بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits
tentang surah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
shalat witir telah diriwayatkan dari beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum,
diantaranya:
A.
Hadits
Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu.
Ubay
bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}،
وَفِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ بِـ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ}، وَفِي
الثَّالِثَةِ بِـ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}، وَلَا يُسَلِّمُ إِلَّا فِي
آخِرِهِنَّ، وَيَقُولُ ـ يَعْنِي بَعْدَ التَّسْلِيمِ ـ: «سُبْحَانَ الْمَلِكِ
الْقُدُّوسِ»، ثَلَاثًا [سنن النسائي: صحيح]
"Rasulullah
ﷺ ketika shalat Witir membaca surah Al-A'Iaa, pada rakaat kedua
membaca surah Al-Kafirun, dan pada rakaat ketiga membaca surah Al-Ikhlash.
Beliau tidak mengucapkan salam kecuali pada rakaat terakhir. Setelah selesai
salam beliau lalu membaca doa: `Subhaanal malikul qudduus' tiga
kali." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
B.
Hadits
‘Abdurrahman bin Abi Abza radhiyallahu ‘anhu.
Dari
'Abdurrahman bin Abza radhiyallahu
‘anhu;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوتِرُ بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}، وَ{قُلْ
يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ}، وَ{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}، وَكَانَ يَقُولُ
إِذَا سَلَّمَ: «سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ» ثَلَاثًا، وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ
بِالثَّالِثَةِ [سنن النسائي: صحيح]
Bahwa
Rasulullah ﷺ salat Witir dengan membaca surah Al-A'laa, surah Al-Kafirun,
dan surah Al-Ikhlash. Jika beliau telah mengucapkan salam, maka beliau membaca
doa, "Subhaanal malikil qudduus" tiga kali, dan mengeraskan suaranya
pada yang ketiga kalinya. [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
C.
Hadits
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
" كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ
فِي الوِتْرِ: بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى}، وَ {قُلْ يَا أَيُّهَا
الكَافِرُونَ}، وَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} فِي رَكْعَةٍ رَكْعَةٍ " [سنن
الترمذي: صحيح]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam membaca pada shalat witir: Surah Al-A'laa, Al-Kafiruun, dan
Al-Ikhlash dalam satu raka'at - satu raka'at”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
D.
Hadits
Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Diriwayatkan melalui dua jalur:
Jalur pertama: Diriwayatkan
oleh At-Tirmidziy dalam Al-Jami’ (2/326) no.463:
عَنْ خُصَيْفٍ،
عَنْ عَبْدِ العَزِيزِ بْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ:
سَأَلْنَا عَائِشَةَ، بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: " كَانَ يَقْرَأُ فِي الأُولَى: {بِسَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى}، وَفِي الثَّانِيَةِ بِـ {قُلْ يَا أَيُّهَا
الكَافِرُونَ}، وَفِي الثَّالِثَةِ بِـ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}،
وَالمُعَوِّذَتَيْنِ "
Dari Khushaif,
dari Abdil ‘Aziz bin Juraij, ia berkata: Kami
menanyakan kepada Aisyah: Dengan surah apa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam shalat witir? Aisyah
menjawab: “Beliau membaca
pada raka'at pertama surah Al-A'laa, pada raka'at kedua surah Al-Kafiruun, dan
pada raka'at ketiga surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas”. [Sunan Tirmidziy:
Sahih]
Imam Tirmidziy –rahimahullah- berkata:
«هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
غَرِيبٌ»
“Hadits ini hasan garib”. [Sunan Tirmidziy]
Komentar ulama terhadap Khushaif bin Abdirrahman Al-Jazariy[1]:
Ia
dihukumi tsiqah oleh Ibnu Sa’ad, Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah, dan Al-‘Ijliy.
Abu
Hatim berkata: صالح يخلط،
وتكلم في سوء حفظه .
Adz-Dzahabiy
berkata: صدوق سيء
الحفظ ، ضعفه أحمد .
Ibnu
Hajar berkata: صدوق سيء
الحفظ، خلط بأخرة، ورمي بالإرجاء .
Dilemahkan oleh Yahya bin
Sa’id, An-Nasa’iy, Ibnu Khuzaimah, Abu Ahmad Al-Hakim dan Al-Azdiy rahimahumullah.
Komentar
ulama terhadap Abdul ‘Aziz bin Juraij[2]:
Adz-Dzahabiy
mengatakan: Imam Tirmidziy menghasankan haditsnya.
Al-Bukhari
mengatakan: لا يتابع على
حديثه .
Ad-Daraqutniy
mengatakan: Ia majhul (tidak diketahui).
Ibnu
Hajar berkata: لين .
Al-Mizziy menyebutkan dua orang yang
meriwayatkan hadits darinya, yaitu: Khushaif, dan Abdul Malik bin Abdil ‘Aziz
bin Juraij (anaknya).
Jalur kedua: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
dalam kitab Shahihnya (6/188) no.2432:
عن يَحْيَى
بْن أَيُّوبَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عَمْرَةَ، عَنْ عَائِشَةَ،
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي
الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ يُوتِرُ بَعْدَهَا: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ
الْأَعْلَى}، وَ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ}، وَيَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ بِـ
{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}، وَ {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ}، وَ {قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ}»
Dari Yahya bin
Ayyub, dari Yahya bin Sa’id, dari ‘Amrah, dari Asiyah; Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca pada dua raka’at yang ia
witir setelahnya: Surah Al-A’lam, dan Al-Kafirun, dan membaca pada witirnya
(ganjil) dengan surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas”.
Komentar
ulama terhadap Yahya bin Ayyub Al-Gafiqiy Abu Al-‘Abbas Al-Mishriy[3]:
Dihukumi
tsiqah oleh Ibnu Ma’in, Al-Bukhari, dan Ya’qub bin Sufyan.
Abu
Ahmad Al-Hakim berkata: إذا حدث من حفظه يخطئ، وما حدث من كتاب فليس به بأس .
Ibnu ‘Adiy berkata: ولا أرى في حديثه إذا
روى عن ثقة حديثا منكرا، وهو عندي صدوق لا بأس به .
Abu
Hatim berkata: محل يحيى الصدق،
يكتب حديثه ولا يحتج به .
An-Nasa’iy
berkta: ليس بالقوي .
Ibnu
Hajar berkata: صدوق ربما
أخطأ .
Dan hadits ini punya syahid (penguat) dari
hadits Abdullah bin Sarjis radhiyallahu ‘anhu.
E.
Hadits
Abdullah bin Sarjis radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim
Al-Ashbahaniy dalam kitabnya “Hilyatul Auliya’” (7/182):
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُظَفَّرِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ يَعْقُوبَ بْنِ الصَّلْتِ، ثنا لَيْثُ بْنُ الْفَرَجِ الْعَبْسِيُّ، ثنا أَبُو عَاصِمٍ
الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ عَاصِمٍ [الأحول]، عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ سَرْجِسٍ؛ " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُوتِرُ بِثَلَاثٍ، يَقْرَأُ فِي الْأُولَى بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ}
وَفِي الثَّانِيَةِ بِـ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} وَفِي الثَّالِثَةِ: {قُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدٌ}، وَ{قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ}، وَ{قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
النَّاسِ} "
Telah
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Mudzaffar, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub bin Ash-Shalt, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami, Laits bin
Al-Faraj Al-‘Absiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Abu
‘Ashim Adh-Dhahhak bin Makhlad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Syu’bah, dari ‘Ashim [Al-Ahwal], dari Abdullah bin Sarjis; Bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam terkadang witir tiga raka’at, beliau membaca pada raka’at
pertama surah Al-A’laa, dan pada raka’at kedua surah Al-Kafirun, dan pada
raka’at ketiga surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas”.
Abu
Nu’aim berkata:
"غَرِيبٌ مِنْ
حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنْ عَاصِمٍ، تَفَرَّدَ بِهِ اللَّيْثُ، عَنْ أَبِي عَاصِمٍ".
“Hadits ini garib dari hadits Syu’bah dari
‘Ashim, Al-Laits menyendiri meriwayatkannya dari Abu ‘Ashim”.
Laits bin Al-Faraj
Al-Absiy, Abu Al-‘Abbas; Dihukumi tsiqah oleh Al-Khathib Al-Bagdadiy rahimahullah.
[Tarikh Bagdad 14/543]
Penjelasan singkat kedua hadits di atas:
1.
Biografi Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Biografi Abdurrahman bin Abza radhiyallahu ‘anhu.
Ia seorang sahabat Nabi yang masih muda
saat Nabi wafat. Seorang Ahli Al-Qur’an dan ilmu kewarisan, tinggal di Kufa dan
menjadi pejabat di sana. Wafat setelah tahun 70 hijriyah.
Muhammad bin Abi Mujalid rahimahullah
berkata:
أَرْسَلَنِي أَبُو بُرْدَةَ، وَعَبْدُ
اللَّهِ بْنُ شَدَّادٍ إِلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى، وَعَبْدِ اللَّهِ
بْنِ أَبِي أَوْفَى، فَسَأَلْتُهُمَا عَنِ السَّلَفِ، فَقَالاَ: «كُنَّا نُصِيبُ
المَغَانِمَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانَ
يَأْتِينَا أَنْبَاطٌ مِنْ أَنْبَاطِ الشَّأْمِ، فَنُسْلِفُهُمْ فِي الحِنْطَةِ،
وَالشَّعِيرِ، وَالزَّبِيبِ، إِلَى أَجَلٍ مُسَمَّى» قَالَ: قُلْتُ أَكَانَ لَهُمْ
زَرْعٌ أَوْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ زَرْعٌ؟ قَالاَ: «مَا كُنَّا نَسْأَلُهُمْ عَنْ
ذَلِكَ» [صحيح البخاري]
Abu Burdah dan 'Abdullah bin Syaddad
mengutusku untuk menemui 'Abdurrahman bin Abzaa dan 'Abdullah bin Abi Aufaa
lalu aku menanyakan keduanya tentang jual beli As-Salaf. Keduanya berkata,
"Kami pernah mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) bersama
Rasulullah ﷺ lalu datang kepada
kami bangsa blasteran dari penduduk negeri Syam, kemudian kami berjual beli
dengan cara As-Salaf pada biji gandum, padi dan kismis untuk jangka waktu
tertentu." Dia berkata, Aku tanyakan, "Apakah saat itu mereka memiliki
pertanian atau tidak?" Keduanya menjawab, "Kami tidak pernah
menanyakan hal itu kepada mereka." [Shahih Bukhari]
Ø ‘Amir bin Watsilah rahimahullah berkata:
أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ،
لَقِيَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ، وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ،
فَقَالَ: مَنِ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِي، فَقَالَ: ابْنَ أَبْزَى،
قَالَ: وَمَنِ ابْنُ أَبْزَى؟ قَالَ: مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا، قَالَ:
فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى؟ قَالَ: إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ، وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ، قَالَ عُمَرُ: أَمَا إِنَّ
نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ: «إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ
بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ». [صحيح مسلم]
Nafi' bin Abdul Harits -rahimahullah-
pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar -radhiyallahu 'anhu- di
'Usfan. Ketika itu, Nafi' bertugas sebagai pejabat di kota Makkah. Umar
bertanya kepada Nafi', "Siapa yang anda angkat sebagai kepala bagi
penduduk Wadhi?" Nafi' menjawab, "Ibnu Abza." Umar bertanya lagi,
"Siapakah itu Ibnu Abza?" Nafi' menjawab, "Salah seorang Maula
(budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa Maula kami." Umar
bertanya, "Kenapa Maula yang diangkat?" Nafi' menjawab, "Karena
ia adalah seorang yang pintar tentang kitabullah dan pandai tentang ilmu
fara`idh (ilmu tentang pembagian harta warisan)." Umar berkata,
"Benar, Nabi kalian shallallahu
‘alaihi wasallam telah
bersabda: ' Sesungguhnya Allah akan
memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur'an) dan menghinakan yang
lain.'" [Shahih Muslim]
3.
Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
4.
Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya
5.
Biografi Abdullah bin Sarjis Al-Muzaniy radhiyallahu
‘anhu.
Beliau
adalah sekutu dari Bani Makhzum, tinggal di Bashrah dan wafat di sana pada masa
pemerintahan Abdul Malik bin Marwan sekitar tahun 80 hijriyah.
'Abdullah bin Sarjis radhiyallahu 'anhu berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلْتُ مَعَهُ خُبْزًا وَلَحْمًا، أَوْ قَالَ ثَرِيدًا،
قَالَ فَقُلْتُ لَهُ: أَسْتَغْفَرَ لَكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَلَكَ، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ} [محمد:
19] قَالَ: ثُمَّ
دُرْتُ خَلْفَهُ «فَنَظَرْتُ إِلَى خَاتَمِ النُّبُوَّةِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ.
عِنْدَ نَاغِضِ كَتِفِهِ الْيُسْرَى. جُمْعًا عَلَيْهِ خِيلَانٌ كَأَمْثَالِ
الثَّآلِيلِ» [صحيح مسلم]
"Saya pernah melihat dan makan roti
serta daging (atau dia berkata, bubur daging) bersama Rasulullah ﷺ." Perawi berkata, 'Saya bertanya
kepada 'Abdullah bin Sarjis, 'Apakah Nabi Muhammad memohonkan ampun untukmu?'
Kemudian Abdullah bin Sarjis menjawab, Ya, dan untuk kamu juga. Lalu dia
membaca ayat yang berbunyi: {Mohonlah ampunan (hai Muhammad) atas dosamu dan
dosa orang mukmin laki-laki dan perempuan} (Muhammad: 19). Abdullah bin
Sarjis berkata, 'Lalu saya berputar ke belakang Rasulullah dan saya melihat
tanda kenabian di antara dua pundak beliau, yaitu dekat punuk pundak kirinya.
Pada tanda kenabian itu ada tahi lalat sebesar kutil.' [Shahih Muslim]
6.
Keutamaan surah Al-A’laa.
An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma berkata:
«كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ، وَفِي
الْجُمُعَةِ بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}، وَ {هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ
الْغَاشِيَةِ}»، قَالَ: «وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ، فِي يَوْمٍ
وَاحِدٍ، يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِي الصَّلَاتَيْنِ» [صحيح مسلم]
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca pada shalat ‘ied Al-Fithri dan Al-Adhaa dan shalat Jum’at: Surah
Al-A’laa dan Al-Gaasyiyah. Dan jika berkumpul hari ‘ied dan Jum’at pada satu
hari maka beliau juga membaca keduanya dalam dua shalat tersebut". [Shahih
Muslim]
Ø Jabir -radhiyallahu 'anhu- berkata:
صَلَّى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ الْأَنْصَارِيُّ لِأَصْحَابِهِ
الْعِشَاءَ. فَطَوَّلَ عَلَيْهِمْ فَانْصَرَفَ رَجُلٌ مِنَّا. فَصَلَّى فَأُخْبِرَ
مُعَاذٌ عَنْهُ فَقَالَ: إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ
دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ مَا
قَالَ مُعَاذٌ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا يَا مُعَاذُ؟ إِذَا أَمَمْتَ النَّاسَ
فَاقْرَأْ بِـ {الشَّمْسِ وَضُحَاهَا}، وَ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}، وَ
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ}، وَ {اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى}» [صحيح
مسلم]
Mu'adz bin Jabal Al-Anshariy -radhiyallahu 'anhu- shalat Isya' mengimami
para sahabatnya, lalu dia memanjangkan bacaannya atas mereka, maka seorang
laki-laki dari kalangan kami berpaling, lalu shalat sendirian. Lalu Mu'adz
diberitahu tentangnya, maka dia berkata, 'Dia seorang yang munafik.' Ketika hal
tersebut sampai pada laki-laki tersebut maka dia mengunjungi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu
mengabarkan kepadanya sesuatu yang dikatakan Mu'adz. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya: 'Apakah kamu ingin menjadi pemfitnah (yang membuat orang lain lari
dari agama) wahai Mu'adz? Apabila kamu mengimami manusia, maka bacalah surat
Asy-Syams wa dhuhaha, serta Sabbihisma Rabbika al-A'la, dan Iqra' Bismi
Rabbika, serta Wal-Laili idza Yaghsya'." [Shahih Muslim]
Lihat:
Keutamaan beberapa surah Al-Qur’an
7.
Keutamaan surah Al-Kafirun.
Lihat: Keutamaan surah Al-Kafirun
8.
Keutmaan surah Al-Ikhlash.
Lihat: Keutamaan surah Al-Ikhlash
9.
Keutamaan surah Al-Falaq.
10.
Keutamaan surah An-Naas.
Lihat: Keutamaan surah Al-Falaq dan An-Naas
11.
Dua bentuk bacaan surah Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam
ketika witir:
Pertama: Membaca
surah Al-A’laa pada raka’at pertama, Al-Kafirun pada raka’at kedua, dan
Al-Ikhlash pada raka’at ketiga.
Kedua: Membaca
surah Al-A’laa pada raka’at pertama, Al-Kafirun pada raka’at kedua, dan pada
raka’at ketiga membaca surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas.
12.
Kenapa surah “Al-Kafirun” sering digandengkan dengan surah “Al-Ikhlash”?
Karena surah “Al-Ikhlash” mengandung pengakuan dan
ucapan akan keEsaan Allah, mensucikanNya dari segala keburukan dan
ketergantungan kepada selainNya. Sedangkan surah “Al-Kafirun” mengandung sikap
tegas terhadap orang-orang yang mendustakan keEsaan Allah, tidak mencampur
adukkan agama, tidak ikut-ikutan dengan pelaksanaan ibadah dan hari raya
mereka. Dan tetap toleran selama tidak menyakiti dan mengganggu kita.
Lihat: Tafsir surah “Al-Kafirun”
13.
Dzikir yang dibaca setelah witir; “Subhaanal malikul
qudduus” tiga kali, dengan mengangkat suara dan dipanjangkan pada yang
ketiga.
Dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوتِرُ بِثَلَاثِ رَكَعَاتٍ، كَانَ يَقْرَأُ فِي
الْأُولَى بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَفِي الثَّانِيَةِ بِقُلْ يَا
أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَفِي الثَّالِثَةِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ،
وَيَقْنُتُ قَبْلَ الرُّكُوعِ، فَإِذَا فَرَغَ، قَالَ عِنْدَ فَرَاغِهِ:
«سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ»، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يُطِيلُ فِي آخِرِهِنَّ [سنن النسائي: صحيح]
Bahwa Rasulullah ﷺ
pernah salat Witir tiga rakaat, pada rakaat pertama beliau membaca: {Sabbihisma
rabbikal a'laa} (surah Al A'la). Pada rakaat kedua membaca, {Qul ya ayyuhal
kafirun} (surah Al-Kafirun), dan pada rakaat ketiga beliau membaca {Qul
huwallahu ahad} (surah Al-Ikhlash). Lalu beliau qunut sebelum rukuk.
Setelah selesai beliau membaca "Subbhanal Malikil Quddus" tiga
kali. Beliau memanjangkan pada yang terakhir kalinya. [Sunan An-Nasaiy: Shahih]
14.
Perhatian para Sahabat dan Tabi’in akan bacaan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam shalat.
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Hadits tentang waktu pelaksanaan shalat witir - Syarah hadits tentang shalat witir - Hadits Ibnu Umar dan Abu Hurairah tentang shalat malam
[1]
Lihat biografi “Khushaif bin Abdirrahman Al-Jazariy” pada Takhrij hadits keutamaan Lubaan
[2]
Lihat biografi " Abdul ‘Aziz bin Juraij "
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/12, Al-Jarh wa
At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 5/379, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 6/505, Tahdziib
Al-Kamaal karya Al-Mizziy 18/117, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/624,
Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.356.
[3]
Lihat biografi " Yahya bin Ayyub "
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.248 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/391, Al-Jarh wa At-Ta'diil 9/127,
Al-Kaamil 9/54, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/191,
Tahdziib Al-Kamaal 31/233, Miizaan Al-I'tidaal 4/362, Taqriib At-Tahdziib hal.58.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...