Rabu, 19 Januari 2022

Kitab Iman bab 15; Bertingkat-tingkatnya orang beriman dalam amalan

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: تَفَاضُلِ أَهْلِ الإِيمَانِ فِي الأَعْمَالِ

Bab: “Bertingkat-tingkatnya orang beriman dalam amalan”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa amalan orang beriman itu kualitasnya bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar imannya sebagaimana terkandung dalam dua hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu yang akan diriwayatkan dalam bab ini.

A.    Hadits pertama:

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

22 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [ابن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى المَازِنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يَدْخُلُ أَهْلُ الجَنَّةِ الجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ»، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: «أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ. فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الحَيَا، أَوِ الحَيَاةِ - شَكَّ مَالِكٌ - فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً»

قَالَ وُهَيْبٌ: حَدَّثَنَا عَمْرٌو: "الحَيَاةِ"، وَقَالَ: "خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ"

Telah menceritakan kepada kami Isma'il [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Malik, dari 'Amru bin Yahya Al-Maziniy, dari bapaknya, dari Abu Sa'id Al-Khudriy dari Nabi , beliau bersabda, "Ahlu surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk neraka. Lalu Allah Ta'ala berfirman, "Keluarkan dari neraka siapa yang di dalam hatinya ada iman sebesar biji sawi". Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian dimasukkan ke dalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu- Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan."

Berkata Wuhaib: Telah menceritakan kepada kami 'Amru (dengan lafadz): "Kehidupan". Dan berkata (dalam riwayatnya): "Sedikit dari kebaikan".

Penjelasan singkat hadits ini:

  1. Biografi Abu Sa’id Al-Khudariy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

  1. Ampunan Allah ta'aalaa sesuai dengan kadar keimanan seseorang.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu berkata:

قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ: «هَلْ تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ وَالقَمَرِ إِذَا كَانَتْ صَحْوًا؟»، قُلْنَا: لاَ، قَالَ: «فَإِنَّكُمْ لاَ تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ يَوْمَئِذٍ، إِلَّا كَمَا تُضَارُونَ فِي رُؤْيَتِهِمَا» ثُمَّ قَالَ: " يُنَادِي مُنَادٍ: لِيَذْهَبْ كُلُّ قَوْمٍ إِلَى مَا كَانُوا يَعْبُدُونَ، فَيَذْهَبُ أَصْحَابُ الصَّلِيبِ مَعَ صَلِيبِهِمْ، وَأَصْحَابُ الأَوْثَانِ مَعَ أَوْثَانِهِمْ، وَأَصْحَابُ كُلِّ آلِهَةٍ مَعَ آلِهَتِهِمْ، حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ، مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ، وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ، فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: كُنَّا نَعْبُدُ المَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ، وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ، فَيُقَالُ لَهُمْ: مَا يَحْبِسُكُمْ وَقَدْ ذَهَبَ النَّاسُ؟ فَيَقُولُونَ: فَارَقْنَاهُمْ، وَنَحْنُ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَيْهِ اليَوْمَ، وَإِنَّا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي: لِيَلْحَقْ كُلُّ قَوْمٍ بِمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ، وَإِنَّمَا نَنْتَظِرُ رَبَّنَا، قَالَ: فَيَأْتِيهِمُ الجَبَّارُ فِي صُورَةٍ غَيْرِ صُورَتِهِ الَّتِي رَأَوْهُ فِيهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ: أَنْتَ رَبُّنَا، فَلاَ يُكَلِّمُهُ إِلَّا الأَنْبِيَاءُ، فَيَقُولُ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ؟ فَيَقُولُونَ: السَّاقُ، فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ كَيْمَا يَسْجُدَ، فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا.

ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ "، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الجَسْرُ؟ قَالَ: " مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ، وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ، تَكُونُ بِنَجْدٍ، يُقَالُ لَهَا: السَّعْدَانُ، المُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ، وَكَأَجَاوِيدِ الخَيْلِ وَالرِّكَابِ، فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ، وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ، وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا، فَمَا أَنْتُمْ بِأَشَدَّ لِي مُنَاشَدَةً فِي الحَقِّ، قَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنَ المُؤْمِنِ يَوْمَئِذٍ لِلْجَبَّارِ، وَإِذَا رَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ نَجَوْا، فِي إِخْوَانِهِمْ، يَقُولُونَ: رَبَّنَا إِخْوَانُنَا، كَانُوا يُصَلُّونَ مَعَنَا، وَيَصُومُونَ مَعَنَا، وَيَعْمَلُونَ مَعَنَا، فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: اذْهَبُوا، فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، وَيُحَرِّمُ اللَّهُ صُوَرَهُمْ عَلَى النَّارِ، فَيَأْتُونَهُمْ وَبَعْضُهُمْ قَدْ غَابَ فِي النَّارِ إِلَى قَدَمِهِ، وَإِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا، ثُمَّ يَعُودُونَ، فَيَقُولُ: اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا، ثُمَّ يَعُودُونَ، فَيَقُولُ: اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا "

قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: فَإِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي فَاقْرَءُوا: {إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا} [النساء: 40].

" فَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ وَالمَلاَئِكَةُ وَالمُؤْمِنُونَ، فَيَقُولُ الجَبَّارُ: بَقِيَتْ شَفَاعَتِي، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ، فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا قَدْ امْتُحِشُوا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ بِأَفْوَاهِ الجَنَّةِ، يُقَالُ لَهُ: مَاءُ الحَيَاةِ، فَيَنْبُتُونَ فِي حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ، قَدْ رَأَيْتُمُوهَا إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ، وَإِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ، فَمَا كَانَ إِلَى الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ، وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ اللُّؤْلُؤُ، فَيُجْعَلُ فِي رِقَابِهِمُ الخَوَاتِيمُ، فَيَدْخُلُونَ الجَنَّةَ، فَيَقُولُ أَهْلُ الجَنَّةِ: هَؤُلاَءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ، أَدْخَلَهُمُ الجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ، وَلاَ خَيْرٍ قَدَّمُوهُ، فَيُقَالُ لَهُمْ: لَكُمْ مَا رَأَيْتُمْ وَمِثْلَهُ مَعَهُ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Nabi balik bertanya, "Apakah kalian merasa kesulitan melihat matahari dan bulan ketika terang benderang?" Kami menjawab, "Tidak." Nabi meneruskan, "Begitulah nanti kalian tidak akan kesulitan melihat Rabb kalian ketika itu, kecuali sebagaimana kesulitan kalian melihat keduanya." Kemudian beliau melanjutkan, "Lantas ada seorang penyeru menyerukan, "Hendaklah setiap kaum pergi menemui sesembahannya!" Maka pemuja salib akan pergi bersama salib mereka, pemuja patung akan menemui patung-patung mereka, dan setiap pemuja Tuhan-Tuhan yang lain akan bersama Tuhan-Tuhan mereka hingga tinggal orang-orang yang menyembah Allah, entah itu yang baik maupun yang durhaka beserta Ahlul Kitab terdahulu. Kemudian didatangkanlah neraka Jahannam dan dibentangkan, seolah-olah seperti fatamorgana, lantas orang-orang Yahudi ditanya, "Apa yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami dahulu menyembah 'Uzair anak Allah." Lalu ada suara, "Kalian dusta! Allah sama sekali tidak mempunyai pasangan dan tidak pula anak." Lalu apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin Engkau beri kami minuman!" Lantas ada suara, "Minumlah kalian!" Lalu mereka berjatuhan di neraka Jahanam. Kemudian orang-orang Nasrani diseru, "Apa yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami dahulu menyembah Isa Al Masih, anak Allah." Mereka dijawab, "Kalian semua dusta! Allah sama sekali tidak mempunyai pasangan atau bahkan anak, lalu apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi kami minuman!" Lalu dijawab, "Minumlah kalian!" Dan langsung mereka berjatuhan di neraka Jahanam hingga tersisa orang-orang yang menyembah Allah, baik itu yang taat maupun yang durhaka. Mereka ditanya, "Apa yang menyebabkan kalian tertahan padahal seluruh manusia sudah pada pergi?" Mereka menjawab, "Kami memisahkan diri dari mereka dan kami sangat membutuhkan-Nya saat ini, kami dengar ada penyeru yang menyerukan, "Hendaklah setiap kaum menemui apa yang mereka sembah! Dan sungguh kami sedang menunggu-nunggu Tuhan kami." Beliau melanjutkan, "Lantas Allah (Al Jabbar) mendatangi mereka dengan bentuk yang belum pernah mereka lihat pertama kali. Lalu Allah berfirman: 'Akulah Tuhan kalian.' Mereka menjawab, 'Engkau adalah Rabb kami, dan tidak ada yang berani mengajak-Nya bicara selain para nabi. Allah kembali berfirman, 'Bukankah diantara kalian dan Allah ada tanda yang mana kalian mengetahuinya? ' Mereka menjawab, 'Ya, yaitu betis, ' Maka Allah pun menyingkap betis-Nya sehingga setiap mukmin bersujud kepada-Nya. Lalu tersisalah orang-orang yang sujud kepada Allah karena riya dan sum'ah sehingga ia pergi sujud dan punggungnya kembali menjadi satu bagian.

Kemudian titian (jembatan) Jahanam didatangkan dan dipasanglah diantara dua tepi jahanam. Kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, memang jembatan Jahanam tersebut misterinya apa? ' Nabi menjawab, 'Jembatan itu bisa menggelincirkan, menjatuhkan, ada pengait-pengait besi, ada duri-duri yang lebar dan tajam, durinya membengkok yang terbuat dari kayu berduri namanya Sa'dan (kayu berduri tajam). Orang mukmin ada yang melewatinya sedemikian cepat, ada yang bagaikan kedipan mata, ada yang bagaikan kilat, ada yang bagaikan angin, dan ada yang bagaikan kuda-kuda pilihan. Ada yang bagaikan penunggang kuda, ada yang selamat dengan betul-betul terselamatkan, namun ada juga yang selamat setelah tercabik-cabik oleh besi-besi pengait itu, atau terlempar karenanya di neraka Jahanam, hingga manusia yang terakhir kali melewatinya dengan terseret seret. Tidaklah permohonan kalian kepada ku terhadap kebenaran yang telah jelas bagi kalian melebihi permohonan seorang mukmin kepada Allah untuk memberikan syafaat kepada saudara-saudaranya. Jika mereka melihat bahwasanya mereka telah selamat di kalangan teman-teman mereka, mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kawan-kawan kami dahulu mendirikan shalat bersama kami dan berpuasa bersama kami, dan beramal shalih bersama kami! 'Lantas Allah Ta'ala berfirman, 'Pergilah kalian, siapa diantara kalian yang mendapatkan dalam hatinya masih ada seberat dinar keimanan, maka keluarkanlah dia', dan Allah mengharamkan fisik mereka dari neraka. Lalu mereka datangi kawan-kawan mereka, sedang sebagian mereka telah terendam dalam api neraka, ada yang sampai telapak kakinya, dan ada juga yang sampai setengah betisnya, sehingga mereka keluarkan siapa saja yang mereka kenal, kemudian mereka kembali dan Allah berkata 'Pergilah kalian, dan siapa yang kalian temukan dalam hatinya ada separuh Dinar keimanan, maka keluarkanlah dia.' Maka mereka keluarkan siapa saja yang mereka kenal. kemudian mereka kembali dan Allah berkata "Pergilah kalian sekali lagi, dan siapa yang kalian temukan dalam hatinya ada seberat biji sawi keimanan, maka keluarkanlah dia.' Maka mereka keluarkan siapa saja yang mereka kenal.

Abu Sa'id berkata, 'Jika kalian tidak mempercayaiku, maka bacalah firman Allah: {Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya} [An-Nisaa': 40]

Kemudian para Nabi, Malaikat, serta orang-orang mukmin memberikan syafa'at. Lalu Allah Al-Jabbar berfirman, Syafa'atku masih tersisa. Lantas Allah menggenggam segenggam dari neraka dan mengentaskan beberapa kaum yang mana mereka telah hangus, lantas mereka dilempar ke sebuah sungai di tepi surga yang dinamakan "sungai kehidupan", sehingga mereka tumbuh dalam kedua tepinya sebagaimana biji-bijian tumbuh dalam genangan sungai yang kalian sering melihatnya di samping batu karang dan samping pepohonan, apa yang diantaranya condong kepada matahari, maka akan berwarna hijau, dan apa yang diantaranya condong kepada bayangan, maka akan berwarna putih. Lalu muncullah mereka seolah-olah mutiara dan dibuatlah pada tengkuk mereka cap (semacam tanda). Kemudian mereka memasuki surga, lantas penghuni surga berkata, 'Mereka adalah 'Utaqa' Ar-Rahman (orang-orang yang dibebaskan oleh Ar-Rahman). Allah memasukkan mereka bukan karena amal yang mereka kerjakan, dan bukan pula karena kebaikan yang mereka persembahkan sehingga mereka memperoleh jawaban 'bagimu yang kau lihat dan semisalnya'. [Shahih Bukhari dan Muslim]

  1. Keutamaan tauhid.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

" يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مِنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيرَةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مِنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ بُرَّةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مِنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً ". [صحيح مسلم]

"Akan keluar dari neraka, orang-orang yang mengucapkan, 'Laa Ilaaha Illallaahu' yang di hatinya terdapat kebaikan seberat gandum. Kemudian keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Laa Ilaaha Illallaahu' yang di hatinya terdapat kebaikan seberat jewawut. Kemudian akan keluar dari neraka, orang yang mengucapkan, 'Laa Ilaaha Illallaahu' yang di hatinya terdapat kebaikan seberat biji jagung." [Shahih Muslim]

Lihat: Keutamaan Tauhid

  1. Penetapan adanya syafa’at di akhirat untuk penghuni neraka.

Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda dalam hadits syafa’at:

" ثم يُقَالُ: ادْعُوا الصِّدِّيقِينَ فَيَشْفَعُونَ، ثُمَّ يُقَالُ: ادْعُوا الْأَنْبِيَاءَ، قَالَ: فَيَجِيءُ النَّبِيُّ وَمَعَهُ الْعِصَابَةُ، وَالنَّبِيُّ وَمَعَهُ الْخَمْسَةُ وَالسِّتَّةُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، ثُمَّ يُقَالُ: ادْعُوا الشُّهَدَاءَ فَيَشْفَعُونَ لِمَنْ أَرَادُوا، قَالَ: فَإِذَا فَعَلَتِ الشُّهَدَاءُ ذَلِكَ، قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ، أَدْخِلُوا جَنَّتِي مَنْ كَانَ لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا، قَالَ: فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ. قَالَ: ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا فِي النَّارِ: هَلْ تَلْقَوْنَ مِنْ أَحَدٍ عَمِلَ خَيْرًا قَطُّ؟ قَالَ: فَيَجِدُونَ فِي النَّارِ رَجُلًا، فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ عَمِلْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا، غَيْرَ أَنِّي كُنْتُ أُسَامِحُ النَّاسَ فِي الْبَيْعِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَسْمِحُوا لِعَبْدِي كَإِسْمَاحِهِ إِلَى عَبِيدِي. ثُمَّ يُخْرِجُونَ مِنَ النَّارِ رَجُلًا فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ عَمِلْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا، غَيْرَ أَنِّي قَدْ أَمَرْتُ وَلَدِي: إِذَا مِتُّ فَأَحْرِقُونِي بِالنَّارِ، ثُمَّ اطْحَنُونِي، حَتَّى إِذَا كُنْتُ مِثْلَ الْكُحْلِ، فَاذْهَبُوا بِي إِلَى الْبَحْرِ، فَاذْرُونِي فِي الرِّيحِ، فَوَاللَّهِ لَا يَقْدِرُ عَلَيَّ رَبُّ الْعَالَمِينَ أَبَدًا، فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ؟ قَالَ: مِنْ مَخَافَتِكَ، قَالَ: فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرْ إِلَى مُلْكِ أَعْظَمِ مَلِكٍ، فَإِنَّ لَكَ مِثْلَهُ وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهِ، قَالَ: فَيَقُولُ: لِمَ تَسْخَرُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ؟ قَالَ: وَذَاكَ الَّذِي ضَحِكْتُ مِنْهُ مِنَ الضُّحَى " [مسند أحمد: إسناده حسن]

“Kemudian dikatakan; 'panggillah para Shiddiqin agar mereka memberi syafaat', kemudian dikatakan; 'panggillah para nabi.' Ia berkata; maka datanglah Nabi bersama sekelompok orang pengikutnya, dan ada Nabi yang bersama lima dan enam orang pengikut, dan ada Nabi yang tidak bersama seorangpun pengikut, kemudian dikatakan; 'panggillah para syuhada agar mereka memberi syafaat untuk orang-orang yang mereka inginkan.'dan Nabi melanjutkan; maka ketika para syuhada telah melakukannya, Nabi berkata, Allah berfirman 'Aku adalah yang paling pengasih dari para pengasih, masukkanlah kedalam surgaku orang yang tidak menyekutukanku dengan suatu apapun.' ia berkata; maka merekapun masuk kedalam surga. Dia berkata, kemudian Allah berfirman: 'lihatlah kedalam neraka, apakah kalian menjumpai seseorang yang pernah berbuat satu kebajikkan? 'Dia berkata; maka mereka mendapatkan seorang laki-laki, kemudian Allah bertanya kepadanya: 'apakah kamu pernah berbuat satu kebajikkan? ' laki-laki itu menjawab; 'tidak, kecuali dulu aku pernah memberikan kemudahan kepada manusia dalam masalah jual beli.' Maka Allah berfirman: 'mudahkanlah kepada hambaku sebagaimana dia telah memberi kemudahan kepada hamba-hambaku yang lain.'Kemudian mereka mengeluarkan seorang laki-laki dari neraka, dan Allah bertanya kepadanya; ' apakah kamu pernah melakukan satu amal kebaikkan? ' ia menjawab; 'tidak, kecuali aku pernah menyuruh anakku jika aku mati, bakarlah aku dengan api kemudian tumbuklah aku hingga seperti tepung, kemudian bawalah ke laut lalu tebarkanlah di udara, Maka demi Allah Rabb seluruh alam, tidaklah akan mampu mengembalikanku selama-lamanya.'Maka Allah berfirman: 'kenapa kamu lakukan hal itu? ' dia menjawab; 'karena takut kepada-Mu.'Nabi melanjutkan: maka Allah berfirman: 'lihatlah kerajaan yang paling agung kerajaannya, maka sesungguhnya bagimulah seperti itu bahkan sepuluh kali lipat sepertinya.'Nabi melanjutkan: hamba tersebut berkata; 'mengapa Engkau menghinaku sedangkan Engkau adalah raja?" Nabi bersabda, "Itulah yang membuatku tertawa di waktu Duha. [Musnad Ahmad: Sanadnya hasan]

  1. Pelaku dosa besar tidak kekal dalam neraka.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي»

"Syafa'atku untuk pelaku dosa besar dari umatku". [Sunan Abi Daud: Sahih]

  1. Besarnya kasih sayang Allah 'azza wajalla kepada hambaNya.

Umar bin Al-Khatthab radhiallahu'anhu berkata;

قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ، فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِي، إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ، فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ، فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ» قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ، فَقَالَ: «لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memperoleh beberapa orang tawanan perang. Ternyata dari tawanan tersebut ada seorang perempuan yang biasa menyusui anak kecil, apabila dia mendapatkan anak kecil dalam tawanan tersebut, maka ia akan mengambilnya dan menyusuinya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami: 'Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api?' Kami menjawab; 'Sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.' Lalu beliau bersabda, 'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

  1. Hadits ini bantahan bagi kaum Murjiah yang menganggap bahwa maksiat tidak membahayakan iman, dan bantahan bagi Khawarij dan Mu’tazilah yang menghukumi kekal dalam neraka bagi pelaku maksiat.

Yazid Al-Faqir –rahimahullah- berkata:

كُنْتُ قَدْ شَغَفَنِي رَأْيٌ مِنْ رَأْيِ الْخَوَارِجِ، فَخَرَجْنَا فِي عِصَابَةٍ ذَوِي عَدَدٍ نُرِيدُ أَنْ نَحُجَّ، ثُمَّ نَخْرُجَ عَلَى النَّاسِ، قَالَ: فَمَرَرْنَا عَلَى الْمَدِينَةِ، فَإِذَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ، جَالِسٌ إِلَى سَارِيَةٍ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَإِذَا هُوَ قَدْ ذَكَرَ الْجَهَنَّمِيِّينَ، قَالَ: فَقُلْتُ لَهُ: يَا صَاحِبَ رَسُولِ اللهِ، مَا هَذَا الَّذِي تُحَدِّثُونَ؟ وَاللهُ يَقُولُ: {إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ} [آل عمران: 192] وَ {كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا} [السجدة: 20]، فَمَا هَذَا الَّذِي تَقُولُونَ؟ قَالَ: فَقَالَ: «أَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟» قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: «فَهَلْ سَمِعْتَ بِمَقَامِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ - يَعْنِي الَّذِي يَبْعَثُهُ اللهُ فِيهِ -؟» قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: «فَإِنَّهُ مَقَامُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَحْمُودُ الَّذِي يُخْرِجُ اللهُ بِهِ مَنْ يُخْرِجُ»، قَالَ: ثُمَّ نَعَتَ وَضْعَ الصِّرَاطِ، وَمَرَّ النَّاسِ عَلَيْهِ، - قَالَ: وَأَخَافُ أَنْ لَا أَكُونَ أَحْفَظُ ذَاكَ - قَالَ: غَيْرَ أَنَّهُ قَدْ زَعَمَ أَنَّ قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنَ النَّارِ بَعْدَ أَنْ يَكُونُوا فِيهَا، قَالَ: - يَعْنِي - فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمْ عِيدَانُ السَّمَاسِمِ، قَالَ: «فَيَدْخُلُونَ نَهَرًا مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَيَغْتَسِلُونَ فِيهِ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ الْقَرَاطِيسُ»، فَرَجَعْنَا قُلْنَا: وَيْحَكُمْ أَتُرَوْنَ الشَّيْخَ يَكْذِبُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَرَجَعْنَا فَلَا وَاللهِ مَا خَرَجَ مِنَّا غَيْرُ رَجُلٍ وَاحِدٍ [صحيح مسلم]

"Dahulu aku telah terpengaruh dengan pemikiran Khawarij, kemudian kami keluar dalam sebuah rombongan besar untuk melaksanakan haji, kemudian kami keluar memerangi manusia. Ketika kami keluar dan melewati madinah, ternyata Jabir bin Abdullah sedang menceritakan hadits Rasulullah kepada suatu kaum sambil bersandar pada sebuah tiang." Yazil al Faqir berkata lagi, "Tiba-tiba dia menyebutkan al-Jahannamiyyin." Maka aku pun berkata kepadanya, 'Wahai sahabat Rasulullah, apa-apaan yang kau ceritakan! Padahal Allah berfirman: '(Sesungguhnya barangsiapa yang Kamu masukkan ke dalam neraka, maka sungguh kamu telah menghinakannya) ' (QS. Ali 'Imran: 192), dan ayat: '(Setiap kali mereka berkeinginan untuk keluar darinya, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya) ' (QS. As-Sajadah: 20). Apa yang kalian katakan ini? ' Jabir menjawab, 'Apakah kalian membaca Al-Qur'an? ' Kami menjawab, 'Ya.' Jabir bertanya lagi, 'Apakah kamu mendengar kedudukan Muhammad , yaitu memberikan syafaat yang mana Allah mengutusnya di dalamnya? ' Aku menjawab, 'Ya.' Jbir lalu berkata, 'Maka itulah kedudukan Muhammad yang terpuji, dengannya Allah mengeluarkan orang yang dia keluarkan (dari neraka).' Yazid berkata, 'Kemudian Jabir memperagakan peletakan shirath, dan manusia lewat di atasnya.' Kata Yazid, 'Dan aku sangat khawatir tidak selamat dari hal tersebut. Hanya saja Jabir tetap berkeyakinan bahwa sekelompok kaum pasti akan keluar dari neraka, setelah mereka tinggal beberapa lama.' Kata Jabir, 'Maksudnya mereka keluar seakan-akan tongkat arang yang hitam kelam.' Kata Jabir meneruskan, 'Lalu mereka masuki salah satu sungai surga, mereka mandi di dalamnya, mereka keluar dari sungai seakan-akan kertas (putih), dan kami pun pulang.' Kami berkata, 'Celaka kalian, apakah kalian taksir bahwa syaikh ini berdusta atas nama Rasulullah !.' Kami pun kembali (meninggalkan pemahaman Khawarij), demi Allah, tidak ada yang keluar dari kami (untuk memerangi manusia) melainkan hanya satu orang’. [Shahih Muslim]

B.     Hadits kedua:

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

23 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ [أبو ثابت المدني]، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ صَالِحٍ [بن كيسان]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيَّ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ، رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ، مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِيَّ، وَمِنْهَا مَا دُونَ ذَلِكَ، وَعُرِضَ عَلَيَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ يَجُرُّهُ». قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الدِّينَ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaidillah [Abu Tsabit Al-Madaniy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd, dari Shalih [bin Kaisan], dari Ibnu Syihab, dari Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif; Bahwasanya dia mendengar Abu Said Al-Khudriy berkata: Rasulullah bersabda, "Ketika aku tidur, aku bermimpi melihat orang-orang dihadapkan kepadaku. Mereka mengenakan baju, diantaranya ada yang sampai kepada buah dada dan ada yang kurang dari itu. Dan dihadapkan pula kepadaku Umar bin Al Khaththab dan dia mengenakan baju dan menyeretnya. Para sahabat bertanya, "Apa maksudnya hal demikian menurut engkau, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ad-Din (agama) ".

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Keistimewaan Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu.

Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ، أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبْتُ حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخْرُجُ فِي أَظْفَارِي، ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِي عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ» قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «العِلْمَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat kepuasan (dari minum susu tersebut) keluar dari kuku-kukuku, kemudian aku berikan sisanya kepada Umar bin Al Khaththab". Orang-orang bertanya: "Apa ta'wilnya wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ilmu". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kitab Ilmubab 22; Kelebihan ilmu

2)      Amalan seseorang bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar keimanannya.

3)      Agama digambarkan sebagai pakaian karena sebaik-baik pakaian dunia dan akhirat adalah ketakwaan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَابَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ} [الأعراف: 26]

Hai anak Adam (umat manusia), sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [Al-A'raaf:26]

4)      Hadits ini tidak bisa dijadikan dalil akan bolehnya memanjangkan pakaian melebihi mata kaki bagi laki-laki.

Karena hukum dalam mimpi tidak sama dengan hukum di luar mimpi. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَا أَسْفَلَ مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِي النَّارِ» [صحيح البخاري]

“Apa yang sampai di bawah mata kaki dari sarung (celana) maka (akan disiksa) dalam neraka”. [Sahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain:

«لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Allah tidak akan memandang pada hari kiamat kepada orang yang menjulurkan pakaiannya (melebihi mata kaki) dengan rasa sombong”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Jurriy Jabir bin Sulaim radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ، وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ، فَإِنَّهَا مِنَ المَخِيلَةِ، وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Angkatlah pakaianmu sampai seperdua betis, dan jika engkau tidak mau maka sampai mata kaki, dan jangalah engkau melakukan isbal pada pakaian (turun di bawah mata kaki), karena sesungguhnya itu termasuk kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak menyukai kesombongan”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Adab berpakaian

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Iman bab 13 dan 14; Iman itu harus tertanam dalam hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...