بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابٌ: لَمْ
يَعِبْ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
فِي الصَّوْمِ وَالإِفْطَارِ
Bab: Para sahabat Nabi -shallallahu ‘alaihi
wasallam- tidak mencela satu sama lain dalam berpuasa atau tidak (ketika dalam
perjalanan jauh)
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bagaimana
sikap sahabat Nabi -radhiyallahu 'anhum- ketika bepergian jauh, ada yang berpuasa dan ada yang tidak.
1845 -
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ [القَعْنَبِيُّ]، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ
حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: «كُنَّا نُسَافِرُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَعِبِ الصَّائِمُ عَلَى
المُفْطِرِ، وَلاَ المُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ»
1845 - Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah [Al-Qa’nabiy], dari Malik, dari
Humaid Ath-Thawil (tangannya panjang), dari Anas bin Malik berkata;
"Kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
yang berpuasa tidak mencela yang berbuka dan yang berbuka juga tidak mencela
yang berpuasa".
- Biografi Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu.
Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
- Tidak mencela orang yang tidak
berpuasa ketika bepergian jauh.
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu berkata:
«كُنَّا نَغْزُو مَعَ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ، فَمِنَّا
الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ، فَلَا يَجِدُ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ،
وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ، يَرَوْنَ أَنَّ مَنْ وَجَدَ قُوَّةً فَصَامَ،
فَإِنَّ ذَلِكَ حَسَنٌ وَيَرَوْنَ أَنَّ مَنْ وَجَدَ ضَعْفًا، فَأَفْطَرَ فَإِنَّ
ذَلِكَ حَسَنٌ» [صحيح مسلم]
"Kami pernah ikut berperang bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Di antara
kami ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak
mencela orang yang berbuka begitu juga orang yang berbuka tidak mencela orang
yang berpuasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang kuat lalu ia berpuasa, maka
itu adalah baik, dan siapa yang merasa lemah hingga ia berbuka, maka itu pun juga
baik." [Shahih Muslim]
- Bagi orang yang mampu berpuasa
saat bepergian jauh di bulan Ramadhan, apakah lebih afdhal berpuasa atau
berbuka?
Ulama berselisih pendapat dalam masalah
ini:
Pendapat
pertama: Puasa lebih baik.
Karena tidak disibukkan lagi dengan
kewajiban puasa setelah Ramadhan berlalu.
Pendapat
kedua: Tidak berpuasa lebih baik.
Dalam riwayat lain hadits ini; Anas bin
Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَكْثَرُنَا ظِلًّا الَّذِي يَسْتَظِلُّ بِكِسَائِهِ،
وَأَمَّا الَّذِينَ صَامُوا فَلَمْ يَعْمَلُوا شَيْئًا، وَأَمَّا الَّذِينَ
أَفْطَرُوا فَبَعَثُوا الرِّكَابَ وَامْتَهَنُوا وَعَالَجُوا، فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ذَهَبَ المُفْطِرُونَ اليَوْمَ بِالأَجْرِ» [صحيح البخاري]
"Kami pernah bersama Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, dimana kebanyakan dari kami berlindung dengan kainnya
masing-masing (karena panas terik) ". Adapun orang yang tetap berpuasa
mereka tidak melakukan apa-apa, dan yang berbuka mereka mengerahkan tunggangan
mereka, bekerja keras dan mengurus (orang-orang yang berpuasa). Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Orang-orang yang berbuka pada hari ini
telah bepergian dengan mendapatkan pahala". [Shahih Bukhari]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى
رُخَصُهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ» [مسند
أحمد: صحيح]
"Sungguh Allah senang jika rukhshah
(keringanan)-Nya dilaksanakan sebagaimana Dia benci jika kemaksiatan
terhadap-Nya terjadi." [Musnad Ahmad: Shahih]
Pendapat
ketiga: Yang lebih mudah lebih baik.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]
Ø Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«مَا
خُيِّرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ،
أَحَدُهُمَا أَيْسَرُ مِنَ الْآخَرِ، إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا، مَا لَمْ
يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا، كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tidak disuruh memilih antara dua hal, salah satunya lebih mudah dari yang
lainnya, kecuali beliau memilih yang paling mudah dari keduanya, selama itu
bukan dosa, tapi kalau yang lebih mudah itu dosa maka beliau adalah orang yang
paling penjauhinya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
4.
Orang yang rutin berpuasa kemudian tidak berpuasa karena
bepergian jauh, maka pahala puasa rutinnya tetap tercatat untuknya.
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا
مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا
صَحِيحًا» [صحيح
البخاري]
"Jika seorang hamba sakit atau bepergian (dan tidak
bisa melaksanakan ibadah rutinnya), maka ditulis baginya pahala seperti ketika
dia beramal saat muqim dan dalam keadaan sehat". [Sahih Bukhari]
5.
Tidak boleh merendahkan orang lain.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا
تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ
عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو
الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى
هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ
الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ
حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ» «إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى
أَجْسَادِكُمْ، وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ» وَأَشَارَ
بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ [صحيح مسلم]
“Janganlah kalian saling mendengki, saling
memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di
antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim
lainnya, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim
yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan,
ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya)”, Beliau
mengucapkannya sebanyak tiga kali. “Seseorang telah dianggap berbuat jahat
apabila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan
yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya."
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan
tetapi Allah melihat kepada hati kalian”. Seraya mengisyaratkan telunjuknya ke
dada beliau. [Shahih Muslim]
Ø Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi
-shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ
رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ
حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ
الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya
terdapat seberat biji sawi dari kesombongan."
Seorang laki-laki bertanya:
"Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan sandalnya bagus (apakah ini
termasuk kesombongan)?"
Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah
itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia." [Shahih Muslim]
Lihat: Akhlak Mulia
6.
Tidak boleh takjub pada amalan ibadah yang telah dilakukan.
Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma
berkata; Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:
"ثلاثٌ مُهْلِكاتٌ،
... : فشحٌّ مطاعٌ، وهوى مُتَّبَعٌ، وإعْجابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ" [صحيح الترغيب: حسن لغيره]
"Tiga yang membinasakan: ... sifat kikir yang ditaati,
hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya".
[Shahih At-Targiib: Hasan ligairih]
7.
Dosa yang melahirkan rasa takut labih baik dari pada ibadah
yang melahirkan rasa sombong.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كَانَ
رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ
وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى
الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ! فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ
فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ! فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا؟
فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ
الْجَنَّةَ! فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي
يَدِي قَادِرًا؟! وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ
بِرَحْمَتِي! وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang
saling bersaudara; salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang
lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat
saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, "Berhentilah!"
Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati
suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, "Berhentilah!"
Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, "Biarkan
aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!?"
Ahli ibadah itu berkata, "Demi
Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu!”, atau “Allah tidak akan
memasukkanmu ke dalam surga!"
Allah kemudian mencabut nyawa keduanya,
sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya
kepada ahli ibadah: "Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu
mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?"
Allah lalu berkata kepada pelaku dosa:
"Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku."
Dan berkata kepada ahli ibadah:
"Bawalah ia ke dalam neraka." [Sunan Abi Daud:Shahih]
Lihat: Akibat Maksiat
8.
Perbedaan pendapat tidak seharusnya menjadi sebab
perpecahan.
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَنَا لَمَّا رَجَعَ مِنَ الأَحْزَابِ: «لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ العَصْرَ إِلَّا فِي
بَنِي قُرَيْظَةَ» فَأَدْرَكَ بَعْضَهُمُ العَصْرُ فِي الطَّرِيقِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ:
لاَ نُصَلِّي حَتَّى نَأْتِيَهَا، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ نُصَلِّي، لَمْ يُرَدْ
مِنَّا ذَلِكَ، فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ يُعَنِّفْ
وَاحِدًا مِنْهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda kepada kami ketika beliau kembali dari perang Ahzab: "Jangan
sekali-kali salah seorang dari kalian shalat 'Ashar kecuali di perkampungan
Bani Quraizhah." Lalu tibalah waktu shalat ketika mereka masih di jalan,
sebagian dari mereka berkata, 'Kami tidak akan shalat kecuali telah sampai
tujuan', dan sebagian lain berkata, 'Bahkan kami akan melaksanakan shalat,
sebab beliau tidaklah bermaksud demikian'. Maka kejadian tersebut diceritakan
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau tidak mencela
seorang pun dari mereka." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Ø Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar
seseorang membaca satu ayat dan aku telah mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membacanya dengan cara yang berbeda, maka aku membawanya
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakannya, dan
aku melihat raut muka tidak senang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam seraya bersabda:
«كِلاَكُمَا مُحْسِنٌ، وَلاَ
تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا» [صحيح البخاري]
"Kalian berdua sudah
betul, dan janganlah berselisih, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian
telah berselisih dan akhirnya mereka binasa". [Sahih Bukhari]
Abdurrahman
bin Zayd radhiyallahu 'anhu
berkata: Usman -radhiyallahu 'anhu- melakukan shalat di Mina empat
raka'at. Lalu Abdullah bin Mas'ud berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ رَكْعَتَيْنِ، وَمَعَ عُمَرَ رَكْعَتَيْنِ
وَمَعَ عُثْمَانَ صَدْرًا مِنْ إِمَارَتِهِ، ثُمَّ أَتَمَّهَا ، ثُمَّ تَفَرَّقَتْ
بِكُمُ الطُّرُقُ فَلَوَدِدْتُ أَنْ لِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ مُتَقَبَّلَتَيْنِ
“Aku telah shalat bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (di Mina) dua raka'at, bersama
Abu Bakr dua raka'at, bersama Umar dua raka'at, dan bersama Usman di awal khilafahnya
kemudian ia menyempurnakan shalat empat raka'at. Kemudian kalian berselisih
arah, maka aku berharap andai saja shalat yang aku lakuan empat raka'at, yang
dua raka'atnya pun diterimah”.
Lalu ia ditanya: Engkau mencela Usman kemudian
engkaupun shalat bersamanya empat raka'at?
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu menjawab:
«الْخِلَافُ شَرٌّ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Perselisihan itu buruk”.
[Sunan Abi Daud: Sahih]
9.
Sahabat Nabi adalah teladan yang baik.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Manusia yang paling baik
adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi setelahnya, kemudian
generasi setelahnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا
أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ
مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ
بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي
عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»
"Akan datang pada umatku
apa yang menimpa Bani Israil sama persis selangkah demi selangkah, sampai kalau
ada dari mereka yang berzina dengan ibunya terang-terangan, maka akan ada dari
umatku yang melakukan hal itu. Dan sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi
tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga
golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan".
Sahabat bertanya: Siapakah mereka ya Rasulullah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي»
[سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Mereka adalah orang yang
berjalan sesuai sunnahku dan sunnah sahabatku". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Ø Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ
أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ
الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا
تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ صلّى الله عليه وسلم
وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ فَهُمْ
أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى
الْمُسْتَقِيمِ» [حلية الأولياء]
"Siapa yang mencari tuntunan
maka hendaklah ia mengikuti tuntunan mereka yang sudah wafat, mereka itu adalah
sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, mereka adalah generasi
tebaik umat ini, hati mereka lebih suci, ilmu mereka lebih dalam, dan tidak
suka melampaui batas. Mereka adalah generasi yang Allah pilih untuk menemani
nabi-Nya -shallallahu 'alaihi wasallam- dan menyampaikan agama-Nya, maka
hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode mereka (dalam beribadah), mereka
adalah sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, mereka berada di
atas petunjuk yang lurus." [Hilyatul Auliyaa']
Lihat: Keistimewaan Sahabat Nabi
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...