بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: هَلْ يُجْعَلُ لِلنِّسَاءِ
يَوْمٌ عَلَى حِدَةٍ فِي العِلْمِ؟
“Bab: Perlukah menetapkan hari khusus untuk
mengajarkan ilmu kepada kaum wanita?”
Bab sebelumnya (31) dan (32) telah dijelaskan tentang pentingnya pendidikan bagi kaum wanita, dan pada bab ini
imam Bukhari menjelaskan perlunya mengkhususkan satu waktu untuk kaum wanita
dalam menimba ilmu agama, sebagaimana yang dilakukan Nabi ﷺ dalam hadits riwayat Abu Sa’id
Al-Khduriy dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma.
A. Hadits
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari meriwayatkannya melalui dua
jalur.
Jalur pertama, Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
101 - حَدَّثَنَا آدَمُ
[بن أبي إياس]، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنِي [عبد الرحمن بن عبد
الله] ابْنُ الأَصْبَهَانِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ ذَكْوَانَ [السمّان
الزيّات]، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ؛ قَالَتِ النِّسَاءُ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: غَلَبَنَا عَلَيْكَ الرِّجَالُ،
فَاجْعَلْ لَنَا يَوْمًا مِنْ نَفْسِكَ، فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ،
فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ، فَكَانَ فِيمَا قَالَ لَهُنَّ: «مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ
تُقَدِّمُ ثَلاَثَةً مِنْ وَلَدِهَا، إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ»
فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَاثْنَتَيْنِ؟ فَقَالَ: «وَاثْنَتَيْنِ»
101 - Telah menceritakan kepada kami Adam
[bin Abi Iyas], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata:
Telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Abdillah] Ibnu Al-Ashbahaniy, ia
berkata; Aku mendengar Abu Shalih Dzakwan [As-Samman (pedagang mentega)
Az-Zayyat (pedagang minyak)] menceritakan dari Abu Sa'id Al-Khudriy; Kaum
wanita berkata kepada Nabi ﷺ, "Kaum lelaki
telah mengalahkan kami untuk bertemu dengan engkau, maka berilah kami satu hari
untuk bermajelis dengan diri tuan". Maka Nabi ﷺ
berjanji kepada mereka satu untuk bertemu mereka, lalu Nabi ﷺ memberi pelajaran dan memerintahkan kepada mereka, diantara
yang disampaikannya adalah: "Tidak seorangpun dari kalian yang didahului
oleh tiga orang dari anaknya kecuali akan menjadi tabir bagi dirinya dari
neraka". Berkata seseorang, "Bagaimana kalau dua orang?" Nabi ﷺ menjawab, "Juga dua".
Jalur kedua, Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
102 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ [محمد بن جعفر]، قَالَ:
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الأَصْبَهَانِيِّ، عَنْ
ذَكْوَانَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا.
102 - Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ghundar
[Muhammad bin Ja’far], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari
Abdurrahman Al-Ashbahaniy, dari Dzakwan, dari Abu Sa'id Al-Khudriy, dari
Nabi ﷺ dengan hadits ini.
B. Hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
الأَصْبَهَانِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ [سلمان الأشجعي]، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ؛ قَالَ: «ثَلاَثَةً لَمْ يَبْلُغُوا الحِنْثَ»
Dan (dengan sanad sebelumnya, Syu’bah juga
meriwayatkan) dari Abdurrahman Al-Ashbahaniy, ia berkata; Aku mendengar Abu Hazim
[Salman Al-Asyja’iy], dari Abu Hurairah; (Nabi ﷺ) bersabda: "Tiga anak yang belum
baligh".
Penjelasan singkat dari 2 hadits di atas:
1. Biografi
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
3. Antusias
sahabat dalam menimba ilmu termasuk kaum wanita.
Asma' radhiyallahu 'anha
bertanya kepada Nabi ﷺ tentang
mandinya orang yang haid. Beliau bersabda:
«تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا
وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا
فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ
عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا»
"Salah seorang dari kalian
mengambil air dan daun bidara. Maka bersucilah dia dan sempurnakanlah dalam
bersucinya. Kemudia tuangkanlah air di kepalanya sambil memijat-mijatnya dengan
kuat hingga meresap pada akar rambutnya, kemudian tuangkan air ke sekujur
tubuhnya, setelah itu ambillah sepotong kapas yang sudah diberi minyak wangi
yang di gunakan untuk membersihkannya."
Asma' berkata; 'Bagaimana cara
membersihkannya?'
Beliau bersabda; "Subhanallah,
bersihkanlah dengannya."
Lalu Aisyah berkata dengan melirihkan
suaranya; 'Kamu besihkan sisa-sisa darah tersebut dengan kapas.'
Dan dia bertanya kepada beliau tentang
mandi junub, beliau bersabda:
«تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ
الطُّهُورَ أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ
حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ»
"Hendaklah ia mengambil air,
kemudian bersuci dan memperbagus bersucinya atau menyempurnakan bersucinya.
Kemudian menuangkan air di kepalanya sambil memijat-mijat hingga meresap pada
akar kepalanya, setelah itu menuangkan air ke seluruh tubuhnya."
Aisyah berkata:
«نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ
لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ»
'Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar, rasa malu tidak menjadi penghalang mereka untuk mendalami masalah
agamanya.' [Shahih Muslim]
Ø Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata:
جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي مِنَ الحَقِّ، فَهَلْ عَلَى المَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا
احْتَلَمَتْ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا رَأَتِ
المَاءَ» فَغَطَّتْ أُمُّ سَلَمَةَ، تَعْنِي وَجْهَهَا، وَقَالَتْ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَوَتَحْتَلِمُ المَرْأَةُ؟ قَالَ: «نَعَمْ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ، فَبِمَ
يُشْبِهُهَا وَلَدُهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah
ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah tidak malu dalam perkara yang hak. Apakah bagi wanita wajib
mandi jika ia bermimpi?" Nabi ﷺ
menjawab, "Ya, jika dia melihat air." Ummu Salamah lalu menutupi
wajahnya seraya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah seorang wanita itu
bermimpi?" Beliau menjawab, "Ya. Celaka kamu. (jika tidak) Lantas
dari mana datangnya kemiripan seorang anak itu?" [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 33; Antusias mencari hadits
4. Anjuran
memberikan majelis ilmu khusus untuk kaum wanita jika aman dari fitnah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن
ماجه: صححه الألباني]
"Menuntut ilmu adalah wajib
bagi setiap muslim". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
As-Sakhawiy –rahimahullah- berkata:
تنبيه: قد ألحقَ بعضُ المصنفين بآخر
هذا الحديث "ومُسلمة" وليس لها ذكرٌ في
شيء من طُرقه، وإن كان معناها صحيحًا. [المقاصد الحسنة
(ص: 442)]
“Perintatan: Sebagian penulis menyebutkan
tambahan pada akhir hadits ini yaitu lafadz “muslimah”,
dan lafadz ini tidak disebutkan dalam satupun jalur hadits ini, sekalipun dari
sisi maknanya shahih”. [Al-Maqashid Al-Hasanah hal.442]
Lihat: Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu
5. Keutamaan
bersabar atas meninggalnya anak sebelum balig.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ يَمُوتُ لِمُسْلِمٍ ثَلاَثَةٌ
مِنَ الوَلَدِ، فَيَلِجَ النَّارَ، إِلَّا تَحِلَّةَ القَسَمِ» قَالَ أَبُو عَبْدِ
اللَّهِ: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا} [مريم: 71]
[صحيح البخاري ومسلم]
"Tidaklah seorang muslim
yang mati 3 anaknya kemudian masuk neraka, kecuali (sesaat di atas titian shirath)
untuk memenuhi sumpah Allah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Abu Abdillah (Bukhari) mengatakan: Yaitu firman
Allah: "Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi
neraka itu". [Maryam:71]
Ø
Dalam riwayat lain:
«لَا يَمُوتُ لِإِحْدَاكُنَّ ثَلَاثَةٌ
مِنَ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبَهُ، إِلَّا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ»
"Tidaklah seorang dari
kalian yang mati tiga anaknya kemudian bersabar kecuali ia masuk surga".
Seorang wanita bertanya: Atau dua, wahai
Rasulullah?
Rasulullah bersabda:
«أَوِ اثْنَيْنِ» [صحيح مسلم]
"Atau dua". [Sahih
Muslim]
Ø
Dari seorang sahabat
Rasulullah –radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّهُ يُقَالُ لِلْوِلْدَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ:
" ادْخُلُوا الْجَنَّةَ " . فَيَقُولُونَ: " يَا رَبِّ حَتَّى يَدْخُلَ
آبَاؤُنَا وَأُمَّهَاتُنَا "، فَيَأْتُونَ ، فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: "
مَا لِي أَرَاهُمْ مُحْبَنْطِئِينَ ، ادْخُلُوا الْجَنَّةَ " ، فَيَقُولُونَ:
" يَا رَبِّ آبَاؤُنَا "، فَيَقُولُ: " ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ
وَآبَاؤُكُمْ " [مسند أحمد: حسن]
Sesungguhnya dikatakan kepada anak yang mati
sebelum balig pada hari kiamat: "Masuklah kalian ke dalam surga!"
Kemudian mereka berkata: "Ya Rabb, kami tidak akan masuk sampai bapak dan
ibu kami juga masuk!" Kemudian mereka datang, maka Allah 'azza wa jalla
berkata: "Kenapa Aku melihat kalian menolak, masuklah kalian ke dalam
surga!" Kemudian mereka berkata: "Ya Rabb, orang tua kami juga!"
Maka Allah berkata: "Masuklah kalian surga bersama orang tua kalian!"
[Musnad Ahmad: Hasan]
Lihat: Anak adalah anugrah dari Allah
6. Hadits
ini menunjukkan bahwa anak muslim yang wafat sebelum balig adalah ahli surga.
Adapun anak-anak non muslim, maka ini
diperselisihkan oleh ulama. Al-Hafidz Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitabnya “Fathul
Bariy” (3/246) sepuluh pendapat ulama:
Pendapat
pertama: Mereka tergantung kehendak
Allah, jika Allah mau maka mereka dimasukkan surga dan jika Allah mau maka
mereka dimasukkan neraka.
Dalilnya:
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma
berkata: Raslulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang
anak-anak orang musyrik yang mati sebelum balig?
Rasulullah menjawab:
«اللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ
إِذْ خَلَقَهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Allah lebih tahu apa yang
mereka lakukan seandainya Allah menciptakan mereka (hidup sampai balig)".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Pendapat
kedua: Mereka ikut dengan orang
tuanya.
Dalinya:
1) Firman Allah subhanahu wata’aalaa:
{وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى
الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا . إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا
عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا} [نوح: 26- 27]
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah
Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang
berbuat ma'siat lagi sangat kafir. [Nuh:26-27]
Dalil ini dibantah bahwa ini khusus bagi
kaum Nabi Nuh karena Allah sudah mewahyukan bahwa tidak ada yang mengikutinya
kecuali yang telah beriman. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَأُوحِيَ إِلَى نُوحٍ
أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ
بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [هود: 36]
Dan diwahyukan kepada Nuh, “Ketahuilah tidak akan
beriman di an-tara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja),
karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat. [Huud: 36]
2)
Hadits Ash-Sha’b bin Jatsamah radhiyallahu ‘anhu; Nabi ﷺ ditanya:
لَوْ
أَنَّ خَيْلًا أَغَارَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَأَصَابَتْ مِنْ أَبْنَاءِ
الْمُشْرِكِينَ؟ قَالَ: «هُمْ مِنْ آبَائِهِمْ» [صحيح مسلم]
Andai pasukan menyerang di malam hari dan
mengenai anak-anak kaum musyrikin? Beliau menjawab: “Mereka bagian dari
bapak-bapak mereka”. [Shahih Muslim]
Dalil ini dijawab bahwa yang dimaksud adalah kamu
musyrik yang memerangi umat Islam.
3) Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha; Bahwasanya dia
pernah menceritakan kepada Rasulullah ﷺ tentang anak-anak kaum musyrikin, beliau bersabda:
«إِنْ
شِئْتِ أَسْمَعْتُكِ تَضَاغِيَهُمْ فِي النَّارِ»
"Jika engkau mau akan aku perdengarkan kepadamu bagaimana
suara mereka di neraka."
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad –rahimahullah-
dalam “Al-Musnad” (42/484) no. 25743, Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata: Hadits ini sangat lemah karena
pada sanadnya ada Abu ‘Aqil maula Bahiyyah,
periwayatan haditsnya ditolak (matruk). [Fathul Bariy 3/246]
Pendapat ketiga: Mereka berada di
alam antara surga dan nereka karena mereka tidak melakukan kebaikan yang
menyebabakan masuk surga dan tidak melakukan keburukan yang menyebabkan masuk
nereka.
Pendapat keempat: Mereka menjadi pelayan
penduduk surga.
Yazid
–rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada Anas radhiyallahu
‘anhu: Wahai Abu Hamzah, apa pendapatmu
tentang anak-anak kaum musyrikin (yang wafat sebelum balig)? Maka ia menjawab:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لَمْ تَكُنْ لَهُمْ سَيِّئَاتٌ، فَيُعَاقَبُوا بِهَا، فَيَكُونُوا
مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَلَمْ تَكُنْ لَهُمْ حَسَنَاتٌ، فَيُجَازَوْا بِهَا
فَيَكُونُوا مِنْ مُلُوكِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، هُمْ خَدَمُ أَهْلِ الْجَنَّةِ» [مسند الطيالسي: صححه الألباني في الصحيحة (1468) بمجموع
طرقه]
“Mereka
tidak memiliki keburukan untuk dihukum karenanya kemudian mereka menjadi
penduduk nereka. Dan mereka juga tidak punya kebaikan lalu diberi pahala
dengannya kemduaian mereka menjadi raja penduduk surga. Mereka adalah pelayannya
ahli surga”. [Musnad Ath-Thayalisiy: Shahih ligairih]
Pendapat kelima: Mereka menjadi
debu.
Pendapat keenam: Mereka di neraka.
Pendapat ketujuh: Mereka diuji di
akhirat seperti oang tuli, orang bodoh (gila), pikun, dan orang yang mati dalam
masa-masa kevakuman sehingga mereka tidak pernah mendengar ajaran Islam. Mereka
diperintahkan masuk api neraka, jika mereka masuk maka mereka akan mendapatkan
kesejukan di dalamnya, namun jika mereka tidak mau masuk maka mereka akan
diazab.
Aswad
bin Sari' radhiyallahu
‘anhu berkata: Sesungguhnya Nabiyullah ﷺ bersabda:
"
أَرْبَعَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: رَجُلٌ أَصَمُّ لَا يَسْمَعُ شَيْئًا، وَرَجُلٌ
أَحْمَقُ، وَرَجُلٌ هَرَمٌ، وَرَجُلٌ مَاتَ فِي فَتْرَةٍ، فَأَمَّا الْأَصَمُّ
فَيَقُولُ: رَبِّ، لَقَدْ جَاءَ الْإِسْلَامُ وَمَا أَسْمَعُ شَيْئًا، وَأَمَّا
الْأَحْمَقُ فَيَقُولُ: رَبِّ، لَقَدْ جَاءَ الْإِسْلَامُ وَالصِّبْيَانُ
يَحْذِفُونِي بِالْبَعْرِ، وَأَمَّا الْهَرَمُ فَيَقُولُ: رَبِّ، لَقَدْ جَاءَ
الْإِسْلَامُ وَمَا أَعْقِلُ شَيْئًا، وَأَمَّا الَّذِي مَاتَ فِي الْفَتْرَةِ
فَيَقُولُ: رَبِّ، مَا أَتَانِي لَكَ رَسُولٌ، فَيَأْخُذُ مَوَاثِيقَهُمْ
لَيُطِيعُنَّهُ، فَيُرْسِلُ إِلَيْهِمْ أَنْ ادْخُلُوا النَّارَ، قَالَ:
فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَوْ دَخَلُوهَا لَكَانَتْ عَلَيْهِمْ
بَرْدًا وَسَلَامًا "
"Ada
empat jenis orang di hari kiamat nanti: Seorang laki-laki tuli yang tidak
mendengar apapun, seorang laki-laki bodoh, seorang laki-laki yang pikun, dan
seorang laki-laki yang mati dalam masa-masa kevakuman (ajaran agama atau
risalah kenabian tidak sempat menjumpai dirinya). Orang tuli tersebut
menyampaikan alasannya, 'Wahai Rabku, telah datang Islam hanya aku tidak
mendengar apapun tentang hal itu'. Adapun orang yang bodoh beralasan, 'Wahai
Rabku, Islam telah datang, hanya anak-anak melempariku dengan kotoran unta'.
Adapun yang pikun berkata, 'Wahai Rabku, telah datang Islam hanya aku tidak
bisa berfikir sama sekali'. Adapun orang yang mati dalam masa-masa kevakuman
berkata, 'Wahai Rabku, para utusan-Mu tidak mendatangiku dan mengambil janji
orang-orang untuk taat kepadanya. Lantas Allah mengutus para malaikatnya untuk
mengatakan 'Masuklah kalian ke dalam neraka'. Demi Dzat yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, kalaulah mereka memasuki api tersebut, api itu akan
menjadi dingin dan menyelamatkan mereka".
Ø Dalam riwayat
lain; Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
«فَمَنْ
دَخَلَهَا كَانَتْ عَلَيْهِ بَرْدًا وَسَلَامًا، وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا يُسْحَبُ
إِلَيْهَا» [مسند
أحمد: حسن لغيره]
'Barangsiapa
memasuki api tersebut, api tersebut akan menjadi dingin dan menyelamatkan, dan
barangsiapa tidak memasukinya, ia justru diseret untuk memasukinya."
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Pendapat kedelapan: Mereka dalam
surga.
Ini
adalah pendapat yang shahih, dengan dalil:
a. Firman Allah subhanahu
wata'aalaa:
{وَمَا
كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]
Dan
Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. [Al-Israa': 15]
b. Hadits Abu
Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Nabi -shallallahu'alaihi wasallam-
bersabda:
«كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ،
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ»
“Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”. [Shahih Bukhari dan
Muslim]
c. Hadits Samurah
bin Jundub radhiyallahu ‘anhu;
Nabi ﷺ bercerita tentang mimpinya:
" وَأَمَّا الرَّجُلُ الطَّوِيلُ الَّذِي فِي الرَّوْضَةِ
فَإِنَّهُ إِبْرَاهِيمُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَّا الوِلْدَانُ
الَّذِينَ حَوْلَهُ فَكُلُّ مَوْلُودٍ مَاتَ عَلَى الفِطْرَةِ " قَالَ:
فَقَالَ بَعْضُ المُسْلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَأَوْلاَدُ المُشْرِكِينَ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَأَوْلاَدُ المُشْرِكِينَ»
[صحيح
البخاري]
“Adapun
laki-laki jangkung dalam taman, ia adalah Ibrahim shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dan adapun anak-anak di sekitarnya adalah bayi yang mati di atas
fitrah." Lantas sebagian sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, juga anak
orang-orang musyrik?' Rasulullah ﷺ bersabda,
"Juga anak-anak orang-orang musyrik!" [Shahih Bukhari]
Pendapat kesembilan:
Tidak menetapkan apakah masuk surga atau nereka.
Pendapat kesepuluh: Tidak ingin
membahasnya.
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 34; Cara dicabutnya ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...