بسم
الله الرحمن الرحيم
‘Ubadah bin Ash-Shamit -radhiallahu
'anhu- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُه،ُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ
أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْه،ُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَق،ٌّ وَأَنَّ
النَّارَ حَق،ٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ
الثَّمَانِيَةِ شَاءَ
"Barangsiapa mengucapkan: Aku bersaksi
bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, bersaksi bahwa
Nabi Isa adalah hamba Allah, anak hamba-Nya dan kalimah Allah yang Dia letakkan
pada Maryam dan ruh dari-Nya, surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar
adanya, maka Allah akan memasukkan ia ke dalam Surga melalui salah satu dari
delapan pintu Surga yang dia kehendaki." [Shahih Bukhari dan Muslim]
1.
‘Ubadah bin
Ash-Shamit bin Qais, Abu Al-Walid Al-Anshariy Al-Khazrajiy radhiyallahu
‘anhu.
Dari Abu Idris 'Aidzullah bin Abdullah,
bahwa 'Ubadah bin Ash Shamit -radhiallahu 'anhu- adalah sahabat
yang ikut perang Badar dan juga salah seorang yang ikut bersumpah pada malam
Aqobah, dia berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda ketika berada di
tengah-tengah sebagian sahabat:
«بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لاَ
تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلاَ تَسْرِقُوا، وَلاَ تَزْنُوا، وَلاَ
تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ
أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ، وَلاَ تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي
الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ
سَتَرَهُ اللَّهُ فَهُوَ إِلَى اللَّهِ، إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَإِنْ شَاءَ
عَاقَبَهُ»
"Berbai'atlah kalian kepadaku untuk
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina,
tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan yang kalian
ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak bermaksiat dalam perkara yang
ma'ruf. Barangsiapa diantara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada Allah
dan barangsiapa yang melanggar dari hal tersebut lalu Allah menghukumnya di
dunia maka itu adalah kafarat baginya, dan barangsiapa yang melanggar dari
hal-hal tersebut kemudian Allah menutupinya (tidak menghukumnya di dunia) maka
urusannya kembali kepada Allah, jika Dia mau, dimaafkannya atau
disiksanya".
Maka kami membai'at Beliau untuk
perkara-perkara tersebut. [Shahih Bukhari dan Muslim]
2.
Keutamaan tauhid.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ
اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah dan Aku adalah utusan Allah, tidak seorang hamba
pun yang bertemu dengan Allah dengan dua kalimat tersebut tanpa keraguan
kecuali ia masuk surga". [Muslim]
3.
Makna kalimat tauhid.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{رَّبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ
تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم : 65]
(Hanya Allah) Tuhan (Yang menguasai)
langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia (semata)
dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada sesuatu
yang sama dengan Dia (sehingga patut disembah)?! [Maryam: 65]
4.
Syarat diterimanya dua kalimat syahadat.
Ada tujuh syarat, yaitu: (1) Mengetahui
makna yang dikandung kalimat syahadat. (2) Meyakini kebenaran makna tersebut
tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya. (3) Menerima dengan lapang semua
yang dikandung oleh kalimat syahadat dengan hati dan lisan. (4) Melaksanakan
kandungan kalimat syahadat tersebut. (5) Melaksanakannya dengan jujur, perkataan
dan perbuatannya harus sesuai dangan keyakinannya. (6) Melaksanakannya dengan
penuh ikhlas hanya karena Allah subhanahu wata'ala semata, tidak ada
syirik dan perasaan riya. (7) Melaksanakannya dengan penuh rasa cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya.
Lihat pembahasan lengkapanya di sini: Syarat sah kalimat syahadat
5.
Larangan berlebihan dalam mengkultuskan nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا
بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا} [الكهف : 110]
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia
biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". [Al-Kahf:
110]
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا
بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ} [فصلت : 6]
Katakanlah: "Bahwasanya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan
kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang mempersekutukan-Nya. [Fushilat: 6]
Ø 'Umar -radhiallahu 'anhu- berkata di atas mimbar,
"Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ
النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُه،ُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ
"Janganlah kalian melampaui batas
dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan 'Isa
bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah 'abdullahu
wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya"). [Shahih Bukhari]
Ø Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu 'anhuma- berkata;
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
رَأَى فِي النَّوْمِ أَنَّهُ لَقِيَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَالَ:
نِعْمَ الْقَوْمُ أَنْتُمْ لَوْلَا أَنَّكُمْ تُشْرِكُونَ، تَقُولُونَ: مَا شَاءَ
اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " أَمَا وَاللَّهِ، إِنْ كُنْتُ لَأَعْرِفُهَا لَكُمْ،
قُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شَاءَ مُحَمَّدٌ "
"Seorang laki-laki muslim bermimpi
dalam tidurnya bertemu dengan seorang Yahudi, yahudi tersebut berkata:
"Sebaik-baik kaum adalah kalian, jika kalian tidak berbuat syirik. Kalian
mengatakan 'Apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki
Muhammad'."
Lalu hal itu disebutkan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau pun bersabda: "Demi Allah, aku lebih tahu
dari kalian, maka ucapkanlah 'Apa yang dikehendaki Allah kemudian
Muhammad'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ø Abdullah bin Abu Aufa -radhiallahu 'anhu- berkata:
لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّامِ
سَجَدَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا هَذَا يَا
مُعَاذُ؟» قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ
لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ
ذَلِكَ بِكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَلَا
تَفْعَلُوا، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ،
لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ، لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ
زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ»
"Tatkala Mu'adz datang dari Syam, ia
bersujud kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hingga beliau
bersabda: "Apa-apaan ini ya Mu'adz!
Mu'adz menjawab, "Aku pernah
mendatangi Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para uskup dan komandan
mereka. Maka, aku ingin melakukannya terhadapmu."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan
memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan
perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa
Muhammad di Tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan
hak Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya
untuk dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia
tidak boleh menolaknya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan Shahih]
6.
Nabi Isa –‘alaihissalaam- adalah
utusan dan hamba Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ
إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ
أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا
تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ
سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا (171) لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ
يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلَا الْمَلَائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ
يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ
جَمِيعًا} [النساء: 171-172]
Wahai ahli kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan
Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada
Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga",
berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara. Al-Masih
sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan)
malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari
menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka
semua kepada-Nya. [An-Nisaa': 171-172]
Ø
Nabi Isa –‘alaihissalaam-
tidak pernah mengaku sebagai Tuhan
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَإِذْ قَالَ اللَّهُ
يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ
إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ
مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
(116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا
تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
شَهِيدٌ (117) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ
فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [المائدة:
116 - 118]
Dan (Ingatlah) ketika Allah berfirman:
"Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?" Isa
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang
bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan, maka tentulah Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib". Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama
aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang
Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika
Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. [Al-Maaidah: 116-118]
Ø
Yang mengatakan bahwa
"Allah adalah satu dari yang tiga" adalah kafir
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ
قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ
وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (74) مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ
الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى
يُؤْفَكُونَ} [المائدة: 73 - 75]
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal
sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di
antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak
bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang
sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang
sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan (sebagaimana manusia).
Perhatikan bagaimana kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda
kekuasaan (Kami), Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari
memperhatikan ayat-ayat kami itu). [Al-Maaidah:73-75]
7.
Hukum mengucapkan selamat Natal?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"
إِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي
النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Sungguh seorang hamba berbicara satu
kalimat, ia tidak memikirkan kandungannya, akan menyebabkan ia terjerumus ke
dalam neraka, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
"
إِنَّ العَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا،
يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ
مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
" [صحيح البخاري]
“Sungguh seorang hamba berbicara satu
kalimat yang diridhai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan Allah mengangkat
derajatnya. Dan sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat yang dimurkai
Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka jahannam”.
[Sahih Bukhari]
Lihat: Adab berkomunikasi
8.
Surga dan neraka adalah haq (benar adanya).
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا
كَمَن كَانَ فَاسِقًا ۚ لَّا يَسْتَوُونَ (18) أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَىٰ نُزُلًا بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (19) وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۖ كُلَّمَا
أَرَادُوا أَن يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا
عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ} [السجدة
: 18-20]
Apakah orang-orang beriman itu sama
dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman,
sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang
fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak
keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada
mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya".
[As-Sajadah: 18-20]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
تَحَاجَّتْ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ
فَقَالَتْ النَّارُ أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ وَقَالَتْ
الْجَنَّةُ مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقَطُهُمْ قَالَ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ
أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَقَالَ لِلنَّارِ إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ
مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا مِلْؤُهَا فَأَمَّا
النَّارُ فَلَا تَمْتَلِئُ حَتَّى يَضَعَ رِجْلَهُ فَتَقُولُ قَطْ قَطْ
فَهُنَالِكَ تَمْتَلِئُ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ وَلَا يَظْلِمُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ مِنْ خَلْقِهِ أَحَدًا وَأَمَّا الْجَنَّةُ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ يُنْشِئُ لَهَا خَلْقًا
"Surga dan neraka berbantah-bantahan.
Neraka berkata: 'Orang-orang congkak dan sombong memasukiku. Surga berkata:
Sedangkan aku, tidak ada yang memasukiku selain orang-orang lemah, yang hina
dalam pandangan manusia. Lalu Allah berfirman kepada surga: 'Kau adalah
rahmatKu, denganmu Aku merahmati siapa saja yang Aku kehendaki dari
hamba-hambaKu.' Kemudian Allah berfirman kepada neraka: 'Kau adalah siksaKu,
denganmu Aku menyiksa siapa pun yang Aku kehendaki. Dan masing-masing dari
keduanya ada isinya.' Sedangkan neraka tidak terisi penuh hingga Allah
meletakkan kakiNya kemudian neraka berkata: 'Cukup, cukup.' Saat itulah neraka
penuh dan sebagiannya menindih sebagaian yang lain. Allah tidak menzhalimi
seorang pun dari makhlukNya. Sedangkan surga, Allah menciptakan
penghuninya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Surga dan neraka kekal
9.
Pintu surga ada delapan.
Dari Sahl
bin Sa’ad radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فِي
الجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ، لاَ يَدْخُلُهُ
إِلَّا الصَّائِمُونَ» [صحيح البخاري]
“Dalam
surga ada delapan pintu, di dalamnya ada pintu yang diberi nama Ar-Rayyaan,
tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”. [Sahih Bukhari]
Lihat:
Pintu surga
10. Amalan lain untuk masuk surga
melalui pintu mana saja.
Diantaranya:
a)
Berwudhu
dengan baik dan membaca dzikir setelahnya.
Dari Umar bin Khathab radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ - أَوْ فَيُسْبِغُ - الْوَضُوءَ ثُمَّ
يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
، إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا
شَاءَ " [صحيح مسلم]
“Tidaklah seorang dari kalian berwudhu kemudian
menyempurnakan wudhunya kemudian membaca: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berkak disembah selain Allah
dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya”, kecuali dibukakan untuknya pintu surga yang
delapan dan ia memasukinya dari pintu manapun yang ia inginkan”. [Sahih Muslim]
Lihat:
Keutamaan berwudhu
b) Wanita yang
mendirikan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dari
yang haram, dan taat kepada suaminya
Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ
خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ
لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ " [مسند أحمد: حسن]
Jika seorang wanita telah mendirikan salat lima
waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dari yang haram, dan taat
kepada suaminya maka dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam surga dari
pintu mana saja yang kau mau!". [Musnad Ahmad: Hasan]
Lihat: Sifat istri shalihah
11. Boleh beramal untuk mendapatkan
surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ
غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ
"Barangsiapa yang takut maka dia berjalan, dan barangsiapa
yang berjalan niscaya dia akan sampai ke tempat tinggal, ketahuilah
sesungguhnya barang dagangan Allah itu sangat mahal, ketahuilah sesungguhnya
barang dagangan Allah itu adalah surga." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Beribadah tanpa pamrih!?
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...