بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ
قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَنْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ
وَاشْتَدَّ الحَرُّ: «لَيْسَ مِنَ البِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ»
Bab: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada seorang yang dinaungi saat panas terik “Tidak termasuk kebajikan
berpuasa dalam perjalanan".
Dua bab sebelumnya telah dijelaskan bolehnya
berpuasa ketika bepergian jauh secara umum baik itu di bulan Ramadhan atau di
waktu lain. Adapun dalam bab ini, imam Bukhari memberikan pengecualian dengan menyebutkan
satu hadits dari Jabir bin Abdillah -radhiyallahu 'anhuma- yang menunjukkan larangan
berpuasa ketika dalam perjalanan jauh bagi yang tidak sanggup atau tersiksa.
1844 - حَدَّثَنَا آدَمُ [بن أبي إياس، أبو الحسن العسقلاني]، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ
مُحَمَّدَ بْنَ عَمْرِو بْنِ الحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ [بن أبي طالب]، عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَرَأَى زِحَامًا وَرَجُلًا قَدْ
ظُلِّلَ عَلَيْهِ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، فَقَالُوا: صَائِمٌ، فَقَالَ: «لَيْسَ
مِنَ البِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ»
1844 - Telah menceritakan kepada kami Adam [bin Abi
Iyas, Abu Al-Hasan Al-‘Asqalaniy] telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdurrahman Al-Anshariy, berkata; Aku
mendengar Muhammad bin 'Amru bin Al-Hasan bin 'Ali [bin Abi Thalib] dari Jabir
bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah dalam suatu perjalanan melihat kerumunan orang,
yang diantaranya ada seseorang yang sedang dipayungi. Beliau bertanya:
"Ada apa ini?"
Mereka menjawab: "Orang ini sedang
berpuasa".
Maka Beliau bersabda: "Tidak termasuk
kebajikan berpuasa dalam perjalanan".
1.
Biografi Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram, Abu
Abdillah Al-Khazrajiy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.
Ia menghadiri
perjanjian ‘Aqabah, mengikuti semua peperangan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali perang Badr
dan Uhud. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mendo’akan keberkahan dan kebaikan kepadanya. Beliau wafat setelah tahun
70 hijriah di Madinah.
Lihat di
sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Larangan berpuasa ketika dalam perjalanan jauh bagi
orang yang tidak mampu.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَامَ الْفَتْحِ إِلَى
مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ، فَصَامَ
النَّاسُ، ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ، حَتَّى نَظَرَ النَّاسُ
إِلَيْهِ، ثُمَّ شَرِبَ، فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ: إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ قَدْ
صَامَ، فَقَالَ: «أُولَئِكَ الْعُصَاةُ، أُولَئِكَ الْعُصَاةُ» [صحيح مسلم]
Bahwa pada tahun Fathu Makkah (pembebasan
kota Mekkah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju
Makkah, yakni tepatnya pada bulan Ramadhan. Saat itu, beliau berpuasa hingga
sampai di Kuraa' Al-Ghamim, dan para sahabat pun ikut berpuasa. Kemudian beliau
meminta segayung air, lalu beliau mengangkatnya hingga terlihat oleh para
sahabat kemudian beliau meminumnya. Setelah itu dikatakanlah kepada beliau,
"Sesungguhnya sebagian sahabat ada yang terus berpuasa."
Maka beliau bersabda: "Mereka adalah
orang-orang yang bermaksiat (kepadaku), mereka adalah orang-orang yang
bermaksiat (kepadaku)." [Shahih Muslim]
3.
Meninggalkan puasa sunnah jika akan melalaikan dari
kewajiban.
Qaza'ah rahimahullah
berkata; Aku pernah mendatangi Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- yang saat itu sedang
dikerumuni oleh orang banyak. Ketika mereka telah membubarkan diri aku berkata
kepadanya, "Aku tidak ingin menanyakan apa yang telah mereka tanyakan. Aku
hanya ingin menanyakan perihal puasa dalam safar."
Maka ia pun
menjawab, "Kami dulu pernah bepergian ke kota Makkah bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan kami saat itu sedang berpuasa. Lalu kami singgah di
suatu tempat, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّكُمْ قَدْ دَنَوْتُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ،
وَالْفِطْرُ أَقْوَى لَكُمْ»
"Jarak kalian
dengan musuh kalian sudah semakin dekat, dan makan (tidak berpuasa) akan dapat
membuat kalian lebih kuat”.
Dan ini adalah
sebuah rukhshah (keringanan), maka di antara kamipun ada yang masih berpuasa
dan ada pula yang tidak berpuasa. Setelah itu, kami singgah lagi pada sebuah
tempat, lalu beliau bersabda:
«إِنَّكُمْ مُصَبِّحُو عَدُوِّكُمْ،
وَالْفِطْرُ أَقْوَى لَكُمْ، فَأَفْطِرُوا»
"Sesungguhnya
kalian besok pagi kalian akan menghadapi musuh sedangkan berbuka akan membuat
kalian lebih kuat, maka berbukalah kalian”.
Dan ini adalah suatu
ketetapan, maka sesudah itu, kami pun berbuka.
Abu Sa'id berkata;
Sungguh, semenjak itu aku telah melihat kami berpuasa bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam perjalanan. [Shahih Muslim]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata;
«كَانَ أَبُو طَلْحَةَ لاَ يَصُومُ عَلَى عَهْدِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَجْلِ الغَزْوِ، فَلَمَّا
قُبِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أَرَهُ مُفْطِرًا إِلَّا
يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى»
“Abu Thalhah (Zayd bin Sahl) tidak pernah
berpuasa (sunnah) pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena
alasan berperang. Setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam wafat tidak
pernah aku melihat dia berbuka (tidak berpuasa) kecuali pada Hari Raya Fitri
atau Hari Raya Adhha". [Shahih Bukhari]
Ø Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ
إِلَّا بِإِذْنِهِ [صحيح البخاري]
“Tidak halal bagi seorang wanita untuk
berpuasa saat suaminya ada (tidak bepergian jauh) tanpa seizinnya”. [Sahih
Bukhari]
Lihat: Puasa yang dilarang
4.
Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan saat bepergian
jauh, apakah harus mengqadha’ atau tidak?
Ulama berselisih
pendapat dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Harus mengqadha di hari lain.
Dengan dalil:
a)
Dzhirnya firman Allah subhanahu wa ta'aalaa:
{أَيَّامًا
مَّعْدُودَاتٍ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة: 184]
(Kewajiban puasa) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah
baginya berpuasa) pada hari-hari yang lain. [Al-Baqarah: 184]
{فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ
فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة: 185]
Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu
(Ramadhan), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya berpuasa) pada hari-hari yang
lain.
[Al-Baqarah:185]
b)
Dzahirnya hadits ini, yang menunjukkan bahwa
berpuasa saat bepergian jauh bukan suatu kebaikan, lawan kebaikan adalah
keburukan atau dosa.
Jika puasanya
mengandung dosa maka puasa tersebut tidak diterima.
Pendapat kedua: Puasanya
sah dan tidak ada qadha baginya.
Ini adalah pendapat
jumhur ulama, adapun ayat yang memerintahkan untuk menqadha’ bagi musafir maka
yang dimaksud adalah orang musafir yang tidak berpuasa dalam perjalanannya,
adapun orang yang berpuasa dalam perjalanannya maka ia tidak diperintahkan
untuk mengqadha.
Demikian pula hadits
ini, yang dimaksud adalah orang yang memaksakan diri untuk berpuasa sehingga
menyiksa dirinya. Jadi yang menyebabkan dosa adalah karena memaksakan diri
bukan karena puasanya.
5.
Larangan berlebihan dalam beribadah.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} [النساء: 171]
Wahai ahli kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar (sesuai dengan wahyu). [An-Nisaa’:171]
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي
دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ
وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]
Katakanlah:
"Hai ahli kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan
cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang Telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
Telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus". [Al-Maidah:77]
Ø Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» قَالَهَا ثَلَاثًا
[صحيح مسلم]
“Binasalah
orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan (melampaui batas)”. Rasulullah
mengucapkannya tiga kali. [Sahih Muslim]
Ø Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkanku di pagi hari melempar
Al-‘Aqabah (jumrah) saat beliau berada di atas kendaraannya:
«هَاتِ، الْقُطْ لِي»
“Ambilkan aku batu lemparan!”
Maka aku mengambilkannya batu kecil yang
dipakai untuk melempar, dan ketika aku meletakkannya di tangannya, beliau
bersabda:
«بِأَمْثَالِ هَؤُلَاءِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ
فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ»
[سنن النسائي: صححه الألباني]
“Dengan batu seperti inilah kalian melempar,
dan jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama karena sesungguhnya
yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam
menjalankan agama”. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
Ø Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari
kami berada di sisi Umar radhiyallahu
'anhu, lalu ia berkata:
«نُهِينَا عَنِ التَّكَلُّفِ» [صحيح البخاري]
“Kita dilarang untuk terlalu mamaksakan diri”. [Sahih Bukhari]
Lihat: Bahaya bid’ah
6.
Berlebihan dalam ibadah ketika melakukan satu amalan
yang tidak dianjurkan atau dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam.
Adapun menjalankan
syari’at Islam secara kaffah (totalitas) adalah suatu kewajiban, tidak
memilih-milih sesuai dengan hawa nafsu dan bisikan Syaitan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا
فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]
Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. [Al-Baqarah: 208]
Dari Al-Mughirah
bin Syu'bah radhiyallahu
'anhu;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ، فَقِيلَ لَهُ: أَتَكَلَّفُ هَذَا؟ وَقَدْ
غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، فَقَالَ:
«أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا»
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat hingga kedua
kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini
padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang di kemudian?
Beliau menyahut:
"Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?!" [Shahih
Bukhari dan Muslim]
7. Melakukan
ibadah sesuai kemampuan.
Dari Aisyah radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ
مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ
الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Wahai sekalian
manusia, lakukanlah ibadah sesuai kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah
tidak merasa bosan sampai kalian bosan, dan sesungguhnya amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah yang konsisten sekalipun sedikit". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain:
Al-Haula`a binti
Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul 'Uzza melewati Aisyah, sementara di
sisinya ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aisyah pun berkata;
"Wanita ini adalah Al-Haula` binti Tuwait, orang-orang bercerita bahwa ia
tidak pernah tidur malam (karena shalat)."
Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَنَامُ اللَّيْلَ!؟ خُذُوا مِنَ
الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فَوَاللهِ لَا يَسْأَمُ اللهُ حَتَّى تَسْأَمُوا» [صحيح مسلم]
"Ia tidak tidur
malam?! Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena demi
Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan." [Shahih
Muslim]
Ø
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَإِذَا حَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ فَقَال: "مَا
هَذَا الْحَبْل؟"، قَالُوا: هَذَا حَبْلٌ لِزَيْنَبَ، فَإِذَا فَتَرَتْ
تَعَلَّقَتْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا،
حُلُّوهُ، لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَه، ُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَقْعُدْ"
"Pada suatu hari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam masuk (ke masjid), kemudian Beliau mendapati tali yang
diikatkan dua tiang. Kemudian Beliau berkata: "Apa ini?"
Orang-orang menjawab:
"Tali ini milik Zainab, bila dia shalat dengan berdiri lalu merasa letih,
dia berpegangan pada tali tersebut".
Maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jangan ia lakukan sedemikian itu.
Hendaklah seseorang dari kalian tekun dalam ibadah shalatnya dan apabila dia
merasa letih, shalatlah sambil duduk". [Shahih Bukhari dan Muslim]
8. Keringanan
syari’at Islam khususnya masalah puasa.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ
أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ» [صحيح البخاري]
“Sesungguhnya agama Islam itu mudah (jika mengikuti Al-Qur’an
dan sunnah dengan baik), dan seseorang tidak mempersulit agama (dengan amalan
bid’ah) kecuali ia akan terkalahkan”. [Sahih Bukhari]
Ø
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى
شَيْخًا يُهَادَى بَيْنَ ابْنَيْهِ، قَالَ: «مَا بَالُ هَذَا؟»، قَالُوا: نَذَرَ
أَنْ يَمْشِيَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ عَنْ تَعْذِيبِ هَذَا نَفْسَهُ لَغَنِيٌّ»،
وَأَمَرَهُ أَنْ يَرْكَبَ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihat
seorang tua renta yang dipapah oleh kedua anaknya, maka Beliau bertanya:
"Mengapa orang ini berbuat seperti ini?".
Mereka menjawab: "Dia telah bernadzar
untuk berjalan kaki (menuju Makkah) ".
Maka Beliau berkata: "Allah tidak
membutuhkan orang ini untuk menyiksa dirinya".
Maka Beliau memerintahkan orang itu naik
tunggangan. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...