بسم الله الرحمن
الرحيم
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
berkata:
غَلَا السِّعْرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
سَعِّرْ لَنَا، فَقَالَ «إِنَّ اللَّهَ هُوَ المُسَعِّرُ، القَابِضُ، البَاسِطُ،
الرَّزَّاقُ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى رَبِّي وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ
يَطْلُبُنِي بِمَظْلِمَةٍ فِي دَمٍ وَلَا مَالٍ» [سنن الترمذي: صحيح]
Harga melonjak di masa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, maka orang-orang berkata: Ya Rasulullah, tetapkanlah
harga untuk kami! Rasulullah
menjawab: "Sesungguhnya Allah Dialah Yang menentukan harga,
Yang mengambil, Yang melapangkan, Maha pemberi rezki. Dan sesungguhnya aku
berharap bertemu dengan Tuhanku tanpa ada seorangpun dari kalian yang
menuntutku dengan satu kedzaliman pada darah dan harta". [Sunan Tirmidziy:
Sahih]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:
غَلَا السِّعْرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا لَهُ: لَوْ قَوَّمْتَ لَنَا
سِعْرَنَا، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُقَوِّمُ، أَوِ الْمُسَعِّرُ، إِنِّي
لَأَرْجُو أَنْ أُفَارِقَكُمْ، وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِي
بِمَظْلَمَةٍ، فِي مَالٍ وَلَا نَفْسٍ» [مسند أحمد: صحيح
لغيره]
"Pada masa Rasulullah ﷺ, pernah terjadi kenaikan harga yang sangat
tinggi, kemudian para sahabat mengatakan kepada beliau, "Tetapkanlah harga
bagi kami!" Beliau menjawab, "Sesungguhnya hanya Allah yang berhak
untuk itu. Aku berharap ketika aku harus berpisah dengan kalian, tidak
seorangpun yang menuntut aku karena merasa didzalimi haknya baik dalam masalah
harta ataupun jiwa." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: سَعِّرْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «إِنَّمَا يَرْفَعُ اللَّهُ وَيَخْفِضُ، إِنِّي لَأَرْجُو
أَنْ أَلْقَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَيْسَ لِأَحَدٍ عِنْدِي مَظْلَمَةٌ» ،
وقَالَ آخَرُ: سَعِّرْ، قَالَ: «ادْعُوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ» [مسند أحمد: صحيح]
“Bahwa seorang laki-laki berkata,
"Tentukanlah harga wahai Rasulullah!" Maka beliau bersabda,
"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menaikkan dan menurunkan, akan
tetapi aku sangat berharap bertemu dengan Allah dalam keadaan aku tidak punya kezaliman
pada orang lain." Yang lain berkata, "Tentukanlah harga!" Maka
beliau bersabda, "Berdoalah kepada Allah. 'Azza wa Jalla".
[Musnad Ahmad: Shahih]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Allah
yang menetapkan harga, menahan dan membagikan rezki kepada hambaNya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلْ إِنَّ رَبِّي
يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُونَ} [سبأ: 36]
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa
yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
[Saba':36]
{اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي
الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ} [الرعد: 26]
Allah meluaskan rezki dan
menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan
kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan
akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). [Ar-Ra'ad:26]
{لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [الشورى:
12] [العنكبوت: 62]
KepunyaanNya-lah perbendaharaan langit
dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
[Asy-Syuuraa: 12] [Al-‘Ankabut: 62]
Lihat: Rezeki hanya dari Allah 'azza wajalla
2. Kenaikan
harga barang merupakan bagian dari bala (ujian), dan tuntunan kita sebagai orang
beriman adalah bersabar. Dan atas sebab kesabaran itu, Allah akan memberikan
kita keselamatan dan rahmatNya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ
مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ} [البقرة: 155 - 157]
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-Baqarah: 155-157]
Lihat: Tingkatan orang yang ditimpa musibah
3. Ujian
bisa jadi diturunkan karena adanya dosa yang dilakukan anak cucu Adam. Dan bisa
jadi kondisi sulit yang dialami sekarang adalah balasan terhadap dosa-dosa yang
kita lakukan maka seharusnya kita melakukan instrospeksi diri.
Tsauban radhiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ»
"Sesungguhnya seseorang akan
ditahan rizkinya karena dosa yang dia lakukan." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Lihat: Akibat Maksiat
4. Tidak
akan diangkat musibah kecuali adanya pertobatan yang kita lakukan, maka perlu
kita banyak-banyak melakukan istigfar.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ
غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا }
[نوح: 10- 12]
Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
-sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai. [Nuuh: 10-12]
Lihat: Taubat .. Kenapa tidak ?
5. Perlunya
banyak berhusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah dengan adanya kenaikan harga,
karena Allah berfirman “Aku sesuai prasangkaan hambaKu”.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah
berfirman (dalam hadits qudsi):
" أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي،
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي
نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ،
وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ
تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً " [صحيح البخاري]
"Sesungguhnya aku (memberi)
sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya di saat ia
mengingat-Ku, Maka jika ia mengingatku dalam dirinya maka Aku pun mengingatnya
dalam diri-Ku, dan jika ia mengingatku di keramaian maka Aku akan mengingatnya
pada keramaian yang lebih baik dari mereka, dan jika ia mendekatkan diri
kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu siku, dan jika ia
mendekatkan diri kepada-Ku satu siku, maka aku akan mendekat kepadanya dengan
jarak dua bentangan tangan. Dan jika ia mendatangiku dengan berjalan biasa maka
aku akan mendatanginya dengan berjalan cepat". [Sahih Bukhari]
6. Perlunya
memperbaiki keyakinan kita bahwa di balik kesulitan, terdapat kemudahan. Bahkan
Allah mengulang-ulang perkataan tersebut untuk mempertegas bahwa di balik
kesulitan, terdapat kemudahan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ
مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا} [الشرح: 5 - 6]
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
[Asy-Syarh: 5 - 6]
Ø Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«اعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا،
وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا»
"Dan ketahuilah bahwa di dalam
kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa
pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah
kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan." [Musnad
Ahmad]
7. Perlunya
memperbaiki keyakinan bahwa Allah sangat menyayangi hambaNya melebihi siapapun
kepada hambaNya tersebut, dan di tengah cobaan pasti ada kebaikan di dalamnya.
Dari Mahmud bin Labiid radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّ اللهَ لَيَحْمِي عَبْدَهُ الْمُؤْمِنَ مِنَ الدُّنْيَا
وَهُوَ يُحِبُّهُ، كَمَا تَحْمُونَ مَرِيضَكُمْ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ
تَخَافُونَهُ عَلَيْهِ "
"Sesungguhnya Allah mencegah
hamba-Nya yang beriman dari kenikmatan dunia sedangkan Ia mencintainya,
sebagaimana kalian mencegah orang sakit kalian dari makanan dan minuman karena
khawatir terhadap mereka". [Musnad Ahmad: Sahih]
8. Jika
menginginkan harga tetap stabil atau Allah melapangkan rezeki kita maka Allah
memberikan kiat dengan amalan-amalan.
Diantaranya:
1) Bertakwa kepada Allah 'azza wajalla.
Allah -subhanahu wa ta'aalaa-
berfirman:
{وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق:
2 - 3]
Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [Ath-thalaaq: 2 - 3]
{وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا} [الطلاق:
4]
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
[Ath-Thalaaq: 4]
2) Memperbaiki / menjaga silaturahmi.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي
أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa
yang suka dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia
menyambung hubungan silaturahmi". [Sahih Bukhari dan Muslim]
3) Selalu berdoa akan keberkahan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ
وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَه} [العنكبوت: 17]
Maka mintalah rezki itu di sisi Allah,
dan sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. [Al-'Ankabuut:17]
Ø Nabi Isa bin Maryam 'alaihimassalam berdo'a:
{وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ} [المائدة:
114]
“Dan beri rezkilah kami, dan Engkaulah
pemberi rezki yang paling Utama". [Al-Maidah:114]
Lihat: Mau rezki berlimpah?
9. Perkara
yang tidak boleh dilakukan ketika terjadi kenaikan harga.
Diantaranya:
a)
Melakukan perbuatan maksiat, seperti; menipu, mencuri,
mendzalimi.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ
كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأعراف: 96]
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya. [Al-A'raaf:96]
Ø
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
" يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ
بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ
فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ،
وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا،
وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ،
وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا
زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا
الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ، وَعَهْدَ
رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ،
فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ
بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ
اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ " [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Wahai sekalian kaum
Muhajirin, ada lima perkara jika terjadi pada kalian - dan aku meminta perlindungan
kepada Allah semoga kalian tidak mendapatinya – (maka siksa Allah akan terjadi
di dunia); (1) Maksiat tidak meraja lela pada satu kaum sampai mereka
terang-terangan melakukannya kecuali Allah menimpakan mereka wabah penyakit
yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka yang telah lalu. (2) Mereka
tidak mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka akan ditimpa kemarau,
kehidupan yang sulit, dan pemerintah yang dzalim. (3) Mereka tidak
menahan zakat harta mereka kecuali akan ditahan hujan dari langit dan
seandainya bukan karena hewan-hewan maka hujan tidak akan turun sama sekali. (4)
Mereka tidak menyalahi janji kepada Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan
menimpakan mereka musuh dari selain mereka dan akan merampas apa yang menjadi
milik mereka. (5) Dan selama pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah
(Al-Qur'an) dan memilah-milih (sesuai nafsu) dari apa yang diturunkan oleh
Allah kecuali Allah akan menjadikan musibah mereka dari sesama merka sendiri”.
[Sunan Ibnu Majah: Hasan]
b)
Lalai dari berdzikir (mengingat) kepada Allah subhanahu
wata’aalaa, dengan sibuk terhadap harta.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [المنافقون: 9]
Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang
berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
[Al-Munafiquun:9]
c)
Lalai dari bersyukur kepada Allah subhanahu wata’aalaa,
senantiasa mengeluh dengan keadaan yang ada.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ
آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ
فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ
بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ} [النحل: 112]
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan)
sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya
melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari
nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan
dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [An-Nahl:112]
d)
Keluar berdemo menentang pemerintah.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ
بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ
قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ
أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ
لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»
"Setelahku nanti akan ada
pemimpin yang memimpin tidak dengan petunjukku dan mengambil sunah bukan dari
sunahku, lalu akan datang beberapa laki-laki yang hati mereka sebagaimana
hatinya setan dalam rupa manusia." Hudzaifah berkata; Saya betanya, "Wahai Rasulullah,
jika hal itu menimpaku apa yang anda perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab: "Dengar dan patuhilah kepada
pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu, dengar dan
patuhilah dia." [Shahih Muslim]
10. Pemerintah
yang dzalim disebabkan masyarakatnya juga banyak melakukan kedzaliman. Maka
untuk mendapatkan pemerintahan yang amanah, itu harus dimulai dari adanya
masyarakat yang amanah.
Manshur bin Abi Al-Aswad rahimahullah
berkata: Aku bertanya kepada Al-A'masy tentang firman Allah:
{وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ} [الأنعام:129]
Dan demikianlah kami jadikan sebahagian
orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lain
disebabkan apa yang mereka usahakan. [Al-An'aam:129]
Apa yang kamu dengar dari mereka (ulama)
yang menafsirkan ayat ini?
Al-A'masy rahimahullah berkata:
سَمِعْتُهُمْ يَقُولُونَ: «إِذَا فَسَدَ النَّاسُ أُمِّرَ عَلَيْهِمْ
شِرَارُهُمْ» [حلية الأولياء]
Aku mendengar mereka mengatakan: "Jika
orang-orang sudah rusak maka Allah akan memberi mereka pemimpin dari
orang-orang yang jahat diantara mereka". [Hilyatul auliya']
11. Dihimbau
kepada pemerintah untuk senantiasa berbuat baik untuk masyarakatnya,
menjalankan amanah yang telah dibebankan kepadanya.
Dari Ma'qil bin Yasar radhiallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
«مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً،
فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ» [صحيح البخاري]
"Tidaklah seorang hamba yang Allah
beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik,
selain tak bakalan mendapat bau surga." [Sahih Bukhari]
Ø Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَا مِنْ وَالٍ
يَلِي رَعِيَّةً مِنَ المُسْلِمِينَ، فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ، إِلَّا حَرَّمَ
اللَّهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidaklah seorang pemimpin memimpin
masyarakat muslimin, lantas dia meninggal dalam keadaan menipu mereka, selain
Allah mengharamkan surga baginya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Pemimpin yang baik dan yang buruk
12. Boleh
bagi pemerintah untuk menetapkan harga yang sesuai jika ada maslahat untuk
umum, sepert adanya kenaikan harga berasal dari kedzaliman pedagan.
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ» [سنن ابن ماجه: صحيح
لغيره]
"Tidak boleh merugikan orang
lain dan tidak boleh merugikan diri sendiri" [Sunan Ibnu Majah: Shahih
ligairih]
13. Dihimbau
kepada para pedagang untuk jujur dan mengutamakan asas tolong-menolong dalam
perdagangannya.
Hakim bin Hizam radhiallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" البَيِّعَانِ بِالخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، - أَوْ
قَالَ: حَتَّى يَتَفَرَّقَا - فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي
بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا " [صحيح
البخاري ومسلم]
"Dua orang yang melakukan
jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan
jual beli) selama keduanya belum berpisah", atau sabda Beliau:
"hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan dagangannya
maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan dan berdusta
maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى،
وَإِذَا اقْتَضَى» [صحيح البخاري]
"Allah merahmati orang yang
memudahkan ketika menjual dan ketika membeli dan ketika meminta haknya".
[Shahih Bukhari]
Wallahu a'lam!
Nb: Disari dari rangkuman kajian malam kamis, 5 Januari 2021 oleh Ustadz Abu Imron Nasrul Haq (Pembina Ponpes AlIhsan Gowa) di Mushallah Nurul Ilmi Kab. Barru oleh akh. Sugiarto Bakrie
Lihat juga: Kiat tegar di atas Musibah - Bagaimana kita selamat dari fitnah (cobaan) - Hati-hati dengan utang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...