Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الحِرْصِ عَلَى الحَدِيثِ
“Bab; Antusias mencari hadits”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
tentang keutamaan sikap antusias untuk mendapatkan atau mendengarkan hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, terutama bagi penuntut ilmu, karena
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah landasan utama bersama
Al-Qur’an dalam penetapan hukum Islam. Termasuk harus antusias untuk
memahaminya dengan benar dan selektif terhadap hadits shahih dan lemah.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
99 - حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ [الأويسي]، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ [بن بلال القرشي]، عَنْ عَمْرِو بْنِ
أَبِي عَمْرٍو [القرشي]، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ
النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلُنِي
عَنْ هَذَا الحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى
الحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ نَفْسِهِ»
Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz
bin Abdullah [Al-Uwaisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Sulaiman
[bin Bilal Al-Qurasyiy], dari 'Amru bin Abu 'Amru [Al-Qurasyiy], dari Sa'id bin
Abi Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: Ditanyakan
Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu pada
hari kiamat? Rasulullah ﷺ menjawab, "Aku
telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam
menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa antusias dirimu terhadap
hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah
orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya
atau jiwanya".
Penjelasan singkat hadits ini:
- Biografi Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
- Antusias Abu Hurairah dalam
menimba ilmu.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
“إِنَّ النَّاسَ
يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا
حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو: { إِنَّ
الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ
مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ
وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا
وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} [البقرة: 159-160] إِنَّ إِخْوَانَنَا
مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا
مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ،
وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ" [صحيح البخاري]
“Sungguh orang-orang berkata: Abu Hurairah terlalu
banyak (menyampaikan hadits). Padahal seandainya bukan karena dua ayat yang ada
dalam kitab Allah (Al-Qur’an) maka aku tidak akan menyampaikan satu hadits
pun”.
Kemudian Abu Hurairah membaca: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dila'nati
Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati. Kecuali
mereka yang telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran),
maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha
menerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 159-160]
“Sesungguhnya saudara kami dari kaum
Muhajirin telah disibukkan dengan perdagangan, dan sesungguhnya saudara kami
dari kaum Anshar telah disibukkan dengan pekerjaan pada harta mereka, dan
sesungguhnya Abu Hurairah senantiasa bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam (merasa cukup) sebatas kekenyangan perutnya, hadir saat mereka
tidak hadir, dan menghafal saat mereka tidak menghafal”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 19; Pergi menuntut ilmu
- Keutamaan bertanya yang baik
dalam menuntut ilmu.
Lihat: Kitab Ilmu bab 26; Bepergian untuk mencari jawaban tentang masalah yang terjadi
- Memberikan pujian kepada murid
yang cerdas dan semangat belajar jika tidak dikhawatirkan akan merasa
sombong.
Adapun jika pujian akan merusak dirinya
maka mesti ditinggalkan. Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu
berkata; Ada seseorang menyanjung orang lain di hadapan Nabi ﷺ maka beliau berkata:
«وَيْلَكَ قَطَعْتَ
عُنُقَ صَاحِبِكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ» مِرَارًا، ثُمَّ قَالَ: «مَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لاَ مَحَالَةَ، فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلاَنًا،
وَاللَّهُ حَسِيبُهُ، وَلاَ أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ كَذَا
وَكَذَا، إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Celaka kamu, kamu telah memenggal
leher sahabatmu, kamu telah mememggal leher sahabatmu". Kalimat ini
diucapkan oleh beliau berulang kali, kemudian beliau bersabda: "Siapa
diantara kalian yang ingin memuji saudaranya tidak ada pilihan lain, maka
hendaklah ia mengucapkan; Aku mengira si Fulan, dan Allah yang lebih pantas
menilainya, dan aku tidak memuji seorangpun di hadapan Allah, aku mengira dia
begini begini, jika dia mengetahui hal itu dari saudaranya". [Shahih Bukhari
dan Muslim]
- Penetapan adanya syafa’at di
hari akhirat.
Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: شَفَعَتِ
الْمَلاَئِكَةُ، وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ، وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ، وَلَمْ يَبْقَ
إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ
مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ» [صحيح مسلم]
“Allah ‘azza wajalla berfirman:
Para Malaikat telah memberi syafa'at, para Nabi juga telah memberi syafa'at,
dan orang-orang beriman telah memberi syafa'at, dan tidak ada lagi yang tersisa
selain Yang Paling Pemurah. Lalu Allah mengambil segenggam orang-orang dari
neraka, maka keluarlah orang-orang yang tidak melakukan kebaikan apa pun
(selain tauhid)”. [Sahih Muslim]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (17); Syafa’at
- Bantahan kepada kaum khawarij
yang menghukum kafir bagi pelaku dosa besar.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«شَفَاعَتِي لِأَهْلِ
الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي»
“Syafa'atku untuk pelaku dosa besar dari
umatku”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
- Syafa’at Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ،
فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ القِيَامَةِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Setiap nabi punya satu do'a
yang telah ia panjatkan dan telah dikabulkan. Maka aku menjadikan do'aku
sebagai syafa'at bagi umatku di hari kiamat". [Sahih Bukhari dan Muslim]
- Bagaimana mendapatkan syafa’at
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantaranya:
1) Mengucapkan dua kalima tauhid dengan tulus.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah ﷺ bersabda:
«لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ
مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ، وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ
دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ
اللهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا» [صحيح مسلم]
"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab,
maka setiap nabi menyegerakan doanya, dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku
sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafaatku akan
mencakup orang yang mati dari kalangan umatku yang tidak mensyirikkan Allah
dengan sesuatu apa pun." [Shahih Muslim]
2) Bershalawat
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ صَلَّى عَلَيَّ أَوْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حَقَّتْ
عَلَيْهِ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
"Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku atau meminta untukku wasilah, maka ia berhak mendapat
syafa'atku di hari kiamat". [Fadhlu Ash-Shalaah 'ala An-Nabiy: Sahih]
3) Meminta wasilah untuk Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu
'anhuma, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله
عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ،
وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ
الشَّفَاعَةُ» [صحيح مسلم]
"Jika kalian mendengar
muadzin (adzan), maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian
berselawatlah untukku, karena sesungguhnya barangsiapa yang berselawat untukku
maka Allah akan berselawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada
Allah untukku "Al-Wasilah", yaitu tempat yang paling mulia di
surga, tidak ada yang berhak menghuninya kecuali untuk seseorang dari hamba
Allah, dan aku berharap akulah orangnya, maka barangsiapa yang meminta untukku
"al-wasilah" maka ia berhak mendapatkan syafa'at. [Sahih
Muslim]
4) Bersabar tinggal di Madinah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ
مِنْ أُمَّتِي، إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَوْ شَهِيدًا» [صحيح مسلم]
"Tidak ada yang bersabar
akan kemiskinan kota Madinah dan kesulitan hidupnya seorangpun dari umatku kecuali
aku akan menjadi pembela dan saksi untuknya di hari kiamat". [Sahih
Muslim]
5) Mati di Madinah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا،
فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا» [سنن الترمذي: صحيح]
"Barangsiapa yang bisa mati bertepatan saat ia
berada di Madinah maka hendaklah ia mati di sana, karena sesungguhnya aku akan
memberi syafa'at bagi orang yang mati di sana". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
- Syarat memberi dan mendapatkan
syafa’at.
Diantaranya:
a) Meminta syafa’at hanya kepada Allah.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا
يُؤْخَذْ مِنْهَا} [الأنعام: 70]
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar
masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya
sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at
selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun,
niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. [Al-An'aam:70]
b) Tidak meminta syafa’at kepada selain
Allah; tidak kepada Nabi, Malaikat, ataupun orang shalih.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا
يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ
أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس: 18]
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan
mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada
kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada
Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula)
dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka
mempersekutukan (itu). [Yunus: 18]
c) Mendapatkan izin dari Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ} [يونس: 3]
Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. [Yunus:3]
d) Hak memberi syafaat diberikan kepada
orang yang diridhai oleh Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَوْمَئِذٍ لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ
الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا} [طه: 109]
Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang
Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai
perkataannya. [Thahaa:
109]
{وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [الزخرف: 86]
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang
yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). [Az-Zukhruf: 86]
e)
Syafa’at
tidak diberikan kecuali untuk orang yang diridhai oleh Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ
الرَّحْمَنِ عَهْدًا} [مريم: 87]
Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah
mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. [Maryam: 87]
- Keutamaan tauhid.
Lihat: Keutamaan Tauhid
- Syarat diterimanya kalimat
syahadat.
Syarat
pertama: Mengetahui makna yang
dikandung kalimat syahadat.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ} [محمد: 19]
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan yang berhak disembah) selain Allah".
[Muhammad:19]
Ø Dari Usman -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ مَاتَ
وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ»
"Barangsiapa yang meninggal dan mengatahui
bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, ia akan masuk surga".
[Shahih Muslim]
Syarat
kedua: Meyakini kebenaran makna
tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ} [الحجرات:
15]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar".
[Al-Hujurat: 15]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا
عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah dan Aku adalah utusan Allah, tidak seorang hamba
pun yang bertemu dengan Allah dengan dua kalimat tersebut tanpa keraguan
kecuali ia masuk surga". [Shahih Muslim]
Syarat
ketiga: Menerima dengan lapang
semua yang dikandung oleh kalimat syahadat dengan hati dan lisan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو
آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ} [الصافات: 35-36]
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata:
"Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena
seorang penyair gila?" [Ash-Shaffat: 35-36]
Syarat
keempat: Melaksanakan kandungan
kalimat syahadat tersebut.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا
لَهُ} [الزمر: 54]
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan
berserah dirilah kepada-Nya. [Az-Zumar: 53-54]
{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya". [An-Nisa: 65]
Ø Dari Abdullah bin Amr -radhiallahu 'anhuma-,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ
هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ»
"Tidaklah sempurna keimanan seseorang
di antar kalian sampai ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku
bawa". [As-Sunnah karya Ibnu Abi 'Ashim: Sanadnya dhaif]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi
Syarat
kelima: Jujur dalam melaksanakan
kandungan kalimat syahadat, jujur perkataan dan perbuatannya, harus sesuai
dangan keyakinannya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا
بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ
اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا
يَشْعُرُونَ} [البقرة: 8-9]
"Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar". [Al-Baqarah: 8-9]
Ø Dari Mu'az bin Jabal -radhiallahu 'anhu-,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ،
إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»
"Tidak seorangpun yang bersaksi bahwa
sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa
sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah, jujur dari lubuk hatinya,
kecuali Allah mengharamkan baginya api neraka". [Shahih Bukhari]
Syarat
keenam: Ikhlas melaksanakan
kandungan kalimat syahadat, hanya mengharap Allah subhanahu wata'ala
semata, tidak ada syirik dan perasaan riya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ} [الزمر:
3]
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik)". [Az-Zumar: 3]
Ø Dari 'Itban bin Malik -radhiallahu 'anhu-,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ
مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ»
"Sesungguhnya Allah mengharamkan
neraka bagi orang-orang yang mengatakan: Tiada tuhan yang berhak disembah
selain Allah, ia mengatakannya hanya demi mengharapkan wajah Allah".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Syarat
ketuju: Melaksanakan semua
kandungan kalimat syahadat dengan penuh rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا
لِلَّهِ} [البقرة: 165]
"Adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah". (Al-Baqarah: 165)
Ø Dari Anas radhiyallahu'anhu, Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam- bersabda:
«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»
"Tidaklah beriman seorang
dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan
dari manusia seluruhnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarat sah kalimat syahadat
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...