بسم الله الرحمن
الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat dan 1 hadits, yang menunjukkan wajibnya menjaga dan menunaikan
janji dengan Allah dan Rasulnya shallallahu ‘alaihi wasallam.
Firman Allah ta’aalaa:
{وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا
عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ
اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ} [النحل:
91]
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah
apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu
sesudah mengukuhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.” [An-Nahl: 91]
Ø Buraidah radhiyallahu ‘anhu berkata: Apabila Rasulullah ﷺ mengangkat komandan pasukan perang atau batalyon, beliau
menyampaikan pesan kepadanya agar selalu bertakwa kepada Allah, dan berlaku
baik kepada kaum muslimin yang bersamanya, kemudian beliau bersabda:
«اغْزُوْا بِاسْمِ اللهِ فِي سَبِيْلِ اللهِ،
قَاتِلُوْا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوْا وَلاَ تَغُلُّوْا، وَلاَ تَغْدِرُوْا،
وَلاَ تُمَثِّلُوْا، وَلاَ تَقْتُلُوْا وَلِيْدًا، وَإِذَا لَقِيْتَ عَدُوَّكَ
مِنَ المُشْرِكِيْنَ فَادْعُهُمْ إِلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ – أَوْ خِلاَلٍ –
فَأَيَّتُهُنَّ مَا أَجَابُوْكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ، وَكُفَّ عَنْهُمْ»
“Seranglah mereka dengan nama Allah, demi
di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, seranglah dan
janganlah kamu menggelapkan harta rampasan perang, jangan mengkhianati
perjanjian, jangan mencincang korban yang terbunuh, dan jangan membunuh
anak-anak. Apabila kamu menjumpai musuh- musuhmu dari kalangan orang-orang
musyrik, maka ajaklah mereka kepada tiga hal: mana saja yang mereka setujui,
maka terimalah dan hentikanlah penyerangan terhadap mereka”.
«ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، فَإِنْ
أَجَابُوْكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى التَّحَوُّلِ مِنْ
دَارِهِمْ إِلَى دَارِ المُهَاجِرِيْنَ، وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ إِنْ فَعَلُوْا
ذَلِكَ فَلَهُمْ مَا لِلْمُهَاجِرِيْنَ، وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَى المُهَاجِرِيْنَ»
“(1) Ajaklah mereka kepada agama Islam;
jika mereka menerima maka terimalah mereka. Kemudian ajaklah mereka berhijrah
dari daerah mereka ke daerah orang-orang muhajirin, dan beritahu mereka jika
mereka mau melakukannya maka bagi mereka hak dan kewajiban sama seperti hak dan
kewajiban orang-orang muhajirin”.
«فَإِنْ أَبَوْا أَنْ يَتَحَوَّلُوْا مِنْهَا
فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ يَكُوْنُوْنَ كَأَعْرَابِ المُسْلِمِيْنَ يَجْرِي
عَلَيْهِمْ حُكْمُ اللهِ تَعَالَى، وَلاَ يَكُوْنُ لَهُمْ فِيْ الغَنِيْمَةِ وَالْفَيْءِ
شَيْءٌ إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدُوْا مَعَ المُسْلِمِيْنَ»
“(2) Tetapi, jika mereka menolak untuk
berhijrah dari daerah mereka, maka beritahu mereka, bahwa mereka akan mendapat
perlakuan seperti orang-orang badui dari kalangan Islam, berlaku bagi mereka
hukum Allah, tetapi mereka tidak mendapatkan bagian dari hasil rampasan perang
dan fai, kecuali jika mereka mau bergabung untuk berjihad dijalan Allah bersama
orang-orang Islam.
«فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَاسْأَلْهُمْ
الجِزْيَةَ، فَإِنْ هُمْ أَجَابُوْكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ، فَإِنْ
هُمْ أَبَوْا فَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَقَاتِلْهُمْ»
“(3) Dan jika mereka menolak hal tersebut,
maka mintalah dari mereka jizyah ([1]),
kalau mereka menerima maka terimalah dan hentikan penyerangan terhadap mereka.
Tetapi jika semua itu ditolak maka mohonlah
pertolongan kepada Allah dan
perangilah mereka”.
«وَإِذَا حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ
فَأَرَادُوْكَ أَنْ تَجْعَلَ لَهُمْ ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ، فَلاَ
تَجْعَلْ لَهُمْ ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ، وَلَكِنْ اجْعَلْ لَهُمْ
ذِمَّتَكَ وَذِمَّةَ أَصْحَابِكَ فَإِنَّكُمْ أَنْ تَخْفُرُوْا ذِمَمَكُمْ
وَذِمَّةَ أَصْحَابِكُمْ أَهْوَنَ مِنْ أَنْ تَخْفُرُوْا ذِمَّةَ اللهِ وَذِمَّةَ
نَبِيِّهِ»
“Dan jika kamu telah mengepung kubu
pertahanan mereka, kemudian mereka menghendaki darimu agar kamu membuat untuk
mereka perjanjian Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah kamu buatkan untuk mereka
perjanjian Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi buatlah untuk mereka perjanjian
dirimu sendiri dan perjanjian sahabat-sahabatmu, karena sesungguhnya melanggar
perjanjianmu sendiri dan sahabat-sahabatmu itu lebih ringan resikonya dari pada
melanggar perjanjian Allah dan Rasul-Nya”.
«وَإِذَا حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ
فَأَرَادُوْكَ أَنْ تُنْـزِلَهُمْ عَلَى حُكْمِ اللهِ، فَلاَ تُنْـزِلْهُمْ عَلَى
حُكْمِ اللهِ، وَلَكِنْ أَنْزِلْهُمْ عَلَى حُكْمِكَ فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِي
أَتُصِيْبُ فِيْهِمْ حُكْمَ اللهِ أَمْ لاَ؟»
“Dan jika kamu telah mengepung kubu
pertahanan musuhmu, kemudian mereka menghendaki agar kamu mengeluarkan mereka
atas dasar hukum Allah, maka janganlah kamu mengeluarkan mereka atas dasar
hukum Allah, tetapi keluarkanlah mereka atas dasar hukum yang kamu ijtihadkan,
karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui apakah tindakanmu sesuai dengan hukum Allah atau tidak.”
[Shahih Muslim]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 7 poin penting:
1. Perbedaan
antara perjanjian Allah dan perjanjian Nabi-Nya dengan perjanjian kaum
muslimin.
Perjanjiana Allah dan RasulNya bersama
musuh hukumnya haram dilanggar, sedangkan perjanjian kaum muslimin bersama musuhnya
boleh dilanggar.
2. Petunjuk
Rasulullah ﷺ untuk memilih salah satu pilihan yang paling ringan resikonya
dari dua pilihan yang ada.
Yaitu menetapkan perjanjian dan hukum kaum
muslimin lebih ringan resikonya jika dilanggar dari pada perjanjian dan hukum
Allah dan Rasulnya.
Dinatara dalil kaidah ini: Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَلَا تَسُبُّوا
الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ
عِلْمٍ} [الأنعام: 108]
Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui
batas tanpa dasar pengetahuan. [Al-An'am: 108]
3. Etika
dalam berjihad, yaitu supaya menyeru dengan mengucapkan: “bismillah fi
sabilillah”.
Diantara etika dalam berjihad:
Pertama: Meminta pertolongan kepada
Allah ta’aalaa.
Kedua: Ikhlas hanya mengharapkan ridha
Allah ta’aalaa.
Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu
'anhu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا القِتَالُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟
فَإِنَّ أَحَدَنَا يُقَاتِلُ غَضَبًا، وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً، فَرَفَعَ إِلَيْهِ
رَأْسَهُ، قَالَ: وَمَا رَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ قَائِمًا،
فَقَالَ: «مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ العُلْيَا، فَهُوَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»
"Seorang laki-laki datang
menemui Nabi ﷺ dan bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah yang disebut dengan perang fi sabilillah (di jalan
Allah)? Sebab di antara kami ada yang berperang karena marah dan ada yang
karena semangat?" Beliau lalu mengangkat kepalanya ke arah orang yang
bertanya, dan tidaklah beliau angkat kepalanya kecuali karena orang yang
bertanya itu berdiri. Beliau lalu menjawab, "Barangsiapa berperang untuk
meninggikan kalimat Allah, maka dia perperang di jalan Allah 'Azza wa Jalla."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ: أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا
يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ، مَالَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَا
شَيْءَ لَهُ» فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«لَا شَيْءَ لَهُ» ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ
إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ» [سنن
النسائي: صحيح]
Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ lalu berkata; Bagaimana pendapat
anda mengenai seseorang yang berjihad mengharapkan pahala dan sanjungan, apakah
yang ia peroleh? Rasulullah ﷺ menjawab: "Ia tidak
mendapatkan apa-apa" Lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: "Ia tidak
mendapatkan apa-apa". Kemudian beliau bersabda: "Allah tidak menerima
amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya."
[Sunan An-Nasa'iy: Shahih]
Ketiga: Tidak menggelapkan harta
rampasan perang.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ
بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ} [آل عمران: 161]
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat
dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. [Ali 'Imran: 161]
Ø Dan ketika Rasulullah ﷺ bersama
tentaranya meninggalkan Khaibar setelah dikuasai, tiba-tiba salah seorang
pelayan Rasulullah meninggal terkena anak panah dari salah seorang musuh yang
masih tersisa. Para sahabat berkata: Selamat untuknya telah mati syahid!
Rasulullah ﷺ menyangkal dan berkata:
"كَلَّا وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَهَا يَوْمَ خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ
لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ نَارًا"
"Tidak, demi Allah yang
jiwaku ditangannya, sesungguhnya pakaian dari rampasan perang yang ia ambil di
perang khaibar sebelum dibagikan, akan membakarnya di dalam neraka. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Keempat: Tidak mengkhianati perjanjian.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"إِنَّ الغَادِرَ يُرْفَعُ لَهُ لِوَاءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ،
يُقَالُ: هَذِهِ غَدْرَةُ فُلاَنِ بْنِ فُلاَنٍ" [صحيح البخاري ومسلم]
Sesungguhnya seorang penghianat akan
diangkat untuknya bendera di hari kiamat tertulis "Ini adalah penghianatan
Fulan bin Fulan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Kelima: Tidak mencincang korban yang
terbunuh.
Keenam: Tidak membunuh anak-anak, wanita, dan semua yang tidak ikut berperang.
Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma
berkata:
وُجِدَتِ امْرَأَةٌ مَقْتُولَةً فِي بَعْضِ مَغَازِي رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «فَنَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Didapati seorang wanita terbunuh pada
suatu peperangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka Rasulullah
melarang membunuh wanita dan anak kecil”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ketujuh: Mengajak musuh kepada tiga
hal, seperti disebutkan dalam hadits di atas:
1) Mengajaknya masuk Islam.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan bendera perang kepada Ali, ia bertanya: "Apakah aku perangi
mereka hingga mereka menjadi seperti kita (Muslim)? "
Beliau menjawab:
"انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ
ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ فَوَاللَّهِ
لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ
النَّعَمِ"
"Melangkahlah ke depan hingga
kamu memasuki tempat tinggal mereka lalu serulah mereka ke dalam Islam dan
beritahu kepada mereka tentang apa yang diwajibkan atas mereka. Demi Allah,
bila ada satu orang saja yang mendapat petunjuk melalui dirimu maka itu lebih
baik bagimu dari pada unta-unta merah (yang paling bagus) ". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
2) Mengajaknya hijrah.
3) Membayar jizyah.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى
يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ} [التوبة: 29]
Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak
mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan
Al-Kitab kepada mereka (Yahudi dan Nashrani), sampai mereka membayar jizyah
dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. [At-Taubah:29]
4. Perintah
untuk memerangi orang-orang yang kafir kepada Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا
الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ} [التوبة: 123]
Hai orang-orang yang beriman, perangilah
orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui
kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang
bertaqwa. [At-Taubah:123]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ،
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia
sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar
zakat. Jika mereka melakukan itu maka terjagalah dariku darah dan harta mereka
kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka kepada Allah". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah
Arba'in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia
5. Perintah
untuk senantiasa memohon pertolongan Allah dalam memerangi orang-orang kafir.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة:
250]
“Ya
Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". [Al-Baqarah: 250]
{رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [آل
عمران: 147]
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami
dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan
tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". [Ali
'Imran: 250]
6. Perbedaan
antara hukum Allah dan hukum hasil ijtihad para ulama.
Diantara perbedaannya:
Pertama: Hukum Allah pasti benar,
sedangkan hukum ulama bisa benar bisa salah.
Kedua: Hukum Allah tidak bisa ditolak,
sedangkan hukum ulama bisa ditolak jika ada dalil yang lebih kuat.
7. Disyariatkan
bagi seorang komandan dalam kondisi yang diperlukan seperti yang tersebut dalam
hadits, untuk berijtihad dalam menentukan hukum tertentu, walaupun ia tidak
tahu apakah ijtihadnya sesuai dengan hukum Allah atau tidak.
Dari 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا حَكَمَ الحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ،
وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Jika
seorang hakim menetapkan suatu hukum dan ia telah berusaha dengan baik kemudian
ia menetapkan yang benar maka ia mendapat dua pahala, dan jika ia menetapkan
hukum dan ia telah berusaha dengan baik kemudian ia menetapkan yang salah maka
ia mendapat satu pahala". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (62); Larangan banyak bersumpah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...