Rabu, 05 Januari 2022

Kitab Iman bab 12; Menghindari fitnah (cobaan) adalah bagian dari agama

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: مِنَ الدِّينِ الفِرَارُ مِنَ الفِتَنِ

Bab: “Menghindari fitnah adalah bagian dari agama”

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa termasuk dari amalan agama dan terkhusus iman adalah menghindari segala fitnah dan cobaan bukan malah mendendekatinya atau bahkan masuk ke dalamnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

19 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ»

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha'Sha'ah, dari bapaknya, dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Bahwa dia berkata, Rasulullah bersabda, "Hampir saja terjadi (suatu zaman) harta seorang muslim yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar dengan membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah".

Penjelasan singkat hadits ini:

  1. Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https:/https://umar-arrahimy.blogspot.com/

  1. Sebab irad hadits ini.

Abdullah bin Abu Sha'sha'ah –rahimahullah- berkata: Abu Sa'id Al-Khudriy radhiallahu'anhu berkata kepadaku:

إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الغَنَمَ، وَتَتَّخِذُهَا، فَأَصْلِحْهَا وَأَصْلِحْ رُعَامَهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ «يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، تَكُونُ الغَنَمُ فِيهِ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ، يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ، أَوْ سَعَفَ الجِبَالِ فِي مَوَاقِعِ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ» [صحيح البخاري]

"Sungguh aku melihat kamu orang yang menyukai kambing dan memeliharanya, maka berbuatlah baik untuk kambingmu dan berbuatlah baik dalam pengembalaannya karena aku pernah mendengar Nabi bersabda, "Akan datang kepada manusia suatu zaman yang saat itu kambing akan menjadi harta seorang muslim yang paling baik, dia menggembalakannya di gunung-gunung atau di puncak gunung dan lembah-lembah tempat turunnya air hujan, karena dia lari menyelamatkan agamanya untuk menghindari fitnah (krisis agama) ". [Shahih Bukhari]

  1. Buruknya kondisi akhir zaman.

Zubair bin 'Adiy -rahimahullah- mengatakan: Pernah kami mendatangi Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, kemudian kami mengutarakan kepadanya keluh kesah kami tentang ulah Al-Hajjaj. Maka dia menjawab;

«اصْبِرُوا، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ»

"Bersabarlah, sebab tidaklah kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian".

Aku mendengar hadits ini dari Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam. [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Akan datang kepada manusia satu masa dimana orang yang bersabar di atas agamanya di antara mereka seperti orang yang menggenggam bara api". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak akan datang hari kiamat sampai ada orang yang melewati suatu kuburan dan berkata: Seandainya saja aku yang berada di dalam kubur ini." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ»

"Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh kedustaan, pendusta dipercaya, dan orang jujur didustakan, penghianat diberi amanah, dan orang amanah dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah turut berbicara"

Ditanyakan: Apa itu ar-rawaibidhah?

Beliau menjawab:

«الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Orang bodoh (hina) berkomentar dalam urusan umum (yang bukan keahlihannya)". [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Dalam riwayat lain:

«السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [مسند أحمد: حسن]

"Orang bodoh yang berbicara tentang urusan umum". [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا» [صحيح مسلم]

"Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir dipagi harinya. Dia menjual agamanya dengan kenikmatan dunia." [Shahih Muslim]

  1. Keutamaan menjauhi fitnah (ujian dan cobaan).

Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]

"Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

«سَتَكُونُ فِتَنٌ القَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ القَائِمِ، وَالقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ المَاشِي، وَالمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي، وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ، وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Akan terjadi fitnah yang ketika itu orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari, dan siapa yang ingin melihat fitnah itu, maka fitnah itu akan mengintainya, siapa yang menemukan tempat pertahanan atau tempat perlindungan, hendaklah dia berlindung kepadanya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ» قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا؟ فَقَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ، قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang perkara-perkara kebaikan sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut akan menimpaku. Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?". Beliau menjawab: "Ya". Aku bertanya lagi; "Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?". Beliau menjawab: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada "dakhan" (kotorannya)". Aku bertanya lagi; "Apa kotorannya itu?". Beliau menjawab: "Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kamu mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari (amalannya ada yang baik dan ada yang buruk)". Aku kembali bertanya; "Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan timbul lagi keburukan?". Beliau menjawab: "Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya". Aku kembali bertanya; "Wahai Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?". Beliau menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kalian dan berbicara dengan bahasa kalian". Aku katakan; "Apa yang baginda perintahkan kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?". Beliau menjawab: "Kamu tetap berpegang (bergabung) kepada jama'atul miuslimin dan pemimpin mereka". Aku kembali berkata; "Jika saat itu tidak ada jama'atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?". Beliau menjawab: "Kamu tinggalkan seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kamu harus memakan akar pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam keadaan itu (berpegang kepada kebenaran) ". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Utsman Asy-Syahham berkata, Aku pergi bersama Farqad As-Sabakhiy untuk menemui Muslim bin Abu Bakrah di kawasannya. Kami memasuki kediamannya lalu kami bertanya: Apakah kau mendengar ayahmu menceritakan suatu hadits tentang tentang fitnah?

Ia menjawab: Ya, aku pernah mendengar Abu Bakrah menceritakan, ia berkata, Rasulullah bersabda:

" إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتَنٌ: أَلَا ثُمَّ تَكُونُ فِتْنَةٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي فِيهَا، وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي إِلَيْهَا. أَلَا، فَإِذَا نَزَلَتْ أَوْ وَقَعَتْ، فَمَنْ كَانَ لَهُ إِبِلٌ فَلْيَلْحَقْ بِإِبِلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ لَهُ غَنَمٌ فَلْيَلْحَقْ بِغَنَمِهِ، وَمَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَلْحَقْ بِأَرْضِهِ " قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ إِبِلٌ وَلَا غَنَمٌ وَلَا أَرْضٌ؟ قَالَ: «يَعْمِدُ إِلَى سَيْفِهِ فَيَدُقُّ عَلَى حَدِّهِ بِحَجَرٍ، ثُمَّ لِيَنْجُ إِنِ اسْتَطَاعَ النَّجَاءَ، اللهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟» قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ أُكْرِهْتُ حَتَّى يُنْطَلَقَ بِي إِلَى أَحَدِ الصَّفَّيْنِ، أَوْ إِحْدَى الْفِئَتَيْنِ، فَضَرَبَنِي رَجُلٌ بِسَيْفِهِ، أَوْ يَجِيءُ سَهْمٌ فَيَقْتُلُنِي؟ قَالَ: «يَبُوءُ بِإِثْمِهِ وَإِثْمِكَ، وَيَكُونُ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ» [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya akan terjadi fitnah-fitnah, ingat, setelah itu terjadi fitnah, orang duduk saat itu lebih baik daripada yang berjalan dan yang berjalan saat itu lebih baik dari yang berlari kecil menujunya. Ingat, bila fitnah terjadi, barangsiapa memiliki unta, hendaklah menyusul dengan untanya, barangsiapa memiliki kambing, hendaklah menyusul dengan kambingnya dan barangsiapa memiliki tanah, hendaklah menyusul dengan tanahnya." Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, menurut Tuan bagaimana dengan orang yang tidak memiliki unta, kambing atau tanah? Beliau menjawab, "Ia berpegangan pada pedangnya lalu memukulkan bagian tajamnya ke batu kemudian hendaklah menyelamatkan diri bila mampu. Ya Allah, apakah telah aku sampaikan, Ya Allah, apakah telah aku sampaikan, Ya Allah, apakah telah aku sampaikan?" seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, menurut Tuan bagaimana bila aku dipaksa hingga aku dibawa menuju salah satu dari kedua kubu atau salah satu dari dua kelompok lalu seseorang menebasku dengan pedangnya atau anak panah menimpaku lalu membunuhku? Beliau menjawab, "Ia datang membawa dosanya dan dosamu dan ia termasuk penghuni neraka." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Ma'qil bin Yasar radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ» [صحيح مسلم]

"Beribadah di waktu haraj (banyak fitnah dan cobaan) seperti berhijrah kepadaku". [Sahih Muslim]

Ø  Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata:

«إِنَّ هَذِهِ الْفِتْنَةَ إِذَا أَقْبَلَتْ عَرَفَهَا كُلُّ عَالِمٍ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ عَرَفَهَا كُلُّ جَاهِلٍ»

"Fitnah (godaan) ini, jika akan terjadi maka semua ulama mengetahuinya, dan jika sudah berlalu maka semua orang bodoh juga bisa mengetahuinya". [Ath-Thabaqat karya Ibnu Sa'ad]

  1. Kapan sebaiknya seseorang uzlah (menyendiri) untuk menghidari fitnah?

Jika ia mampu memberikan kebaikan kepada orang lain dan tetap menjaga diri maka labih baik ia berbaur dengan manusia. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ، أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ، وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

Orang mukmin yang berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma berkata; Suatu hari ketika kami sedang berada bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

«طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ»، فَقِيلَ: مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أُنَاسٌ صَالِحُونَ، فِي أُنَاسِ سُوءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Beruntunglah orang-orang yang asing." Maka dikatakan kepada beliau, "Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang-orang shalih yang berada di tengah-tengah orang-orang jahat yang banyak, yang mengingkari mereka jumlahnya lebih banyak daripada yang menaati mereka." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiallahu'anhu berkata: Demi Allah, aku telah mendengar Rasulullah bersabda:

«إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ، إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنِ، إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنُ، وَلَمَنْ ابْتُلِيَ فَصَبَرَ فَوَاهًا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Orang yang bahagia adalah orang yang terhindar dari fitnah, orang yang bahagia adalah orang yang terhindar dari fitnah, orang yang bahagia adalah orang yang terhindar dari fitnah dan orang yang tertimpa musibah lalu bersabar, maka beruntunglah ia”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Namun jika ia tidak bisa menjaga dirinya maka sebaiknya ia menghidari manusia.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiallahu'anhu mengatakan:

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: " رَجُلٌ جَاهَدَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، وَرَجُلٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ: يَعْبُدُ رَبَّهُ، وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ " [صحيح البخاري ومسلم]

Seorang Arab Badui mendatangi Nabi dan bertanya; 'Wahai Rasulullah, siapa manusia terbaik? ' Nabi menjawab, "Seseorang yang berjihad dengan nyawa dan hartanya, dan seseorang yang mengucilkan diri di sebuah puncak perbukitan untuk konsentrasi beribadah kepada Tuhannya dan meninggalkan manusia dari kejahatannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مِنْ خَيْرِ مَعَاشِ النَّاسِ لَهُمْ، رَجُلٌ مُمْسِكٌ عِنَانَ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، يَطِيرُ عَلَى مَتْنِهِ، كُلَّمَا سَمِعَ هَيْعَةً، أَوْ فَزْعَةً طَارَ عَلَيْهِ، يَبْتَغِي الْقَتْلَ وَالْمَوْتَ مَظَانَّهُ، أَوْ رَجُلٌ فِي غُنَيْمَةٍ فِي رَأْسِ شَعَفَةٍ مِنْ هَذِهِ الشَّعَفِ، أَوْ بَطْنِ وَادٍ مِنْ هَذِهِ الْأَوْدِيَةِ، يُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَيُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَيَعْبُدُ رَبَّهُ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْيَقِينُ، لَيْسَ مِنَ النَّاسِ إِلَّا فِي خَيْرٍ» [صحيح مسلم]

"Sebaik-baik kehidupan manusia adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya dan bergegas untuk berjuang di jalan Allah, setiap kali mendengar suara musuh yang menakutkan atau sangat mengerikan, ia melompat ke atas punggung kudanya untuk mengharapkan kematian. Atau seorang laki-laki yang berada dalam kumpulan kambing yang berada di puncak gunung atau berada di pedalaman lembah ini, ia mendirikan shalat, menunaikan zakat dan beribadah kepada Rabb-nya sampai menemui ajalnya, tidaklah ia menjadi manusia kecuali dalam kebaikan." [Shahih Muslim]

Ø  Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash rahimahullah berkata:

كَانَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فِي إِبِلِهِ، فَجَاءَهُ ابْنُهُ عُمَرُ، فَلَمَّا رَآهُ سَعْدٌ قَالَ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الرَّاكِبِ، فَنَزَلَ فَقَالَ لَهُ: أَنَزَلْتَ فِي إِبِلِكَ وَغَنَمِكَ، وَتَرَكْتَ النَّاسَ يَتَنَازَعُونَ الْمُلْكَ بَيْنَهُمْ؟ فَضَرَبَ سَعْدٌ فِي صَدْرِهِ، فَقَالَ: اسْكُتْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ» [صحيح مسلم]

Sa'ad bin Abi Waqqash -radhiyallahu 'anhu- tengah mengurus untanya lalu Umar anaknya mendatanginya, saat Sa'ad melihatnya, dia berkata, Aku berlindung kepada Allah dari keburukan pengendara ini. ia turun lalu berkata pada Sa'ad berkata, Apa kau mengurus unta dan kambingmu sementara kau membiarkan orang-orang saling memperebuatkan kekuasaan diantara mereka? Saat memukul dadanya lalu berkata, Diam, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bertakwa, merasa cukup, dan menyendiri." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu;

أَنَّهُ خَرَجَ يَوْمًا إِلَى مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَاعِدًا عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْكِي؟ فَقَالَ: مَا يُبْكِيكَ؟ قَالَ: يُبْكِينِي شَيْءٌ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «إِنَّ يَسِيرَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ، وَإِنَّ مَنْ عَادَى لِلَّهِ وَلِيًّا، فَقَدْ بَارَزَ اللَّهَ بِالْمُحَارَبَةِ، إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ، الَّذِينَ إِذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا، وَإِنْ حَضَرُوا لَمْ يُدْعَوْا، وَلَمْ يُعْرَفُوا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيحُ الْهُدَى، يَخْرُجُونَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ» [سنن ابن ماجه: حسن لغيره]

Bahwa suatu ketika dia keluar menuju masjid Nabi lalu berjumpa dengan Mu'adz bin Jabal yang sedang duduk di sisi Kuburan Nabi sambil menangis. Maka ia pun bertanya, "Apa yang membuatmu manangis?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah , aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya riya' yang paling ringan pun sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi wali Allah maka dia telah menantang bertarung dengan Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak diajak dan tidak dikenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap keburukan (fitnah) yang gelap." [Sunan Ibnu Majah: Hasan ligairih]

  1. Keutamaan mengembala kambing.

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الغَنَمَ»، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ فَقَالَ: «نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ» [صحيح البخاري]

"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia menggembalakan kambing". Para sahabat bertanya, "Termasuk engkau juga?" Maka beliau menjawab, "Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa qirat (keping dinar) milik penduduk Makkah". [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الفَخْرُ وَالخُيَلاَءُ فِي أَهْلِ الخَيْلِ وَالإِبِلِ، وَالفَدَّادِينَ أَهْلِ الوَبَرِ، وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الغَنَمِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Kebanggaan diri sendiri dan kesombongan terletak pada para pemilik kuda dan unta dan yang biasa bersuara keras dari para pengembala unta yang berpindah-pindah (badui), sedangkan ketenangan ada pada para pemilik kambing". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Al-Baraa' bin 'Aazib radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ditanya tentang shalat di kandang kambing, maka Rasulullah menjawab:

«صَلُّوا فِيهَا فَإِنَّهَا بَرَكَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Shalatlah kalian di kandang kambing, karena kambing adalah berkah". [Sunan Abu Daud: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِنَّ الْغَنَمَ مِنْ دَوَابِّ الْجَنَّةِ فَامْسَحُوا رُغَامَهَا وَصَلُّوا فِي مَرَابِضِهَا " [السنن الكبرى للبيهقي: حسنه الألباني]

"Sesungguhnya kambing adalah salah satu hewan surga, maka basuhlah ingusnya, dan shalatlah kalian di kandangnya". [As-Sunan Al-Kubraa Al-Baehaqiy: Hasan]

  1. Macam-macam fitnah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ} [الأنبياء: 35]

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al-Anbiyaa':35]

Ø  Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»

"Aku tidak meninggalkan fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih berbahaya bagi laki-laki dari cobaan wanita." [Sahih Bukhari]

Ø  Ka'ab bin 'Iyadh radhiyallahu 'anhu berkata, Aku mendengar Nabi bersabda:

«إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي المَالُ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Sesungguhnya setiap umat itu memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Macam-macam fitnah (ujian) dalam Al-Qur’an

  1. Bagaimana menghidari fitnah?

Hanya Allah ‘azza wajalla yang bisa menjauhkan dari fitnah, Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [المائدة: 41]

Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. [Al-Maidah: 41]

Lihat: Bagaimana kita selamat dari fitnah (cobaankehidupan)

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Iman bab 11 (tanpa judul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...