Senin, 20 Mei 2024

Keutamaan bermanhaj salaf

بسم الله الرحمن الرحيم

Diantara keutamaan yang diraih dengan bermanhaj salaf:

Pertama: Mewujudkan kesempurnaan Islam, dan nikmat Allah, serta menegakkan hujjah kepada manusia.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ} [المائدة: 3]

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah:3]

{رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا} [النساء: 165]

(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An-Nisaa': 165]

Lihat: Keistimewaan Umat Islam

Kedua: Menetapkan sifat maksum terhadap syari’at Islam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ} [فصلت: 41، 42]

Dan sesungguhnya Al-Quran itu adalah Kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. [Fushilat: 41 - 42]

Ø  Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma berkata:

كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ أُرِيدُ حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا: أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا، فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ ، فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ، فَقَالَ: «اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah agar aku bisa menghafalnya. Kemudian orang-orang Quraisy melarangku dan mereka berkata, 'Apakah engkau akan menulis segala sesuatu yang engkau dengar, sementara Rasulullah adalah seorang manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan senang? ' Aku pun tidak menulis lagi, kemudian hal itu aku ceritakan kepada Rasulullah .  Beliau lalu berisyarat dengan meletakkan jarinya pada mulut, lalu bersabda, "Tulislah, demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, tidaklah keluar darinya (mulut) kecuali kebenaran." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Keistimewaan agama Islam

Ketiga: Membenarkan segala yang datang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (32) وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ} [الزمر: 32، 33]

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendustakan kebenaran yang datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa. [Az-Zumar: 32-33]

Ø  Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"يَجِيءُ النَّبِيُّ وَمَعَهُ الرَّجُلَانِ وَيَجِيءُ النَّبِيُّ وَمَعَهُ الثَّلَاثَةُ وَأَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ وَأَقَلُّ فَيُقَالُ لَهُ: هَلْ بَلَّغْتَ قَوْمَكَ؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيُدْعَى قَوْمُهُ فَيُقَالُ: هَلْ بَلَّغَكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: لَا، فَيُقَالُ: مَنْ يَشْهَدُ لَكَ؟ فَيَقُولُ مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ، فَتُدْعَى أُمَّةُ مُحَمَّدٍ فَيُقَالُ: هَلْ بَلَّغَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: وَمَا عِلْمُكُمْ بِذَلِكَ؟ فَيَقُولُونَ: أَخْبَرَنَا نَبِيُّنَا بِذَلِكَ أَنَّ الرُّسُلَ قَدْ بَلَّغُوا فَصَدَّقْنَاهُ، قَالَ: فَذَلِكُمْ قَوْلُهُ تَعَالَى {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ}" [سنن ابن ماجه: صحيح]

Seorang nabi datang pada hari kiamat bersama dua orang dari umatnya, dan ada nabi yang datang bersama tiga orang umatnya, dan ada yang lebih dari itu atau kurang. Kemudian dikatakan kepadanya: Apakah engkau telah menyampaikan risalah kepada kaummu? Maka nabi menjawab: Iya. Kemudian umatnya dipanggil dan ditanya: Apakah nabi ini telah menyampaikan kepada kalian? Mereka menjawab: Tidak. Kemudian dikatakan kepada nabi: Siapa yang akan bersaksi untukmu? Ia menjawab: Muhammad dan umatnya. Kemudian dipanggil umat Muhammad dan ditanya: Apakah nabi ini telah menyampaikan tugasnya? Mereka menjawab: Iya. Kemudian mereka ditanya: Bagaimana kalian tahu itu? Mereka menjawab: Nabi kami telah menceritakan hal itu kepada kami bahwa para rasul terdahulu telah menyampaikan tugasnya, maka kami membenarkannya. Rasulullah bersabda: Itulah makna firman Allah ta'aalaa: {"Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia"} [Al-Baqarah:143]. [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Keempat: Mengagungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]

Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj:32]

Ø  'Umar radhiyallahu 'anhu mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya kemudian berkata:

«إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ»

"Sungguh aku mengetahui bahwa kamu hanyalah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat (keburukan) maupun manfa'at. Namun kalau bukan karena aku telah melihat Nabi menciummu tentu aku tidak akan menciummu". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:

«لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Seandainya agama (Islam) itu berdasarkan hasil pikiran, niscaya bagian bawah sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya, dan sungguh saya telah melihat Rasulullah mengusap bagian atas kedua khufnya". [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullah;

أَنَّهُ رَأَى رَجُلًا يُكَرِّرُ الرُّكُوعَ بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَنَهَاهُ، فَقَالَ: «يَا أَبَا مُحَمَّدٍ أَيُعَذِّبُنِي اللَّهُ عَلَى الصَّلَاةِ؟» قَالَ: «لَا، وَلَكِنْ يُعَذِّبُكَ عَلَى خِلَافِ السُّنَّةِ» [مصنف عبد الرزاق الصنعاني]

Ia melihat seseorang yang mengulang-ulang shalat setelah terbit fajar, lalu ia melarangnya, maka orang itu berkata: Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan mengazabku karena shalat? Ia menjawab: “Tidak, akan tetapi Allah akan mengazabmu karena menyelisihi As-Sunnah”. [Mushannaf ‘Abdurrazaq]

Kelima: Menguatkan ikatan umat Islam dengan pendahulu mereka (salafushalih).

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]

{وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [الحشر: 10]

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." [Al-Hasyr:10]

Keenam: Mendapatkan keselamatan dengan mendiamkan perkara agama yang didiamkan oleh ulama salaf.

Imam Malik rahimahullah berkata:

"مَن أحْدَثَ في هذِهِ الأمَّةِ اليَوْمَ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ سَلَفُهَا فَقَدْ زَعَمَ أنَّ رَسُوْلَ الله خَانَ الرَّسَالَةَ، لأنَّ الله تعالى يقول: {حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [المائدة: 3] فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا لا يَكُوْنُ اليَوْمَ دِيْنًا" [الإحكام في أصول الأحكام لابن حزم]

“Siapa dari umat ini yang membuat satu perkara baru hari ini, yang tidak ada pada para salafnya, maka ia telah beranggapan bahwa Rasulullah telah mengkhianati risalah. Karena Allah ta’aalaa berfirman: {Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang} [Al-Maidah: 3] Maka apa saja yang hari itu (masa salaf) bukan suatu dari ajaran agama maka tidak akan menjadi ajaran agama pada hari ini”. [Al-Ihkam karya Ibnu Hazm]

Ø  ‘Ubaidullah bin ‘Utbahrahimahullah- berkata:

«إِنَّكَ لَنْ تُخْطِئَ فِي الطَّرِيقِ مَا دُمْتَ عَلَى الْأَثَرِ» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Sungguh engkau tidak akan salah jalan selama engkau senantiasa berjalan di atas atsar (As-Sunnah)”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Ketujuh: Kokoh di atas kebenaran dan tidak terombang-ambing.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} [ابراهيم: 27]

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. [Ibrahim: 27]

{فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (112) وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ} [هود: 112 - 113]

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. [Huud: 112 - 113]

{فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ} [الشورى: 15]

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka. [Asy-Syuuraa: 15]

Lihat: Sebab kokohnya aqidah salaf

Kedelapan: Merapatkan barisan umat Islam dan menyatukan mereka.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [الأنعام: 159]

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan (amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. [Al-An'am:159]

{وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ} [الروم: 31، 32]

Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Ar-Ruum: 31-32]

Ø  Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah , kemudian beliau menulis suatu garis di depannya dan berkata:

«هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ»

“Ini adalah jalan Allah”

Kemudian beliau menulis dua garis di sebelah kanan dan kiri garis tersebut, dan berkata:

«هَذِهِ سَبِيلُ الشَّيْطَانِ»

“Ini adalah jalan-jalan syaitan”

Kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis yang tengah, kemudian membaca ayat ini:

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [الأنعام: 153]

Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. [Al-An’aam:153] [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»

“Akan datang pada umatku apa yang menimpa Bani Israil sama persis selangkah demi selangkah, sampai kalau ada dari mereka yang berzina dengan ibunya terang-terangan, maka akan ada dari umatku yang melakukan hal itu. Dan sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan”.

Sahabat bertanya: Siapakah mereka ya Rasulullah?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

“Mereka adalah orang yang berjalan sesuai sunnahku dan sunnah sahabatku”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  Dalam riwayat lain, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ" [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Tujuhpuluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu Al-Jam’ah”. [Sunan Abu Daud: Hasan]

Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah

Kesembilan: Meraih hidayah, pertolongan, kemenangan di dunia dan di akhirat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ} [غافر: 51]

Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). [Gafir: 51]

Ø  Az-Zuhriy (w.125H) –rahimahullah- berkata:

" كَانَ مَنْ مَضَى مِنْ عُلَمَائِنَا يَقُولُونَ: الِاعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ " [سنن الدارمي]

“Orang terdahulu dari ulama kita berkata: Berpegang teguh dengan As-Sunnah adalah keselamatan”. [Sunan Ad-Darimiy: Shahih]

Ø  Imam Malik (w.179H) rahimahullah- berkata:

" السُّنَّةُ سَفِينَةُ نُوحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ " [ذم الكلام وأهله للهروي]

“As-Sunnah ibarat perahu Nuh, siapa yang menaikinya akan selamat, dan siapa yang tidak menaikinya akan tenggelam”. [Dzammul Kalaam karya Al-Harawaih]

Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup

Wallahu a’lam!

Referensi:

المختصر الحثيث في بيان أصول منهج السلف أصحاب الحديث، تأليف: عيسى مال الله فرج

Lihat juga: Ciri-ciri ahli bid’ah - Pokok-pokok da’wah salaf - Karakteristik manhaj salaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...