بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara
keutamaan yang diraih dengan bermanhaj salaf:
Pertama:
Mewujudkan kesempurnaan Islam, dan nikmat Allah, serta menegakkan hujjah kepada
manusia.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ} [المائدة:
3]
Pada
hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah:3]
{رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ
لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ
اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا} [النساء: 165]
(Mereka
Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya
rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An-Nisaa': 165]
Lihat: Keistimewaan Umat Islam
Kedua: Menetapkan
sifat maksum terhadap syari’at Islam.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لَا
يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ
حَكِيمٍ حَمِيدٍ} [فصلت: 41، 42]
Dan
sesungguhnya Al-Quran itu adalah Kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya
kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb
yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. [Fushilat: 41 - 42]
Ø Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma berkata:
كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أُرِيدُ حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا: أَتَكْتُبُ كُلَّ
شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا، فَأَمْسَكْتُ عَنِ
الْكِتَابِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ، فَقَالَ: «اكْتُبْ
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ» [سنن أبي
داود: صحيح]
"Aku menulis segala sesuatu yang aku
dengar dari Rasulullah ﷺ
agar aku bisa menghafalnya. Kemudian orang-orang Quraisy melarangku
dan mereka berkata, 'Apakah engkau akan menulis segala sesuatu yang engkau
dengar, sementara Rasulullah ﷺ adalah seorang manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan
senang? ' Aku pun tidak menulis lagi, kemudian hal itu aku ceritakan kepada
Rasulullah ﷺ. Beliau lalu berisyarat
dengan meletakkan jarinya pada mulut, lalu bersabda, "Tulislah, demi
jiwaku yang ada di tangan-Nya, tidaklah keluar darinya (mulut) kecuali
kebenaran." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Keistimewaan agama Islam
Ketiga:
Membenarkan segala yang datang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{فَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ
أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (32) وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ
وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ} [الزمر: 32، 33]
Maka siapakah yang lebih
zalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan
mendustakan kebenaran yang datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahanam tempat
tinggal bagi orang-orang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa. [Az-Zumar: 32-33]
Ø
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"يَجِيءُ
النَّبِيُّ وَمَعَهُ الرَّجُلَانِ وَيَجِيءُ النَّبِيُّ وَمَعَهُ الثَّلَاثَةُ
وَأَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ وَأَقَلُّ فَيُقَالُ لَهُ: هَلْ بَلَّغْتَ قَوْمَكَ؟
فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيُدْعَى قَوْمُهُ فَيُقَالُ: هَلْ بَلَّغَكُمْ؟ فَيَقُولُونَ:
لَا، فَيُقَالُ: مَنْ يَشْهَدُ لَكَ؟ فَيَقُولُ مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ، فَتُدْعَى
أُمَّةُ مُحَمَّدٍ فَيُقَالُ: هَلْ بَلَّغَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ،
فَيَقُولُ: وَمَا عِلْمُكُمْ بِذَلِكَ؟ فَيَقُولُونَ: أَخْبَرَنَا نَبِيُّنَا
بِذَلِكَ أَنَّ الرُّسُلَ قَدْ بَلَّغُوا فَصَدَّقْنَاهُ، قَالَ: فَذَلِكُمْ
قَوْلُهُ تَعَالَى {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ}" [سنن ابن ماجه: صحيح]
Seorang
nabi datang pada hari kiamat bersama dua orang dari umatnya, dan ada nabi yang
datang bersama tiga orang umatnya, dan ada yang lebih dari itu atau kurang.
Kemudian dikatakan kepadanya: Apakah engkau telah menyampaikan risalah kepada kaummu?
Maka nabi menjawab: Iya. Kemudian umatnya dipanggil dan ditanya: Apakah nabi
ini telah menyampaikan kepada kalian? Mereka menjawab: Tidak. Kemudian
dikatakan kepada nabi: Siapa yang akan bersaksi untukmu? Ia menjawab: Muhammad
dan umatnya. Kemudian dipanggil umat Muhammad dan ditanya: Apakah nabi ini
telah menyampaikan tugasnya? Mereka menjawab: Iya. Kemudian mereka ditanya:
Bagaimana kalian tahu itu? Mereka menjawab: Nabi kami telah menceritakan hal
itu kepada kami bahwa para rasul terdahulu telah menyampaikan tugasnya, maka
kami membenarkannya.
Rasulullah bersabda: Itulah makna firman Allah ta'aalaa: {"Dan demikian
(pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia"} [Al-Baqarah:143]. [Sunan
Ibnu Majah: Shahih]
Keempat:
Mengagungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى
الْقُلُوبِ} [الحج: 32]
Dan
barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati. [Al-Hajj:32]
Ø 'Umar radhiyallahu
'anhu mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya kemudian berkata:
«إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ،
وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ»
"Sungguh aku mengetahui bahwa kamu hanyalah batu yang tidak bisa
mendatangkan madharat (keburukan) maupun manfa'at. Namun kalau bukan karena aku
telah melihat Nabi ﷺ menciummu tentu aku tidak akan menciummu".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
«لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى
بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَمْسَحُ عَلَى
ظَاهِرِ خُفَّيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Seandainya agama (Islam) itu berdasarkan hasil pikiran, niscaya bagian
bawah sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya, dan sungguh
saya telah melihat Rasulullah ﷺ mengusap bagian
atas kedua khufnya". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø
Dari Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullah;
أَنَّهُ رَأَى
رَجُلًا يُكَرِّرُ الرُّكُوعَ بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَنَهَاهُ، فَقَالَ: «يَا
أَبَا مُحَمَّدٍ أَيُعَذِّبُنِي اللَّهُ عَلَى الصَّلَاةِ؟» قَالَ: «لَا، وَلَكِنْ
يُعَذِّبُكَ عَلَى خِلَافِ السُّنَّةِ» [مصنف عبد الرزاق الصنعاني]
Ia
melihat seseorang yang mengulang-ulang shalat setelah terbit fajar, lalu ia
melarangnya, maka orang itu berkata: Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan
mengazabku karena shalat? Ia menjawab: “Tidak, akan tetapi Allah akan
mengazabmu karena menyelisihi As-Sunnah”. [Mushannaf ‘Abdurrazaq]
Kelima:
Menguatkan ikatan umat Islam dengan pendahulu mereka (salafushalih).
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]
Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka
kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]
{وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [الحشر: 10]
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah
kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang." [Al-Hasyr:10]
Keenam:
Mendapatkan keselamatan dengan mendiamkan perkara agama yang didiamkan oleh
ulama salaf.
Imam Malik rahimahullah berkata:
"مَن
أحْدَثَ في هذِهِ الأمَّةِ اليَوْمَ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ سَلَفُهَا فَقَدْ
زَعَمَ أنَّ رَسُوْلَ الله ﷺ خَانَ الرَّسَالَةَ، لأنَّ الله تعالى يقول:
{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ
لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ
وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ
فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [المائدة: 3] فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا لا يَكُوْنُ اليَوْمَ
دِيْنًا" [الإحكام في
أصول الأحكام لابن حزم]
“Siapa
dari umat ini yang membuat satu perkara baru hari ini, yang tidak ada pada para
salafnya, maka ia telah beranggapan bahwa Rasulullah ﷺ telah mengkhianati risalah. Karena Allah
ta’aalaa berfirman: {Diharamkan bagimu
(memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan
atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan
pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib
dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu,
dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena
lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang} [Al-Maidah: 3]
Maka apa saja yang hari itu (masa salaf) bukan suatu dari ajaran agama maka
tidak akan menjadi ajaran agama pada hari ini”. [Al-Ihkam karya Ibnu Hazm]
Ø ‘Ubaidullah bin ‘Utbah –rahimahullah- berkata:
«إِنَّكَ لَنْ تُخْطِئَ فِي الطَّرِيقِ
مَا دُمْتَ عَلَى الْأَثَرِ» [مصنف ابن أبي شيبة]
“Sungguh
engkau tidak akan salah jalan selama engkau senantiasa berjalan di atas atsar
(As-Sunnah)”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
Ketujuh:
Kokoh di atas kebenaran dan tidak terombang-ambing.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ
وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} [ابراهيم: 27]
Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim
dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. [Ibrahim: 27]
{فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ
مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (112) وَلَا تَرْكَنُوا
إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ
مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ} [هود: 112 - 113]
Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu
cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api
neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain
daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. [Huud: 112 - 113]
{فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ} [الشورى: 15]
Maka
karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka. [Asy-Syuuraa: 15]
Lihat: Sebab kokohnya aqidah salaf
Kedelapan: Merapatkan
barisan umat Islam dan menyatukan mereka.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ
وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ
ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [الأنعام: 159]
Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan (amat
fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu
kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah,
Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. [Al-An'am:159]
{وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا
دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ} [الروم:
31، 32]
Dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka. [Ar-Ruum: 31-32]
Ø
Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma berkata: Suatu hari
kami duduk di sisi Rasulullah ﷺ, kemudian beliau menulis suatu garis di depannya dan berkata:
«هَذَا
سَبِيلُ اللَّهِ»
“Ini adalah jalan Allah”
Kemudian beliau menulis dua garis di sebelah kanan dan
kiri garis tersebut, dan berkata:
«هَذِهِ
سَبِيلُ الشَّيْطَانِ»
“Ini adalah jalan-jalan syaitan”
Kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis yang
tengah, kemudian membaca ayat ini:
{وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [الأنعام: 153]
Dan
bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa. [Al-An’aam:153]
[Musnad Ahmad: Sahih]
Ø
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَيَأْتِيَنَّ
عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى
إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ
ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً
وَاحِدَةً»
“Akan
datang pada umatku apa yang menimpa Bani Israil sama persis selangkah demi
selangkah, sampai kalau ada dari mereka yang berzina dengan ibunya
terang-terangan, maka akan ada dari umatku yang melakukan hal itu. Dan
sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku
akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka
kecuali satu golongan”.
Sahabat
bertanya: Siapakah mereka ya Rasulullah?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«مَا
أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي:
حسنه الألباني]
“Mereka
adalah orang yang berjalan sesuai sunnahku dan sunnah sahabatku”. [Sunan
Tirmidzi: Hasan]
Ø Dalam riwayat lain, dari Mu’awiyah
bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
"ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ
فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ" [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Tujuhpuluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk
surga, yaitu Al-Jam’ah”. [Sunan Abu Daud: Hasan]
Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah
Kesembilan:
Meraih hidayah, pertolongan, kemenangan di dunia dan di akhirat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ
آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ} [غافر:
51]
Sesungguhnya
Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). [Gafir: 51]
Ø
Az-Zuhriy (w.125H) –rahimahullah-
berkata:
"
كَانَ مَنْ مَضَى مِنْ عُلَمَائِنَا يَقُولُونَ: الِاعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ
" [سنن الدارمي]
“Orang terdahulu dari ulama kita berkata: Berpegang
teguh dengan As-Sunnah adalah keselamatan”. [Sunan Ad-Darimiy: Shahih]
Ø
Imam Malik (w.179H) –rahimahullah- berkata:
"
السُّنَّةُ سَفِينَةُ نُوحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ
" [ذم الكلام وأهله
للهروي]
“As-Sunnah ibarat perahu Nuh, siapa yang menaikinya
akan selamat, dan siapa yang tidak menaikinya akan tenggelam”. [Dzammul Kalaam
karya Al-Harawaih]
Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup
Wallahu a’lam!
Referensi:
المختصر الحثيث في بيان أصول منهج السلف
أصحاب الحديث، تأليف: عيسى مال الله فرج
Lihat
juga: Ciri-ciri ahli bid’ah - Pokok-pokok da’wah salaf - Karakteristik manhaj salaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...