Rabu, 02 Juni 2021

Kitab Ilmu bab 33; Antusias mencari hadits

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ الحِرْصِ عَلَى الحَدِيثِ

“Bab; Antusias mencari hadits”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang keutamaan sikap antusias untuk mendapatkan atau mendengarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, terutama bagi penuntut ilmu, karena hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah landasan utama bersama Al-Qur’an dalam penetapan hukum Islam. Termasuk harus antusias untuk memahaminya dengan benar dan selektif terhadap hadits shahih dan lemah.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

99 - حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [الأويسي]، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ [بن بلال القرشي]، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو [القرشي]، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ نَفْسِهِ»

Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abdullah [Al-Uwaisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Sulaiman [bin Bilal Al-Qurasyiy], dari 'Amru bin Abu 'Amru [Al-Qurasyiy], dari Sa'id bin Abi Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: Ditanyakan Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat? Rasulullah menjawab, "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa antusias dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya".

Penjelasan singkat hadits ini:

  1. Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

  1. Antusias Abu Hurairah dalam menimba ilmu.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو: { إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} [البقرة: 159-160] إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ" [صحيح البخاري]

“Sungguh orang-orang berkata: Abu Hurairah terlalu banyak (menyampaikan hadits). Padahal seandainya bukan karena dua ayat yang ada dalam kitab Allah (Al-Qur’an) maka aku tidak akan menyampaikan satu hadits pun”.

Kemudian Abu Hurairah membaca: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati. Kecuali mereka yang telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 159-160]

“Sesungguhnya saudara kami dari kaum Muhajirin telah disibukkan dengan perdagangan, dan sesungguhnya saudara kami dari kaum Anshar telah disibukkan dengan pekerjaan pada harta mereka, dan sesungguhnya Abu Hurairah senantiasa bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (merasa cukup) sebatas kekenyangan perutnya, hadir saat mereka tidak hadir, dan menghafal saat mereka tidak menghafal”.  [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kitab Ilmu bab 19; Pergi menuntut ilmu

  1. Keutamaan bertanya yang baik dalam menuntut ilmu.

Lihat: Kitab Ilmu bab 26; Bepergian untuk mencari jawaban tentang masalah yang terjadi

  1. Memberikan pujian kepada murid yang cerdas dan semangat belajar jika tidak dikhawatirkan akan merasa sombong.

Adapun jika pujian akan merusak dirinya maka mesti ditinggalkan. Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu berkata; Ada seseorang menyanjung orang lain di hadapan Nabi maka beliau berkata:

«وَيْلَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ» مِرَارًا، ثُمَّ قَالَ: «مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لاَ مَحَالَةَ، فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلاَنًا، وَاللَّهُ حَسِيبُهُ، وَلاَ أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Celaka kamu, kamu telah memenggal leher sahabatmu, kamu telah mememggal leher sahabatmu". Kalimat ini diucapkan oleh beliau berulang kali, kemudian beliau bersabda: "Siapa diantara kalian yang ingin memuji saudaranya tidak ada pilihan lain, maka hendaklah ia mengucapkan; Aku mengira si Fulan, dan Allah yang lebih pantas menilainya, dan aku tidak memuji seorangpun di hadapan Allah, aku mengira dia begini begini, jika dia mengetahui hal itu dari saudaranya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

  1. Penetapan adanya syafa’at di hari akhirat.

Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ، وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ، وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ، وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ» [صحيح مسلم]

“Allah ‘azza wajalla berfirman: Para Malaikat telah memberi syafa'at, para Nabi juga telah memberi syafa'at, dan orang-orang beriman telah memberi syafa'at, dan tidak ada lagi yang tersisa selain Yang Paling Pemurah. Lalu Allah mengambil segenggam orang-orang dari neraka, maka keluarlah orang-orang yang tidak melakukan kebaikan apa pun (selain tauhid)”. [Sahih Muslim]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (17); Syafa’at

  1. Bantahan kepada kaum khawarij yang menghukum kafir bagi pelaku dosa besar.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي»

“Syafa'atku untuk pelaku dosa besar dari umatku”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

  1. Syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ، فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ القِيَامَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Setiap nabi punya satu do'a yang telah ia panjatkan dan telah dikabulkan. Maka aku menjadikan do'aku sebagai syafa'at bagi umatku di hari kiamat". [Sahih Bukhari dan Muslim]

  1. Bagaimana mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Diantaranya:

1)      Mengucapkan dua kalima tauhid dengan tulus.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah  bersabda:

«لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ، وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا» [صحيح مسلم]

"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya, dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafaatku akan mencakup orang yang mati dari kalangan umatku yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apa pun." [Shahih Muslim]

2)      Bershalawat

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ صَلَّى عَلَيَّ أَوْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حَقَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku atau meminta untukku wasilah, maka ia berhak mendapat syafa'atku di hari kiamat". [Fadhlu Ash-Shalaah 'ala An-Nabiy: Sahih]

3)      Meminta wasilah untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

«إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ» [صحيح مسلم]

"Jika kalian mendengar muadzin (adzan), maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian berselawatlah untukku, karena sesungguhnya barangsiapa yang berselawat untukku maka Allah akan berselawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah untukku "Al-Wasilah", yaitu tempat yang paling mulia di surga, tidak ada yang berhak menghuninya kecuali untuk seseorang dari hamba Allah, dan aku berharap akulah orangnya, maka barangsiapa yang meminta untukku "al-wasilah" maka ia berhak mendapatkan syafa'at. [Sahih Muslim]

4)      Bersabar tinggal di Madinah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي، إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَوْ شَهِيدًا» [صحيح مسلم]

"Tidak ada yang bersabar akan kemiskinan kota Madinah dan kesulitan hidupnya seorangpun dari umatku kecuali aku akan menjadi pembela dan saksi untuknya di hari kiamat". [Sahih Muslim]

5)      Mati di Madinah

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا، فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا» [سنن الترمذي: صحيح]

"Barangsiapa yang bisa mati bertepatan saat ia berada di Madinah maka hendaklah ia mati di sana, karena sesungguhnya aku akan memberi syafa'at bagi orang yang mati di sana". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

  1. Syarat memberi dan mendapatkan syafa’at.

Diantaranya:

a)      Meminta syafa’at hanya kepada Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا} [الأنعام: 70]

Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. [Al-An'aam:70]

b)      Tidak meminta syafa’at kepada selain Allah; tidak kepada Nabi, Malaikat, ataupun orang shalih.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس: 18]

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). [Yunus: 18]

c)       Mendapatkan izin dari Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ} [يونس: 3]

Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. [Yunus:3]

d)      Hak memberi syafaat diberikan kepada orang yang diridhai oleh Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَوْمَئِذٍ لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا} [طه: 109]

Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya. [Thahaa: 109]

{وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [الزخرف: 86]

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). [Az-Zukhruf: 86]

e)      Syafa’at tidak diberikan kecuali untuk orang yang diridhai oleh Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا} [مريم: 87]

Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. [Maryam: 87]

  1. Keutamaan tauhid.

Lihat: Keutamaan Tauhid

  1. Syarat diterimanya kalimat syahadat.

Syarat pertama: Mengetahui makna yang dikandung kalimat syahadat.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ} [محمد: 19]

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan yang berhak disembah) selain Allah". [Muhammad:19]

Ø  Dari Usman -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ»

"Barangsiapa yang meninggal dan mengatahui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, ia akan masuk surga". [Shahih Muslim]

Syarat kedua: Meyakini kebenaran makna tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ} [الحجرات: 15]

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar". [Al-Hujurat: 15]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Aku adalah utusan Allah, tidak seorang hamba pun yang bertemu dengan Allah dengan dua kalimat tersebut tanpa keraguan kecuali ia masuk surga". [Shahih Muslim]

Syarat ketiga: Menerima dengan lapang semua yang dikandung oleh kalimat syahadat dengan hati dan lisan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ} [الصافات: 35-36]

"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash-Shaffat: 35-36]

Syarat keempat: Melaksanakan kandungan kalimat syahadat tersebut.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ} [الزمر: 54]

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya. [Az-Zumar: 53-54]

{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". [An-Nisa: 65]

Ø  Dari Abdullah bin Amr -radhiallahu 'anhuma-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ»

"Tidaklah sempurna keimanan seseorang di antar kalian sampai ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa". [As-Sunnah karya Ibnu Abi 'Ashim: Sanadnya dhaif]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi

Syarat kelima: Jujur dalam melaksanakan kandungan kalimat syahadat, jujur perkataan dan perbuatannya, harus sesuai dangan keyakinannya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ} [البقرة: 8-9]

"Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar". [Al-Baqarah: 8-9]

Ø  Dari Mu'az bin Jabal -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»

"Tidak seorangpun yang bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah, jujur dari lubuk hatinya, kecuali Allah mengharamkan baginya api neraka". [Shahih Bukhari]

Syarat keenam: Ikhlas melaksanakan kandungan kalimat syahadat, hanya mengharap Allah subhanahu wata'ala semata, tidak ada syirik dan perasaan riya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ} [الزمر: 3]

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)". [Az-Zumar: 3]

Ø  Dari 'Itban bin Malik -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ»

"Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengatakan: Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, ia mengatakannya hanya demi mengharapkan wajah Allah". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Syarat ketuju: Melaksanakan semua kandungan kalimat syahadat dengan penuh rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة: 165]

"Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah". (Al-Baqarah: 165)

Ø  Dari Anas radhiyallahu'anhu, Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarat sah kalimat syahadat

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 31 dan 32; Pendidikan agama bagi kaum wanita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...