhadats"
BalasHapusbgmn menurut mu.?
Yg mengatakan boleh menyentuh qur'an sekalipun berhadats tdk ada masalah dalam hal ini, sedangkan yg mengatakan tdk boleh, mereka berselisih:
HapusAda yg mengatakan boleh menyentuh alqur'an yg bercampur dgn perkataan lain seperti tafsiran atau terjemahannya. Dalilnya ketika Rasulullah mengirim surat kpd Heraql raja Romawiy, di dalam surat itu tertulis ayat alqur'an (surah ali imran:64).
Ada yg mengatakan tidak boleh sama sekali.
Ada juga yg membedakan banyak sedikit tulisan lain selain al-qur'an, klo alqur'annya lebih banyak maka tdk boleh, klo alqur'annya lebih sedikit maka boleh.
Perselisihan pendapat ini bisa dijadikan dalil bagi yg mengatakan boleh menyentuh alqur'an bagi yg berhadats, krn sedikit banyaknya ayat ataupun surah, itu tetap dinamakan alqur'an yg harus dimuliakan.
Wallahu a'lam!