Rabu, 20 November 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (35) Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang yang dinaungi saat panas terik

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَنْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ وَاشْتَدَّ الحَرُّ: «لَيْسَ مِنَ البِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ»
Bab: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang yang dinaungi saat panas terik “Tidak termasuk kebajikan berpuasa dalam perjalanan".
Dua bab sebelumnya telah dijelaskan bolehnya berpuasa ketika bepergian jauh secara umum baik itu di bulan Ramadhan atau di waktu lain. Adapun dalam bab ini, imam Bukhari memberikan pengecualian dengan menyebutkan satu hadits dari Jabir bin Abdillah -radhiyallahu 'anhuma- yang menunjukkan larangan berpuasa ketika dalam perjalanan jauh bagi yang tidak sanggup atau tersiksa.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1844 - حَدَّثَنَا آدَمُ [بن أبي إياس، أبو الحسن العسقلاني]، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ عَمْرِو بْنِ الحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ [بن أبي طالب]، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَرَأَى زِحَامًا وَرَجُلًا قَدْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، فَقَالُوا: صَائِمٌ، فَقَالَ: «لَيْسَ مِنَ البِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ»
1844 - Telah menceritakan kepada kami Adam [bin Abi Iyas, Abu Al-Hasan Al-‘Asqalaniy] telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdurrahman Al-Anshariy, berkata; Aku mendengar Muhammad bin 'Amru bin Al-Hasan bin 'Ali [bin Abi Thalib] dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah dalam suatu perjalanan melihat kerumunan orang, yang diantaranya ada seseorang yang sedang dipayungi. Beliau bertanya: "Ada apa ini?"
Mereka menjawab: "Orang ini sedang berpuasa".
Maka Beliau bersabda: "Tidak termasuk kebajikan berpuasa dalam perjalanan".
1.      Biografi Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram, Abu Abdillah Al-Khazrajiy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.
Ia menghadiri perjanjian ‘Aqabah, mengikuti semua peperangan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali perang Badr dan Uhud. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendo’akan keberkahan dan kebaikan kepadanya. Beliau wafat setelah tahun 70 hijriah di Madinah.
2.      Larangan berpuasa ketika dalam perjalanan jauh bagi orang yang tidak mampu.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَامَ الْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ، فَصَامَ النَّاسُ، ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ، حَتَّى نَظَرَ النَّاسُ إِلَيْهِ، ثُمَّ شَرِبَ، فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ: إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ قَدْ صَامَ، فَقَالَ: «أُولَئِكَ الْعُصَاةُ، أُولَئِكَ الْعُصَاةُ» [صحيح مسلم]
Bahwa pada tahun Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju Makkah, yakni tepatnya pada bulan Ramadhan. Saat itu, beliau berpuasa hingga sampai di Kuraa' Al-Ghamim, dan para sahabat pun ikut berpuasa. Kemudian beliau meminta segayung air, lalu beliau mengangkatnya hingga terlihat oleh para sahabat kemudian beliau meminumnya. Setelah itu dikatakanlah kepada beliau, "Sesungguhnya sebagian sahabat ada yang terus berpuasa."
Maka beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku), mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku)." [Shahih Muslim]
3.      Meninggalkan puasa sunnah jika akan melalaikan dari kewajiban.
Qaza'ah rahimahullah berkata; Aku pernah mendatangi Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- yang saat itu sedang dikerumuni oleh orang banyak. Ketika mereka telah membubarkan diri aku berkata kepadanya, "Aku tidak ingin menanyakan apa yang telah mereka tanyakan. Aku hanya ingin menanyakan perihal puasa dalam safar."
Maka ia pun menjawab, "Kami dulu pernah bepergian ke kota Makkah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kami saat itu sedang berpuasa. Lalu kami singgah di suatu tempat, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّكُمْ قَدْ دَنَوْتُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ، وَالْفِطْرُ أَقْوَى لَكُمْ»
"Jarak kalian dengan musuh kalian sudah semakin dekat, dan makan (tidak berpuasa) akan dapat membuat kalian lebih kuat”.
Dan ini adalah sebuah rukhshah (keringanan), maka di antara kamipun ada yang masih berpuasa dan ada pula yang tidak berpuasa. Setelah itu, kami singgah lagi pada sebuah tempat, lalu beliau bersabda:
«إِنَّكُمْ مُصَبِّحُو عَدُوِّكُمْ، وَالْفِطْرُ أَقْوَى لَكُمْ، فَأَفْطِرُوا»
"Sesungguhnya kalian besok pagi kalian akan menghadapi musuh sedangkan berbuka akan membuat kalian lebih kuat, maka berbukalah kalian”.
Dan ini adalah suatu ketetapan, maka sesudah itu, kami pun berbuka.
Abu Sa'id berkata; Sungguh, semenjak itu aku telah melihat kami berpuasa bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam perjalanan. [Shahih Muslim]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata;
«كَانَ أَبُو طَلْحَةَ لاَ يَصُومُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَجْلِ الغَزْوِ، فَلَمَّا قُبِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أَرَهُ مُفْطِرًا إِلَّا يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى»
“Abu Thalhah (Zayd bin Sahl) tidak pernah berpuasa (sunnah) pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena alasan berperang. Setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam wafat tidak pernah aku melihat dia berbuka (tidak berpuasa) kecuali pada Hari Raya Fitri atau Hari Raya Adhha". [Shahih Bukhari]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ [صحيح البخاري]
“Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa saat suaminya ada (tidak bepergian jauh) tanpa seizinnya”. [Sahih Bukhari]
4.      Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan saat bepergian jauh, apakah harus mengqadha’ atau tidak?
Ulama berselisih pendapat dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Harus mengqadha di hari lain.
Dengan dalil:
a)       Dzhirnya firman Allah subhanahu wa ta'aalaa:
{أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة: 184]
(Kewajiban puasa) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya berpuasa) pada hari-hari yang lain. [Al-Baqarah: 184]
{فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة: 185]
Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu (Ramadhan), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya berpuasa) pada hari-hari yang lain. [Al-Baqarah:185]
b)      Dzahirnya hadits ini, yang menunjukkan bahwa berpuasa saat bepergian jauh bukan suatu kebaikan, lawan kebaikan adalah keburukan atau dosa.
Jika puasanya mengandung dosa maka puasa tersebut tidak diterima.
Pendapat kedua: Puasanya sah dan tidak ada qadha baginya.
Ini adalah pendapat jumhur ulama, adapun ayat yang memerintahkan untuk menqadha’ bagi musafir maka yang dimaksud adalah orang musafir yang tidak berpuasa dalam perjalanannya, adapun orang yang berpuasa dalam perjalanannya maka ia tidak diperintahkan untuk mengqadha.
Demikian pula hadits ini, yang dimaksud adalah orang yang memaksakan diri untuk berpuasa sehingga menyiksa dirinya. Jadi yang menyebabkan dosa adalah karena memaksakan diri bukan karena puasanya.
5.      Larangan berlebihan dalam beribadah.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} [النساء: 171]
Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar (sesuai dengan wahyu). [An-Nisaa’:171]
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]
Katakanlah: "Hai ahli kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang Telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka Telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [Al-Maidah:77]
Ø  Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» قَالَهَا ثَلَاثًا [صحيح مسلم]
“Binasalah orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan (melampaui batas)”. Rasulullah mengucapkannya tiga kali. [Sahih Muslim]
Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkanku di pagi hari melempar Al-‘Aqabah (jumrah) saat beliau berada di atas kendaraannya:
«هَاتِ، الْقُطْ لِي»
“Ambilkan aku batu lemparan!”
Maka aku mengambilkannya batu kecil yang dipakai untuk melempar, dan ketika aku meletakkannya di tangannya, beliau bersabda:
«بِأَمْثَالِ هَؤُلَاءِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ» [سنن النسائي: صححه الألباني]
“Dengan batu seperti inilah kalian melempar, dan jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama”. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari kami berada di sisi Umar radhiyallahu 'anhu, lalu ia berkata:
«نُهِينَا عَنِ التَّكَلُّفِ» [صحيح البخاري]
“Kita dilarang untuk terlalu mamaksakan diri”. [Sahih Bukhari]
6.      Berlebihan dalam ibadah ketika melakukan satu amalan yang tidak dianjurkan atau dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Adapun menjalankan syari’at Islam secara kaffah (totalitas) adalah suatu kewajiban, tidak memilih-milih sesuai dengan hawa nafsu dan bisikan Syaitan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. [Al-Baqarah: 208]
Dari Al-Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ، فَقِيلَ لَهُ: أَتَكَلَّفُ هَذَا؟ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، فَقَالَ: «أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا»
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang di kemudian?
Beliau menyahut: "Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?!" [Shahih Bukhari dan Muslim]
7.      Melakukan ibadah sesuai kemampuan.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Wahai sekalian manusia, lakukanlah ibadah sesuai kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sampai kalian bosan, dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten sekalipun sedikit". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dalam riwayat lain:
Al-Haula`a binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul 'Uzza melewati Aisyah, sementara di sisinya ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aisyah pun berkata; "Wanita ini adalah Al-Haula` binti Tuwait, orang-orang bercerita bahwa ia tidak pernah tidur malam (karena shalat)."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَنَامُ اللَّيْلَ!؟ خُذُوا مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فَوَاللهِ لَا يَسْأَمُ اللهُ حَتَّى تَسْأَمُوا» [صحيح مسلم]
"Ia tidak tidur malam?! Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan." [Shahih Muslim]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا حَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ فَقَال: "مَا هَذَا الْحَبْل؟"، قَالُوا: هَذَا حَبْلٌ لِزَيْنَبَ، فَإِذَا فَتَرَتْ تَعَلَّقَتْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا، حُلُّوهُ، لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَه، ُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَقْعُدْ"
"Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk (ke masjid), kemudian Beliau mendapati tali yang diikatkan dua tiang. Kemudian Beliau berkata: "Apa ini?"
Orang-orang menjawab: "Tali ini milik Zainab, bila dia shalat dengan berdiri lalu merasa letih, dia berpegangan pada tali tersebut".
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jangan ia lakukan sedemikian itu. Hendaklah seseorang dari kalian tekun dalam ibadah shalatnya dan apabila dia merasa letih, shalatlah sambil duduk". [Shahih Bukhari dan Muslim]
8.      Keringanan syari’at Islam khususnya masalah puasa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ» [صحيح البخاري]
“Sesungguhnya agama Islam itu mudah (jika mengikuti Al-Qur’an dan sunnah dengan baik), dan seseorang tidak mempersulit agama (dengan amalan bid’ah) kecuali ia akan terkalahkan”. [Sahih Bukhari]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى شَيْخًا يُهَادَى بَيْنَ ابْنَيْهِ، قَالَ: «مَا بَالُ هَذَا؟»، قَالُوا: نَذَرَ أَنْ يَمْشِيَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ عَنْ تَعْذِيبِ هَذَا نَفْسَهُ لَغَنِيٌّ»، وَأَمَرَهُ أَنْ يَرْكَبَ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang tua renta yang dipapah oleh kedua anaknya, maka Beliau bertanya: "Mengapa orang ini berbuat seperti ini?".
Mereka menjawab: "Dia telah bernadzar untuk berjalan kaki (menuju Makkah) ".
Maka Beliau berkata: "Allah tidak membutuhkan orang ini untuk menyiksa dirinya".
Maka Beliau memerintahkan orang itu naik tunggangan. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...