بسم
الله الرحمن الرحيم
A. Penjelasan pertama.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ
الصَّوْمِ فِي السَّفَرِ وَالإِفْطَارِ
“Bab: Berpuasa dan berbuka saat bepergian
jauh”
Dalam
bab ini imam Bukhari menyebutkan dua hadits dari Ibnu Abi Aufa dan Aisyah
radhiyallahu ‘anhuma yang menunjukkan bolehnya berpuasa atau tidak
berpuasa saat bepergian jauh (musafir).
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
1839 - حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [ابن المديني]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]،
عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ الشَّيْبَانِيِّ [سليمان بن أبي سليمان فيروز الكوفي]،
سَمِعَ ابْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَقَالَ لِرَجُلٍ: «انْزِلْ
فَاجْدَحْ لِي»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الشَّمْسُ؟ قَالَ: «انْزِلْ
فَاجْدَحْ لِي»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ الشَّمْسُ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ
لِي»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُ فَشَرِبَ، ثُمَّ رَمَى بِيَدِهِ هَا هُنَا، ثُمَّ
قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ
الصَّائِمُ»
1839 - Telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah [Ibnu Al-Madiniy], telah
menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], dari Abu Ishaq Asy-Syaibaniy
[Sulaiman bin Abi Sulaiman Fairuz Al-Kufiy]; dia mendengar Ibnu Abu Awfa
radhiyallahu 'anhu berkata; Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan yang ketika itu beliau berkata
kepada seseorang: "Turunlah di sini dan siapkan minuman buatku".
Orang
itu berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah masih ada (cahaya) matahari?"
Beliau
berkata, lagi: "Turunlah (berhenti di sini) dan siapkan minuman
buatku".
Orang
itu berkata, lagi: "Wahai Rasulullah, bukankah masih ada (cahaya) matahari?"
Beliau
berkata, lagi: "Turunlah dan siapkan minuman buatku".
Maka
orang itu berhenti lalu memberikan minuman kepada Beliau, lalu Beliau minum kemudian
menunjukkan tangan Beliau ke suatu arah lalu bersabda: "Apabila
kalian telah melihat malam sudah datang dari arah sana (timur) maka orang yang puasa
sudah boleh berbuka ".
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
تَابَعَهُ جَرِيرٌ [بن عبد الحميد بن قُرْطٍ]،
وَأَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ [أبي إسحاق] الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ ابْنِ
أَبِي أَوْفَى قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
سَفَرٍ ...
Hadits
ini dikuatkan pula oleh Jarir [bin Abdil Hamid bin Qurth] dan Abu Bakr bin
'Ayyasy, dari [Abu Ishaq] Asy-Syaibaniy, dari Ibnu Abu Awfa radhiyallahu
'anhu berkata: "Aku pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dalam suatu perjalanan, … ".
Hadits
Jarir rahimahullah akan
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanad muttashil (bersambung) dalam
kitab Ath-Thalaq bab “Memakai isyarat dalam urusan talak”, sedangkan hadits Abu
Bakr bin ‘Ayyasy rahimahullah akan
beliau riwayatkan pada bab “Menyegerakan berbuka puasa”
Hadits
ini akan diriwayatkan ulang oleh imam Bukhari pada tiga bab yang akan datang dalam
kitab Ash-Shaum:
a)
Bab 42:
Kapan orang yang berpuasa boleh berbuka.
b)
Bab 43: Berbuka
dengan apa adanya seperti minum air atau selainnya.
c)
Bab 44: Menyegerakan berbuka puasa.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi
Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu.
Abdullah
bin Abi Aufa ‘Alqamah bin Khalid bin Al-Harits Al-Aslamiy radhiyallahu ‘anhuma.
Ia
dan bapaknya ikut pada saat bai’at Ar-Ridwan di bawah pohon Hudaibiyah.
Abdullah
bin Abi Aufaa diberi umur yang panjang dan ia adalah sahabat Nabi yang terakhir
wafat di Kufa tahun 87 Hijriyah.
Diantara
keistimewaannya:
a)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memintakan shalawat untuk keluarga Abi Aufaa.
'Abdullah
bin Abu Awfaa radhiyallahu
‘anhuma berkata; Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila suatu
kaum datang kepadanya dengan membawa shadaqah mereka, Beliau mendoakannya:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
آلِ فُلاَنٍ»
"
Ya Allah berilah shalawat kepada keluarga Fulan".
Maka
bapakku mendatangi Beliau dengan membawa zakatnya, maka Beliau mendoakanya:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
آلِ أَبِي أَوْفَى» [صحيح البخاري ومسلم]
"Ya
Allah, berilah shalawat kepada keluarga Abu Awfaa". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
b)
Ikut berperang bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Ibnu
Abu Aufa radhiyallahu
'anhuma berkata,
«غَزَوْنَا مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ أَوْ سِتًّا، كُنَّا
نَأْكُلُ مَعَهُ الجَرَادَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kami
pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan peperangan
sebanyak tujuh atau enam kali, dan setiap itu kami bersama beliau makan
belalang." [Shahih Bukhari dan Muslim]
2.
Boleh
berpuasa saat bepergian jauh.
Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu 'anhu berkata:
«خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، حَتَّى إِنْ
كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ، وَمَا فِينَا
صَائِمٌ، إِلَّا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبْدُ اللهِ
بْنُ رَوَاحَةَ» [صحيح مسلم]
"Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam di bulan Ramadhan saat terik matahari begitu menyengat
hingga salah seorang dari kami meletakkan tangannya di atas kepala. Di antara
kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dan Abdullah bin Rawahah." [Shahih Muslim]
3.
Berbuka
saat matahari sudah tenggelam.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة:
187]
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam [Al-Baqarah: 187]
4.
Anjuran
menyegerakan berbuka puasa.
Dari
Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا
الفِطْرَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Senantiasa orang-orang dalam kebaikan selama
mereka mempercepat buka puasa". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ
أُمِرْنَا بِتَعْجِيلِ فِطْرِنا، وَتَأْخِيرِ سُحُورِنا، وَوَضَعِ أيمَانِنَا
عَلَى شمائِلِنا فِي الصَّلَاةِ» [المعجم الكبير
للطبراني: صحيح]
"Sesungguhnya kami para Nabi diperintahkan
untuk menyegerakan waktu berbuka kami, mengakhirkan sahur kami, dan meletakkan
tangan kanan kami di atas tangan kiri ketika shalat". [Al-Mu'jam Al-Kabiir
karya Ath-Thabaraniy: Sahih]
5.
Berhati-hati
menentukan masuknya waktu berbuka puasa.
Sahabat Nabi tidak langsung melaksanakan
perintah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sebagai bentuk kehati-hatian, dan Beliau tidak menyalahkannya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى
اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ
حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ} [البقرة: 187]
Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan (hukum) Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. [Al-Baqarah: 187]
6.
Boleh
memakai isyarat dalam menjelaskan atau menyampaikan sesuatu.
Dari
'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ
أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ
يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ وَلَيْسَ
أَنْ يَقُولَ الْفَجْرُ أَوْ الصُّبْحُ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ وَرَفَعَهَا إِلَى
فَوْقُ وَطَأْطَأَ إِلَى أَسْفَلُ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا
"Adzannya Bilal tidaklah menghalangi seorang
dari kalian, atau seseorang dari makan sahurnya, karena dia mengumandangkan
adzan saat masih malam supaya orang yang masih shalat malam dapat istirahat,
dan untuk mengingatkan mereka yang masih tidur. Dan Bilal adzan tidak bermaksud
memberitahukan masuknya waktu fajar atau shubuh." Beliau berkata dengan
isyarat jarinya, beliau angkat ke atas dan menurunkannya kembali hingga berkata
seperti ini."
Zuhair
menyebutkan, "Beliau berisyarat dengan kedua jari telunjuknya, salah satu
jarinya beliau letakkan di atas yang lainnya, kemudian membentangkannya ke
kanan dan kirinya." [Shahih Bukhari]
B. Penjelasan kedua.
Hadits
kedua: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkannya
melalui dua jalur.
Jalur
pertama dari Yahya, dari
Hisyam.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
1840 - حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ [بن مسرهد]، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ هِشَامٍ [بن
عروة بن الزبير]، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ
عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ: «يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَسْرُدُ الصَّوْمَ»
1840 - Telah
menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad] telah menceritakan kepada kami
Yahya [bin Sa’id Al-Qathan], dari Hisyam [bin ‘Urwah bin Az-Zubair] berkata,
bapakku telah menceritakan kepadaku dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha
bahwa Hamzah bin 'Amru Al Aslamiy berkata: "Wahai Rasulullah, aku sering
berpuasa".
Jalur
kedua dari imam Malik, dari
Hisyam.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
1841 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يُوسُفَ [التِّنِّيسي]، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، - زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَأَصُومُ فِي السَّفَرِ؟ - وَكَانَ
كَثِيرَ الصِّيَامِ -، فَقَالَ: «إِنْ شِئْتَ فَصُمْ، وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ»
1841- Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf [At-Tinnisiy] telah mengabarkan
kepada kami Malik, dari Hisyam bin 'Urwah, dari bapaknya dari 'Aisyah radhiyallahu
'anha, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Hamzah bin
'Amru Al Aslamiy berkata, kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Apakah aku boleh berpuasa saat bepergian? Dia adalah orang yang banyak
berpuasa.
Maka
Beliau menawab: "Jika kamu mau berpuasalah dan jika kamu mau
berbukalah".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi
Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Lihat
di sini: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya
2)
Hamzah
bin ‘Amr bin ‘Uwaimir, Abu Shalih Al-Aslamiy radhiyallahu
‘anhu.
Ibnu
Sa’ad menyebutkan dalam golongan kaum muhajirin. Wafat tahun 61 Hijriyah dengan
umur 71 tahun dan ada yang mengatakan 80 tahun.
Diantara
keistimewaannya; Jari jemarinya mengeluarkan cahaya.
Hamzah
Al-Aslamiy radhiyallahu
‘anhu berkata:
كُنّا مَعَ النَّبيِّ صَلى اللَّهُ
عَلَيه وسَلم فِي سَفَرٍ، فَتَفَرَّقنا فِي لَيلَةٍ ظَلماءَ دَحمَسَةٍ، فَأَضاءَت
أَصابِعِي، حَتَّى جَمَعُوا عَلَيها ظَهرَهُم، وَمَا هَلَكَ مِنهُم، وإِنَّ
أَصابِعِي لَتُنِيرُ. [التاريخ الكبير للبخاري]
Kami
pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perjalanan jauh,
kemudian kami berpisah di suatu malam yang sangat gelap, maka jari-jariku
bercahaya sehingga mereka dapat mengumpulkan bekal dan mendapatkan apa yang
hilang dari mereka, dan sungguh jari-jariku memancarkan cahaya”. [At-Tarikh
Al-Kabir karya Al-Bukhari]
Al-Haitsamiy
rahimahullah berkata: “Hadits ini diriwayatkan oleh
Ath-Thabaraniy dan semua perawinya semua tsiqah keculai Katsir bin Zayd, periwayatan
haditsnya diperselisihkan”. [Majma’ Az-Zawaid 9/411 no. 16154]
3) Boleh berpuasa saat bepergian jauh atau tidak berpuasa.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ
فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ
عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة:
185]
Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [Al-Baqarah:185]
Ø Dari Anas radhiyallahu
‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ
نِصْفَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ وَعَنْ الْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ
"Sungguh Allah telah membebaskan setengah
shalat dan puasa dari orang-orang yang bepergian, dan dari wanita yang hamil
serta menyusui." [Sunan An-Nasa'iy: Hasan]
4) Keutamaan banyak berpuasa.
Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma
berkata: Ada seorang lelaki bersendawa di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa salam,
kemudian Nabi bersabda:
«كُفَّ عَنَّا جُشَاءَكَ
فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ
القِيَامَةِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Hentikan
sendawamu dari kami karena sesungguhnya orang yang paling banyak kekenyangan di
dunia kelak pada hari kiamat adalah orang yang paling lama merasakan
kelaparan." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø 'Athiyah bin 'Amir Al-Juhani
–rahimahullah- berkata, "Aku mendengar Salman radhiyallahu
‘anhu dipaksa untuk memakan makanan, maka dia berkata, "Cukuplah
bagiku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
شِبَعًا فِي الدُّنْيَا، أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [سنن ابن ماجه:
حسنه الألباني]
"Sesungguhnya
manusia yang paling banyak kenyang di dunia adalah manusia yang paling lama
lapar di hari kiamat." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Lihat: Keutamaan puasa
5) Boleh menyebutkan ibadah untuk meminta fatwa atau dijadikan
teladan.
Abdullah bin ‘Amr
bin Al-‘Ash radhiyallahu
‘anhuma berkata:
كُنْتُ أَصُومُ الدَّهْرَ وَأَقْرَأُ
الْقُرْآنَ كُلَّ لَيْلَةٍ، قَالَ: فَإِمَّا ذُكِرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِمَّا أَرْسَلَ إِلَيَّ فَأَتَيْتُهُ، فَقَالَ لِي:
«أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ الدَّهْرَ وَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ كُلَّ
لَيْلَةٍ؟» فَقُلْتُ: بَلَى، يَا نَبِيَّ اللهِ، وَلَمْ أُرِدْ بِذَلِكَ إِلَّا
الْخَيْرَ، قَالَ: «فَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ
أَيَّامٍ» قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ
«فَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِجَسَدِكَ
عَلَيْكَ حَقًّا» قَالَ: «فَصُمْ صَوْمَ دَاوُدَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُ كَانَ أَعْبَدَ النَّاسِ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ
اللهِ، وَمَا صَوْمُ دَاوُدَ؟ قَالَ: «كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا»
قَالَ: «وَاقْرَأِ الْقُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ،
إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: «فَاقْرَأْهُ فِي كُلِّ عِشْرِينَ»
قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ:
«فَاقْرَأْهُ فِي كُلِّ عَشْرٍ» قَالَ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي أُطِيقُ
أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، قَالَ: «فَاقْرَأْهُ فِي كُلِّ سَبْعٍ، وَلَا تَزِدْ عَلَى
ذَلِكَ، فَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا،
وَلِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا» قَالَ: فَشَدَّدْتُ، فَشُدِّدَ عَلَيَّ. قَالَ:
وَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّكَ لَا تَدْرِي
لَعَلَّكَ يَطُولُ بِكَ عُمْرٌ» قَالَ: «فَصِرْتُ إِلَى الَّذِي قَالَ لِي
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا كَبِرْتُ وَدِدْتُ أَنِّي
كُنْتُ قَبِلْتُ رُخْصَةَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح مسلم]
Saya
biasa melakukan puasa Ad-Dahr (setiap hari) dan membaca (mengkhatamkan) Al-Qur`an
setiap malam sekali. Mungkin telah disampaikan berita kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengenai diriku atau mungkin juga beliau yang mengutus
seseorang kepadaku. Lalu aku mendatangi beliau, maka beliau pun bertanya
kepadaku: "Benarkah berita bahwa kamu berpuasa setiap hari dan membaca
(mengkhatamkan) Al Qur`an sekali setiap malam?"
Saya
menjawab, "Benar wahai Nabiyullah, namun tidaklah saya menginginkan dari
perbuatan itu kecuali kebaikan."
Beliau
bersabda: "Sungguh, bagimu cukup berpuasa tiga hari dalam setiap
bulannya."
Saya
berkata, "Wahai Nabiyullah, sungguh saya masih kuat lebih dari itu."
Beliau
bersabda: "Sesunguhnya isteri juga mempunyai hak atasmu, tamumu punya hak
atasmu dan jasadmu juga punya hak atasmu. Karena itu, lakukanlah puasa Dawud
Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam, sebab ia adalah hamba yang
paling banyak beribadah."
Saya
bertanya, "Wahai Nabiyullah, bagaimanakah puasa Dawud itu?"
Beliau
menjawab: "Nabi Dawud berpuasa sehari dan berbuka sehari."
Kemudian
beliau bersabda: "Bacalah (khatamkanlah) Al-Qur`an sekali dalam setiap
bulannya."
Saya
berkata, "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya masih kuat kurang dari
itu."
Beliau
bersabda: "Kalau begitu, pada setiap dua puluh hari sekali."
Saya
berkata, "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya masih kuat kurang dari
itu."
Beliau
bersabda: "Kalau begitu, setiap sepuluh hari sekali."
Saya
berkata, "Wahai Nabiyullah, sungguh, saya masih kuat kurang dari
itu."
Beliau
bersabda: "Kalau begitu, bacalah (khatamkanlah) Al Qur`an setiap tujuh
hari sekali, janganlah kamu menambahnya lagi, sebab, isterimu juga punya hak
atasmu, dan jasadmu juga punya hak atasmu."
Abdullah
bin ‘Amr berkata; Aku telah berlebih-lebihan, hingga aku pun diberatkan
sendiri. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku:
"Sesunguhnya kamu tidak tahu, kemungkinan umurmu dipanjangkan."
Abdullah
berkata; "Maka aku pun lebih memilih dan melakukan apa yang disabdakan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam padaku. Setelah lanjut usia, aku pun berangan-angan,
sekiranya dahulu aku menerima rukhshah (keringanan) Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam."
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...