Kamis, 07 November 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (33) Berpuasa dan berbuka saat bepergian jauh

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ الصَّوْمِ فِي السَّفَرِ وَالإِفْطَارِ
“Bab: Berpuasa dan berbuka saat bepergian jauh”
Dalam bab ini imam Bukhari menyebutkan dua hadits dari Ibnu Abi Aufa dan Aisyah radhiyallahu ‘anhuma yang menunjukkan bolehnya berpuasa atau tidak berpuasa saat bepergian jauh (musafir).
Hadits pertama: Hadits Ibnu Abi Aufaa radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1839 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [ابن المديني]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ الشَّيْبَانِيِّ [سليمان بن أبي سليمان فيروز الكوفي]، سَمِعَ ابْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَقَالَ لِرَجُلٍ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الشَّمْسُ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ الشَّمْسُ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُ فَشَرِبَ، ثُمَّ رَمَى بِيَدِهِ هَا هُنَا، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
1839 - Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah [Ibnu Al-Madiniy], telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], dari Abu Ishaq Asy-Syaibaniy [Sulaiman bin Abi Sulaiman Fairuz Al-Kufiy]; dia mendengar Ibnu Abu Awfa radhiyallahu 'anhu berkata; Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan yang ketika itu beliau berkata kepada seseorang: "Turunlah di sini dan siapkan minuman buatku".
Orang itu berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah masih ada (cahaya) matahari?"
Beliau berkata, lagi: "Turunlah (berhenti di sini) dan siapkan minuman buatku".
Orang itu berkata, lagi: "Wahai Rasulullah, bukankah masih ada (cahaya) matahari?"
Beliau berkata, lagi: "Turunlah dan siapkan minuman buatku".
Maka orang itu berhenti lalu memberikan minuman kepada Beliau, lalu Beliau minum kemudian menunjukkan tangan Beliau ke suatu arah lalu bersabda: "Apabila kalian telah melihat malam sudah datang dari arah sana (timur) maka orang yang puasa sudah boleh berbuka ".
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
تَابَعَهُ جَرِيرٌ [بن عبد الحميد بن قُرْطٍ]، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ [أبي إسحاق] الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ ابْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ ...
Hadits ini dikuatkan pula oleh Jarir [bin Abdil Hamid bin Qurth] dan Abu Bakr bin 'Ayyasy, dari [Abu Ishaq] Asy-Syaibaniy, dari Ibnu Abu Awfa radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, … ".
Hadits Jarir rahimahullah akan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanad muttashil (bersambung) dalam kitab Ath-Thalaq bab “Memakai isyarat dalam urusan talak”, sedangkan hadits Abu Bakr bin ‘Ayyasy rahimahullah akan beliau riwayatkan pada bab “Menyegerakan berbuka puasa”
Hadits ini akan diriwayatkan ulang oleh imam Bukhari pada tiga bab yang akan datang dalam kitab Ash-Shaum:
a)       Bab 42: Kapan orang yang berpuasa boleh berbuka.
b)      Bab 43: Berbuka dengan apa adanya seperti minum air atau selainnya.
c)       Bab 44: Menyegerakan berbuka puasa.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu.
Abdullah bin Abi Aufa ‘Alqamah bin Khalid bin Al-Harits Al-Aslamiy radhiyallahu ‘anhuma.
Ia dan bapaknya ikut pada saat bai’at Ar-Ridwan di bawah pohon Hudaibiyah.
Abdullah bin Abi Aufaa diberi umur yang panjang dan ia adalah sahabat Nabi yang terakhir wafat di Kufa tahun 87 Hijriyah.
Diantara keistimewaannya:
a)      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan shalawat untuk keluarga Abi Aufaa.
'Abdullah bin Abu Awfaa radhiyallahu ‘anhuma berkata; Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila suatu kaum datang kepadanya dengan membawa shadaqah mereka, Beliau mendoakannya:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلاَنٍ»
" Ya Allah berilah shalawat kepada keluarga Fulan".
Maka bapakku mendatangi Beliau dengan membawa zakatnya, maka Beliau mendoakanya:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى» [صحيح البخاري ومسلم]
"Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga Abu Awfaa". [Shahih Bukhari dan Muslim]
b)      Ikut berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ibnu Abu Aufa radhiyallahu 'anhuma berkata,
«غَزَوْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ أَوْ سِتًّا، كُنَّا نَأْكُلُ مَعَهُ الجَرَادَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan peperangan sebanyak tujuh atau enam kali, dan setiap itu kami bersama beliau makan belalang." [Shahih Bukhari dan Muslim]
2.      Boleh berpuasa saat bepergian jauh.
 Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu 'anhu berkata:
«خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، حَتَّى إِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ، وَمَا فِينَا صَائِمٌ، إِلَّا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ» [صحيح مسلم]
"Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan saat terik matahari begitu menyengat hingga salah seorang dari kami meletakkan tangannya di atas kepala. Di antara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abdullah bin Rawahah." [Shahih Muslim]

3.      Berbuka saat matahari sudah tenggelam.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187]
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam [Al-Baqarah: 187]
4.      Anjuran menyegerakan berbuka puasa.
Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Senantiasa orang-orang dalam kebaikan selama mereka mempercepat buka puasa". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا بِتَعْجِيلِ فِطْرِنا، وَتَأْخِيرِ سُحُورِنا، وَوَضَعِ أيمَانِنَا عَلَى شمائِلِنا فِي الصَّلَاةِ» [المعجم الكبير للطبراني: صحيح]
"Sesungguhnya kami para Nabi diperintahkan untuk menyegerakan waktu berbuka kami, mengakhirkan sahur kami, dan meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri ketika shalat". [Al-Mu'jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Sahih]
5.      Berhati-hati menentukan masuknya waktu berbuka puasa.
Sahabat Nabi tidak langsung melaksanakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagai bentuk kehati-hatian, dan Beliau tidak menyalahkannya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ} [البقرة: 187]
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan (hukum) Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. [Al-Baqarah: 187]
6.      Boleh memakai isyarat dalam menjelaskan atau menyampaikan sesuatu.
Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ وَلَيْسَ أَنْ يَقُولَ الْفَجْرُ أَوْ الصُّبْحُ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ وَرَفَعَهَا إِلَى فَوْقُ وَطَأْطَأَ إِلَى أَسْفَلُ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا
"Adzannya Bilal tidaklah menghalangi seorang dari kalian, atau seseorang dari makan sahurnya, karena dia mengumandangkan adzan saat masih malam supaya orang yang masih shalat malam dapat istirahat, dan untuk mengingatkan mereka yang masih tidur. Dan Bilal adzan tidak bermaksud memberitahukan masuknya waktu fajar atau shubuh." Beliau berkata dengan isyarat jarinya, beliau angkat ke atas dan menurunkannya kembali hingga berkata seperti ini."
Zuhair menyebutkan, "Beliau berisyarat dengan kedua jari telunjuknya, salah satu jarinya beliau letakkan di atas yang lainnya, kemudian membentangkannya ke kanan dan kirinya." [Shahih Bukhari]
B.     Penjelasan kedua.
Hadits kedua: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkannya melalui dua jalur.
Jalur pertama dari Yahya, dari Hisyam.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1840 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ [بن مسرهد]، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ هِشَامٍ [بن عروة بن الزبير]، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ: «يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَسْرُدُ الصَّوْمَ»
1840 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad] telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id Al-Qathan], dari Hisyam [bin ‘Urwah bin Az-Zubair] berkata, bapakku telah menceritakan kepadaku dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Hamzah bin 'Amru Al Aslamiy berkata: "Wahai Rasulullah, aku sering berpuasa".
Jalur kedua dari imam Malik, dari Hisyam.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1841 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ [التِّنِّيسي]، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، - زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَأَصُومُ فِي السَّفَرِ؟ - وَكَانَ كَثِيرَ الصِّيَامِ -، فَقَالَ: «إِنْ شِئْتَ فَصُمْ، وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ»
1841- Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf [At-Tinnisiy] telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Hisyam bin 'Urwah, dari bapaknya dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Hamzah bin 'Amru Al Aslamiy berkata, kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Apakah aku boleh berpuasa saat bepergian? Dia adalah orang yang banyak berpuasa.
Maka Beliau menawab: "Jika kamu mau berpuasalah dan jika kamu mau berbukalah".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
2)      Hamzah bin ‘Amr bin ‘Uwaimir, Abu Shalih Al-Aslamiy radhiyallahu ‘anhu.
Ibnu Sa’ad menyebutkan dalam golongan kaum muhajirin. Wafat tahun 61 Hijriyah dengan umur 71 tahun dan ada yang mengatakan 80 tahun.
Diantara keistimewaannya; Jari jemarinya mengeluarkan cahaya.
Hamzah Al-Aslamiy radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنّا مَعَ النَّبيِّ صَلى اللَّهُ عَلَيه وسَلم فِي سَفَرٍ، فَتَفَرَّقنا فِي لَيلَةٍ ظَلماءَ دَحمَسَةٍ، فَأَضاءَت أَصابِعِي، حَتَّى جَمَعُوا عَلَيها ظَهرَهُم، وَمَا هَلَكَ مِنهُم، وإِنَّ أَصابِعِي لَتُنِيرُ. [التاريخ الكبير للبخاري]
Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perjalanan jauh, kemudian kami berpisah di suatu malam yang sangat gelap, maka jari-jariku bercahaya sehingga mereka dapat mengumpulkan bekal dan mendapatkan apa yang hilang dari mereka, dan sungguh jari-jariku memancarkan cahaya”. [At-Tarikh Al-Kabir karya Al-Bukhari]
Al-Haitsamiy rahimahullah berkata: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dan semua perawinya semua tsiqah keculai Katsir bin Zayd, periwayatan haditsnya diperselisihkan”. [Majma’ Az-Zawaid 9/411 no. 16154]
3)      Boleh berpuasa saat bepergian jauh atau tidak berpuasa.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة: 185]
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [Al-Baqarah:185]
Ø  Dari Anas radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ نِصْفَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ وَعَنْ الْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ
"Sungguh Allah telah membebaskan setengah shalat dan puasa dari orang-orang yang bepergian, dan dari wanita yang hamil serta menyusui." [Sunan An-Nasa'iy: Hasan]
4)      Keutamaan banyak berpuasa.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Ada seorang lelaki bersendawa di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa salam, kemudian Nabi bersabda:
«كُفَّ عَنَّا جُشَاءَكَ فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ القِيَامَةِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Hentikan sendawamu dari kami karena sesungguhnya orang yang paling banyak kekenyangan di dunia kelak pada hari kiamat adalah orang yang paling lama merasakan kelaparan." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø  'Athiyah bin 'Amir Al-Juhani –rahimahullah- berkata, "Aku mendengar Salman radhiyallahu ‘anhu dipaksa untuk memakan makanan, maka dia berkata, "Cukuplah bagiku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا، أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
"Sesungguhnya manusia yang paling banyak kenyang di dunia adalah manusia yang paling lama lapar di hari kiamat." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
5)      Boleh menyebutkan ibadah untuk meminta fatwa atau dijadikan teladan.
Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كُنْتُ أَصُومُ الدَّهْرَ وَأَقْرَأُ الْقُرْآنَ كُلَّ لَيْلَةٍ، قَالَ: فَإِمَّا ذُكِرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِمَّا أَرْسَلَ إِلَيَّ فَأَتَيْتُهُ، فَقَالَ لِي: «أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ الدَّهْرَ وَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ كُلَّ لَيْلَةٍ؟» فَقُلْتُ: بَلَى، يَا نَبِيَّ اللهِ، وَلَمْ أُرِدْ بِذَلِكَ إِلَّا الْخَيْرَ، قَالَ: «فَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ» قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ «فَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا» قَالَ: «فَصُمْ صَوْمَ دَاوُدَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُ كَانَ أَعْبَدَ النَّاسِ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، وَمَا صَوْمُ دَاوُدَ؟ قَالَ: «كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا» قَالَ: «وَاقْرَأِ الْقُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: «فَاقْرَأْهُ فِي كُلِّ عِشْرِينَ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: «فَاقْرَأْهُ فِي كُلِّ عَشْرٍ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: «فَاقْرَأْهُ فِي كُلِّ سَبْعٍ، وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ، فَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا» قَالَ: فَشَدَّدْتُ، فَشُدِّدَ عَلَيَّ. قَالَ: وَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّكَ لَا تَدْرِي لَعَلَّكَ يَطُولُ بِكَ عُمْرٌ» قَالَ: «فَصِرْتُ إِلَى الَّذِي قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا كَبِرْتُ وَدِدْتُ أَنِّي كُنْتُ قَبِلْتُ رُخْصَةَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح مسلم]
Saya biasa melakukan puasa Ad-Dahr (setiap hari) dan membaca (mengkhatamkan) Al-Qur`an setiap malam sekali. Mungkin telah disampaikan berita kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengenai diriku atau mungkin juga beliau yang mengutus seseorang kepadaku. Lalu aku mendatangi beliau, maka beliau pun bertanya kepadaku: "Benarkah berita bahwa kamu berpuasa setiap hari dan membaca (mengkhatamkan) Al Qur`an sekali setiap malam?"
Saya menjawab, "Benar wahai Nabiyullah, namun tidaklah saya menginginkan dari perbuatan itu kecuali kebaikan."
Beliau bersabda: "Sungguh, bagimu cukup berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya."
Saya berkata, "Wahai Nabiyullah, sungguh saya masih kuat lebih dari itu."
Beliau bersabda: "Sesunguhnya isteri juga mempunyai hak atasmu, tamumu punya hak atasmu dan jasadmu juga punya hak atasmu. Karena itu, lakukanlah puasa Dawud Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam, sebab ia adalah hamba yang paling banyak beribadah."
Saya bertanya, "Wahai Nabiyullah, bagaimanakah puasa Dawud itu?"
Beliau menjawab: "Nabi Dawud berpuasa sehari dan berbuka sehari."
Kemudian beliau bersabda: "Bacalah (khatamkanlah) Al-Qur`an sekali dalam setiap bulannya."
Saya berkata, "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya masih kuat kurang dari itu."
Beliau bersabda: "Kalau begitu, pada setiap dua puluh hari sekali."
Saya berkata, "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya masih kuat kurang dari itu."
Beliau bersabda: "Kalau begitu, setiap sepuluh hari sekali."
Saya berkata, "Wahai Nabiyullah, sungguh, saya masih kuat kurang dari itu."
Beliau bersabda: "Kalau begitu, bacalah (khatamkanlah) Al Qur`an setiap tujuh hari sekali, janganlah kamu menambahnya lagi, sebab, isterimu juga punya hak atasmu, dan jasadmu juga punya hak atasmu."
Abdullah bin ‘Amr berkata; Aku telah berlebih-lebihan, hingga aku pun diberatkan sendiri. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "Sesunguhnya kamu tidak tahu, kemungkinan umurmu dipanjangkan."
Abdullah berkata; "Maka aku pun lebih memilih dan melakukan apa yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam padaku. Setelah lanjut usia, aku pun berangan-angan, sekiranya dahulu aku menerima rukhshah (keringanan) Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...