Senin, 17 Januari 2022

Sikap menghadapi kenaikan harga

بسم الله الرحمن الرحيم

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

غَلَا السِّعْرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سَعِّرْ لَنَا، فَقَالَ «إِنَّ اللَّهَ هُوَ المُسَعِّرُ، القَابِضُ، البَاسِطُ، الرَّزَّاقُ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى رَبِّي وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِي بِمَظْلِمَةٍ فِي دَمٍ وَلَا مَالٍ» [سنن الترمذي: صحيح]

Harga melonjak di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka orang-orang berkata: Ya Rasulullah, tetapkanlah harga untuk kami! Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya Allah Dialah Yang menentukan harga, Yang mengambil, Yang melapangkan, Maha pemberi rezki. Dan sesungguhnya aku berharap bertemu dengan Tuhanku tanpa ada seorangpun dari kalian yang menuntutku dengan satu kedzaliman pada darah dan harta". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:

غَلَا السِّعْرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا لَهُ: لَوْ قَوَّمْتَ لَنَا سِعْرَنَا، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُقَوِّمُ، أَوِ الْمُسَعِّرُ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أُفَارِقَكُمْ، وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِي بِمَظْلَمَةٍ، فِي مَالٍ وَلَا نَفْسٍ» [مسند أحمد: صحيح لغيره]

"Pada masa Rasulullah , pernah terjadi kenaikan harga yang sangat tinggi, kemudian para sahabat mengatakan kepada beliau, "Tetapkanlah harga bagi kami!" Beliau menjawab, "Sesungguhnya hanya Allah yang berhak untuk itu. Aku berharap ketika aku harus berpisah dengan kalian, tidak seorangpun yang menuntut aku karena merasa didzalimi haknya baik dalam masalah harta ataupun jiwa." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: سَعِّرْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «إِنَّمَا يَرْفَعُ اللَّهُ وَيَخْفِضُ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَيْسَ لِأَحَدٍ عِنْدِي مَظْلَمَةٌ» ، وقَالَ آخَرُ: سَعِّرْ، قَالَ: «ادْعُوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ» [مسند أحمد: صحيح]

“Bahwa seorang laki-laki berkata, "Tentukanlah harga wahai Rasulullah!" Maka beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menaikkan dan menurunkan, akan tetapi aku sangat berharap bertemu dengan Allah dalam keadaan aku tidak punya kezaliman pada orang lain." Yang lain berkata, "Tentukanlah harga!" Maka beliau bersabda, "Berdoalah kepada Allah. 'Azza wa Jalla". [Musnad Ahmad: Shahih]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Allah yang menetapkan harga, menahan dan membagikan rezki kepada hambaNya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [سبأ: 36]

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". [Saba':36]

{اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ} [الرعد: 26]

Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). [Ar-Ra'ad:26]

{لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [الشورى: 12] [العنكبوت: 62]

KepunyaanNya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu. [Asy-Syuuraa: 12] [Al-‘Ankabut: 62]

Lihat: Rezeki hanya dari Allah 'azza wajalla

2.      Kenaikan harga barang merupakan bagian dari bala (ujian), dan tuntunan kita sebagai orang beriman adalah bersabar. Dan atas sebab kesabaran itu, Allah akan memberikan kita keselamatan dan rahmatNya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ} [البقرة: 155 - 157]

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-Baqarah: 155-157]

Lihat: Tingkatan orang yang ditimpa musibah

3.      Ujian bisa jadi diturunkan karena adanya dosa yang dilakukan anak cucu Adam. Dan bisa jadi kondisi sulit yang dialami sekarang adalah balasan terhadap dosa-dosa yang kita lakukan maka seharusnya kita melakukan instrospeksi diri.

Tsauban radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ»

"Sesungguhnya seseorang akan ditahan rizkinya karena dosa yang dia lakukan." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Lihat: Akibat Maksiat

4.      Tidak akan diangkat musibah kecuali adanya pertobatan yang kita lakukan, maka perlu kita banyak-banyak melakukan istigfar.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا } [نوح: 10- 12]

Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. [Nuuh: 10-12]

Lihat: Taubat .. Kenapa tidak ?

5.      Perlunya banyak berhusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah dengan adanya kenaikan harga, karena Allah berfirman “Aku sesuai prasangkaan hambaKu”.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah berfirman (dalam hadits qudsi):

" أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً " [صحيح البخاري]

"Sesungguhnya aku (memberi) sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya di saat ia mengingat-Ku, Maka jika ia mengingatku dalam dirinya maka Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingatku di keramaian maka Aku akan mengingatnya pada keramaian yang lebih baik dari mereka, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu siku, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku satu siku, maka aku akan mendekat kepadanya dengan jarak dua bentangan tangan. Dan jika ia mendatangiku dengan berjalan biasa maka aku akan mendatanginya dengan berjalan cepat". [Sahih Bukhari]

6.      Perlunya memperbaiki keyakinan kita bahwa di balik kesulitan, terdapat kemudahan. Bahkan Allah mengulang-ulang perkataan tersebut untuk mempertegas bahwa di balik kesulitan, terdapat kemudahan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا} [الشرح: 5 - 6]

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. [Asy-Syarh: 5 - 6]

Ø  Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«اعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا»

"Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan." [Musnad Ahmad]

7.      Perlunya memperbaiki keyakinan bahwa Allah sangat menyayangi hambaNya melebihi siapapun kepada hambaNya tersebut, dan di tengah cobaan pasti ada kebaikan di dalamnya.

Dari Mahmud bin Labiid radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّ اللهَ لَيَحْمِي عَبْدَهُ الْمُؤْمِنَ مِنَ الدُّنْيَا وَهُوَ يُحِبُّهُ، كَمَا تَحْمُونَ مَرِيضَكُمْ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ تَخَافُونَهُ عَلَيْهِ "

"Sesungguhnya Allah mencegah hamba-Nya yang beriman dari kenikmatan dunia sedangkan Ia mencintainya, sebagaimana kalian mencegah orang sakit kalian dari makanan dan minuman karena khawatir terhadap mereka". [Musnad Ahmad: Sahih]

8.      Jika menginginkan harga tetap stabil atau Allah melapangkan rezeki kita maka Allah memberikan kiat dengan amalan-amalan.

Diantaranya:

1)      Bertakwa kepada Allah 'azza wajalla.

Allah -subhanahu wa ta'aalaa- berfirman:

{وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق: 2 - 3]

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [Ath-thalaaq: 2 - 3]

{وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا} [الطلاق: 4]

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. [Ath-Thalaaq: 4]

2)      Memperbaiki / menjaga silaturahmi.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

Barangsiapa yang suka dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi". [Sahih Bukhari dan Muslim]

3)      Selalu berdoa akan keberkahan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَه} [العنكبوت: 17]

Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. [Al-'Ankabuut:17]

Ø  Nabi Isa bin Maryam 'alaihimassalam berdo'a:

{وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ} [المائدة: 114]

“Dan beri rezkilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama". [Al-Maidah:114]

Lihat: Mau rezki berlimpah?

9.      Perkara yang tidak boleh dilakukan ketika terjadi kenaikan harga.

Diantaranya:

a)      Melakukan perbuatan maksiat, seperti; menipu, mencuri, mendzalimi.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأعراف: 96]

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [Al-A'raaf:96]

Ø  Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ، وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ " [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]

“Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima perkara jika terjadi pada kalian - dan aku meminta perlindungan kepada Allah semoga kalian tidak mendapatinya – (maka siksa Allah akan terjadi di dunia); (1) Maksiat tidak meraja lela pada satu kaum sampai mereka terang-terangan melakukannya kecuali Allah menimpakan mereka wabah penyakit yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka yang telah lalu. (2) Mereka tidak mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka akan ditimpa kemarau, kehidupan yang sulit, dan pemerintah yang dzalim. (3) Mereka tidak menahan zakat harta mereka kecuali akan ditahan hujan dari langit dan seandainya bukan karena hewan-hewan maka hujan tidak akan turun sama sekali. (4) Mereka tidak menyalahi janji kepada Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan menimpakan mereka musuh dari selain mereka dan akan merampas apa yang menjadi milik mereka. (5) Dan selama pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah (Al-Qur'an) dan memilah-milih (sesuai nafsu) dari apa yang diturunkan oleh Allah kecuali Allah akan menjadikan musibah mereka dari sesama merka sendiri”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

b)      Lalai dari berdzikir (mengingat) kepada Allah subhanahu wata’aalaa, dengan sibuk terhadap harta.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [المنافقون: 9]

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. [Al-Munafiquun:9]

c)       Lalai dari bersyukur kepada Allah subhanahu wata’aalaa, senantiasa mengeluh dengan keadaan yang ada.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ} [النحل: 112]

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [An-Nahl:112]

d)      Keluar berdemo menentang pemerintah.

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»

"Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia." Hudzaifah berkata; Saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku apa yang anda perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab: "Dengar dan patuhilah kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu, dengar dan patuhilah dia." [Shahih Muslim]

10.  Pemerintah yang dzalim disebabkan masyarakatnya juga banyak melakukan kedzaliman. Maka untuk mendapatkan pemerintahan yang amanah, itu harus dimulai dari adanya masyarakat yang amanah.

Manshur bin Abi Al-Aswad rahimahullah berkata: Aku bertanya kepada Al-A'masy tentang firman Allah:

{وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأنعام:129]

Dan demikianlah kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. [Al-An'aam:129]

Apa yang kamu dengar dari mereka (ulama) yang menafsirkan ayat ini?

Al-A'masy rahimahullah berkata:

سَمِعْتُهُمْ يَقُولُونَ: «إِذَا فَسَدَ النَّاسُ أُمِّرَ عَلَيْهِمْ شِرَارُهُمْ» [حلية الأولياء]

Aku mendengar mereka mengatakan: "Jika orang-orang sudah rusak maka Allah akan memberi mereka pemimpin dari orang-orang yang jahat diantara mereka". [Hilyatul auliya']

11.  Dihimbau kepada pemerintah untuk senantiasa berbuat baik untuk masyarakatnya, menjalankan amanah yang telah dibebankan kepadanya.

Dari Ma'qil bin Yasar radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;

«مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ» [صحيح البخاري]

"Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." [Sahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ المُسْلِمِينَ، فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidaklah seorang pemimpin memimpin masyarakat muslimin, lantas dia meninggal dalam keadaan menipu mereka, selain Allah mengharamkan surga baginya." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Pemimpin yang baik dan yang buruk

12.  Boleh bagi pemerintah untuk menetapkan harga yang sesuai jika ada maslahat untuk umum, sepert adanya kenaikan harga berasal dari kedzaliman pedagan.

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ» [سنن ابن ماجه: صحيح لغيره]

"Tidak boleh merugikan orang lain dan tidak boleh merugikan diri sendiri" [Sunan Ibnu Majah: Shahih ligairih]

13.  Dihimbau kepada para pedagang untuk jujur dan mengutamakan asas tolong-menolong dalam perdagangannya.

Hakim bin Hizam radhiallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" البَيِّعَانِ بِالخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، - أَوْ قَالَ: حَتَّى يَتَفَرَّقَا - فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا " [صحيح البخاري ومسلم]

"Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah", atau sabda Beliau: "hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى» [صحيح البخاري]

"Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli dan ketika meminta haknya". [Shahih Bukhari]

Wallahu a'lam!

Nb: Disari dari rangkuman kajian malam kamis, 5 Januari 2021 oleh Ustadz Abu Imron Nasrul Haq (Pembina Ponpes AlIhsan Gowa) di Mushallah Nurul Ilmi Kab. Barru oleh akh. Sugiarto Bakrie

Lihat juga: Kiat tegar di atas Musibah - Bagaimana kita selamat dari fitnah (cobaan) - Hati-hati dengan utang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...