Minggu, 15 Januari 2023

Tafsir surah “Al-Kafirun”

بسم الله الرحمن الرحيم

Surah Al-Kafirun adalah surah Makkiyah, salah satu surah “Al-Mufashal”.

Dari Watsilah bin Al-Asqa' radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

" أُعْطِيتُ مَكَانَ التَّوْرَاةِ السَّبْعَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الزَّبُورِ الْمَئِينَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الْإِنْجِيلِ الْمَثَانِيَ، وَفُضِّلْتُ بِالْمُفَصَّلِ " [مسند أحمد: صححه الألباني]

"Aku diberi As-Sab' (tujuh surah yang terpanjang dalam Al-Qur'an) sebagai pengganti Taurat, dan aku diberi Al-Maiin (surah-surah yang jumlah ayatnya seratus atau mendekati) sebagai pengganti Zabur, dan aku diberi Al-Matsaniy (surah-surah antara Al-Maiin dan Al-Mufashshal) sebagai pengganti Injil, dan aku diberi kelebihan dengan Al-Mufashshal (surah Qaaf sampai surah An-Naas)". [Musnad Ahmad: Shahih]

Tujuh surah yang terpanjang dalam Al-Qur'an: Al-Baqarah, Ali 'Imran, An-Nisaa', Al-Maidah, Al-An'aam, Al-A'raaf, dan Yunus atau At-Taubah.

Nama-nama surah “Al-Kafirun “:

1.       Dinamai surah “Al-Kafirun” karena kalimat Al-Kafirun di ayat pertama.

2.       Dinamai juga surah “Al-Ikhlash Al-Kubra” karena mengandung pengikhlasan ibadah hanya kepada Allah dan menginkari segala sesembahan selanNya.

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma;

" أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيِ الطَّوَافِ بِسُورَتَيِ الْإِخْلَاصِ: {قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ}، وَ{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} " [سنن الترمذي: صحيح]

Bahwa Rasulullah membaca pada dua rakaat (pada shalat setelah) tawaf dengan dua surah Ikhlash yaitu, "QUL YA AYYUHAL KAFIRUN (Wahai orang kafir) dan QUL HUWA ALLAHU AHAD (Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa)." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

3.       Dinamai juga surah “Al-Ibadah”.

4.       Dinamai juga surah “Ad-Diin”.

Keutamaan surah “Al-Kafirun”:

1.      Bebas dari syirik.

Seorang syekh yang bertemu dengan Nabi berkata: Aku keluar bersama Nabi pada suatu perjalanan, kemudian melewati seorang laki-laki yang sedang membaca surah Al-Kafirun.

Rasulullah kemudian bersabda:

" أَمَّا هَذَا فَقَدْ بَرِئَ مِنَ الشِّرْكِ "

“Adapun orang ini maka ia telah terbebas dari kesyirikan”

Dan seorang lainnya sedang membaca surah “Al-Ikhlash”, maka Nabi bersabda:

" بِهَا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ " [مسند أحمد: صحيح]

“Dengan bacaannya itu, ia wajib mendapatkan surga”. [Musnad Ahmad: Shahih]

2.      Mengenal Tuhan.

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata: Seorang laki-laki berdiri kemudian mendirikan shalat dua raka’at sebelum shalat subuh, maka ia membaca pada raka’at pertama surah Al-Kafirun sampai selesai.

Maka Nabi bersabda:

«هَذَا عَبْدٌ عَرَفَ رَبَّهُ»

“Ini hamba yang mengenal Tuhannya”

Dan membaca pada raka’at kedua surah Al-Ikhlash sampai selesai, maka Rasulullah bersabda:

«هَذَا عَبْدٌ آمَنَ بِرَبِّهِ» [صحيح ابن حبان]

“Ini hamba yang beriman kepada Tuhannya”. [Shahih Ibnu Hibban]

3.      Sebanding dengan seperempat Al-Qur’an.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ قَرَأَ {قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ} عُدِلَتْ لَهُ بِرُبُعِ القُرْآنِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

“Barangsiapa yang membaca surah Al-Kafirun, maka disamakan untuknya dengan pahala seperempat Al-Qur’an”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Al-Qur’an mengandung empat pembahasan pentung: (1) Tauhid, (2) kenabian, (3) hukum kehidupan dunia, dan (4) kehidupan akhirat.

4.      Dibaca pada waktu-waktu tertentu.

Diantaranya:

a)      Shalat witir.

b)      Shalat dua raka’at setelah witir.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يُصَلِّيهِمَا بَعْدَ الْوِتْرِ وَهُوَ جَالِسٌ يَقْرَأُ فِيهِمَا {إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ}، وَ{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} [مسند أحمد: حسن]

“Bahwasanya Nabi terkadang mendirikan shalat dua raka’at setelah shalat witir sambil duduk, beliau membaca pada dua raka’at tersebut surah “Az-Zalzalah” dan surah “Al-Kafirun””. [Musnad Ahmad: Hasan]

c)       Dua raka’at sunnah Subuh.

d)      Dibaca pada dua raka’at setelah shalat magrib.

e)      Dibaca pada dua raka’at setelah tawaf.

f)        Dibaca sebelum tidur.

Lihat: Keutamaan surah Al-Kafirun

Surah "Al-Kafirun" sering digandengkan dengan surah "Al-Ikhlash"

Karena surah “Al-Ikhlash” mengandung pengakuan dan ucapan akan keesaan Allah, mensucikannya dari segala keburukan dan ketergantungan kepada selainNya. Sedangkan surah “Al-Kafirun” mengandung sikap tegas terhadap orang-orang yang mendustakan keesaan Allah, tidak mencampur adukkan agama, tidak ikut-ikutan dengan pelaksanaan ibadah dan hari raya mereka. Dan tetap toleran selama tidak menyakiti dan mengganggu kita.

Lihat: Keutamaan surah Al-Ikhlash

Sebab turunnya surah “Al-Kafirun

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ قُرَيْشًا دَعَتْ رَسُولَ اللَّهِ إِلَى أَنْ يُعْطُوهُ مَالًا فَيَكُونُ أَغْنَى رَجُلٍ بِمَكَّةَ وَيُزَوِّجُونَهُ مَا أَرَادَ مِنَ النِّسَاءِ وَيَطَأُونَ عَقِبَهُ، فَقَالُوا: هَذَا لَكَ عِنْدَنَا يَا مُحَمَّدُ، وَكُفَّ عَنْ شَتْمِ آلِهَتِنَا، وَلَا تَذْكُرْهَا بِشَرٍّ؛ فَإِنْ بَغَضْتَ فَإِنَّا نَعْرِضُ عَلَيْكَ خَصْلَةً وَاحِدَةً، وَلَكَ فِيهَا صَلَاحٌ قَالَ: «وَمَا هِيَ؟» قَالَ: تَعْبُدُ إِلَهَنَا سَنَةً اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَنَعْبُدُ إِلَهِكَ سَنَةً قَالَ: «حَتَّى أَنْظُرَ مَا يَأْتِينِي مِنْ رَبِّي»، فَجَاءَ الْوَحْي مِنْ عِنْدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ: {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ} السُّورَةَ، وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ} [الزمر: 64 - 66] [المعجم الصغير للطبراني: حسن لغيره]

Bahwasanya Quraisy mengajak Rasulullah untuk meberinya harta sehingga menjadi orang terkaya di Mekah dan menikahkannya dengan wanita mana saja yang ia mau kemudian menggaulinya setelah itu. Mereka mengatakan: Ini untukmu dari kami wahai Muhamma, dan berhentilah dari mencaci tuhan-tuhan kami dan jangan engkau menyebutnya dengan keburukan. Jika engkau tidak mau maka kami menawarkanmu satu perkara yang menguntungkan untukmu. Beliau berkata: “Apa itu?” Ia berkata: Engkau menyembah tuhan kami setahun Al-Laat dan Al-‘Uzza, dan kami menyembah tuhanmu setahun. Beliau menjawab: Tunggu sampai aku menanti wahyu yang datang kepadaku dari Tuhanku”. Maka datang wahyu dari Allah ‘azza wajalla dari Lauhil Mahfudz: {Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah} Sampai akhir surah. Dan Allah ta’aalaa menurunkan: {Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?” Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur.”} [Az-Zumar: 64-66] [Al-Mu’jam Ash-Shagir: Hasan ligairih]

Ayat pertama:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} [الكافرون: 1]

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir!”

1)      Dalam berda’wah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف: 108]

Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf: 108]

2)      Allah tidak memerintahkan untuk memanggil orang kafir dengan sebutan kafir kecuali dalam ayat ini, karena berkaitan dengan masalah “tauhid”.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [النحل: 125]

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl: 125]

{وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ} [العنكبوت: 46]

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. [Al-'Ankabuut: 46]

3)      Mengajak kepada tauhid dan menjauhi kesyirikan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (14) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ} [الأنعام: 14، 15]

Katakanlah: "Apakah akan Aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia yang memberi makan dan Ia tidak diberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintah supaya Aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik." Katakanlah: "Sesungguhnya Aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku." [Al-An'am: 14-15]

Ayat kedua:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ} [الكافرون: 2]

“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”.

Menyembah hanya kepada Allah semata.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ} [البينة: 5]

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (jauh dari syirik mempersekutukan Allah dan jauh dari kesesatan). [Al-Bayyinah: 5]

{وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30) اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ} [التوبة: 30-31]

Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [At-Taubah: 30-31]

Ayat ketiga:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ} [الكافرون: 3]

“Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”.

Ahli kitab dan kaum Musyrikin tidak menyembah Allah dan tidak mengenalnya dengan benar.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ} " [يوسف: 106]

Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)". [Yusuf: 106]

Ø  Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz radhiyallahu 'anhu ke negeri Yaman, Beliau berwasiat:

«إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا، فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Kamu akan mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah da'wah yang pertama kali lakukan kepada mereka adalah mengajak mereka untuk ber'ibadah kepada Allah. Jika mereka telah mengenal Allah, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah melaksanakannya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang akan diberikan kepada orang-orang faqir dari mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka ambillah dari mereka (sesuai ketentuannya) dan berhati-hatilah dari harta terbaik manusia (jangan diambil dengan paksa)". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ayat keempat:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ} [الكافرون: 4]

“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”.

Ayat ini merupakan pengulangan makna ayat kedua tapi dengan gaya bahasa yang berbeda.

Ayat kedua menggunakan bentuk kalimat fi’il yang menunjukkan sementara dan akan datang, sedangkan ayat keempat ini menggunakan kalimat dalam bentuk isim yang menunjukkan sesuatu yang paten tidak akan berubah.

Ayat kelima:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ} [الكافرون: 5]

Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah”.

Ayat ketiga dan kelima diulang tanpa ada perbedaan kalimat.

Sebagai penegasan kuat menujukkan bahwa mereka betul-betul tidak menyembah Allah dengan benar sebagaimana apa yang disembah oleh Nabi Muhammad .

Ayat keenam:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ} [الكافرون: 6]

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

1)      Ayat ini tidak bisa dimaknai bahwa semua agama sama.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ} [آل عمران: 19]

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. [Ali 'Imran:19]

{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85]

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali 'Imran:85]

2)      Berlepas diri dari pelaksanaan agama lain.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ} [يونس: 41]

Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab (berlepas diri) terhadap apa yang kamu kerjakan.” [Yunus: 41]

3)      Tidak memaksakan agama kepada seseorang.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 256]

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah: 256]

{وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا}

Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. [Al-Kahf:29]

4)      Setiap orang mempertanggung-jawabkan amalannya dan dibalas sesuai dengannya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ}

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". [Al-Qashash:55]

5)      Toleransi kepada mereka yang tidak mengganggu agama kita.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} [الممتحنة: 8-9]

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. [Al-Mumtahanah: 8 - 9]

Ø  Dari Abdullah bin Amru radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda:

«مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا» [صحيح البخاري]

"Siapa yang membunuh orang kafir yang telah mengikat perjanjian (mu'ahid) dengan pemerintahan muslimin, ia tak dapat mencium harum surga, padahal harum surga dapat dicium dari jarak empat puluh tahun." [Shahih Bukhari]

Ø  Dari beberapa sahabat Nabi ; Rasulullah berkata:

«أَلَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهِدًا، أَوِ انْتَقَصَهُ، أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ، أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيبِ نَفْسٍ، فَأَنَا حَجِيجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Ketahuilah bahwa orang yang menzalimi orang kafir yang menjalin perjanjian dengan Islam atau mengurangi haknya atau membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil darinya sesuatu yang ia relakan maka aku adalah orang yang akan membelanya pada hari kiamat." [Sunan Abi Daud: Shahih]

6)      Tidak boleh ikut dalam perayaan agama lain karena itu termasuk ibadah.

Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ketika tiba di Madinah mendapati penduduknya memiliki dua hari raya, di mana mereka bermain pada hari itu ketika masa Jahiliyah.

Lalu Rasulullah bersabda pada mereka:

«قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ» [مسند أحمد: صحيح]

"Saat aku tiba pada kalian, kalian memiliki dua hari raya di mana kalian bermain pada hari itu semasa jahiliyah. Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, hari Al-Fithr (Idul Fitri) dan hari An-Nahr (Idul Adha) ". [Musnad Ahmad: Shahih]

7)      Tidak mengucapkan selamat atas perayaan agama lain.

Allah subhanahu wa ta'aala berfirman:

{وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا (4) مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا} [الكهف: 4-5]

Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.” Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka. [Al-Kahf: 4-5]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda: Allah ta’aalaa berfirman:

" شَتَمَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، أَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا، وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْئًا أَحَدٌ "

'Anak Adam telah mencemoohku padahal ia tidak mempunyai alasan melakukan hal itu. Adapun pelecehannya pada-Ku adalah ungkapannya, 'Allah telah menjadikan anak untuk diri-Nya.' Sementara Aku adalah Rabb Yang Maha Esa, Aku tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Ku.'" [Shahih Bukhari]

8)      Hati-hati dalam berucap.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat, ia tidak memikirkan kandungannya, akan menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

«إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ» [صحيح البخاري]

"Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat yang diridhai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan Allah mengangkat derajatnya. Dan sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat yang dimurkai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka jahannam". [Shahih Bukhari]

Wallahu a’lam!

Lihat: Tafsir surah Al-Ikhlash - 4 kunci keberuntungan dunia akhirat dalam surah Al-'Ashr - 4 Sifat orang bertakwa; Tafsir surah Ali 'Imran ayat 133-136

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...