Minggu, 07 Juni 2020

Adab bertamu dalam Islam

بسم الله الرحمن الرحيم
Keutamaan bertamu
a.      Mendapatkan cinta Allah subhanahu wata'aalaa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ، عَلَى مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ " [صحيح مسلم]
"Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk menemui orang tersebut di tengah perjalanannya, maka ketika malaikat tersebut mendatanginya, malaikat bertanya: "Hendak pergi ke mana kamu?" Orang itu menjawab: "Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di desa ini". Malaikat itu terus bertanya kepadanya: "Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah 'azza wa jalla." Akhirnya malaikat itu berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan Allah yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah". [Sahih Muslim]
Ø  Dari 'Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَحَقَتْ مَحَبَّتِي للمتزاورينَ فيّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَصَافِينَ فِيَّ الْمُتَوَاصِلِينَ " [مسند أحمد: صحيح]
"Wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku, bagi orang-orang yang berkorban karena Aku, bagi orang-orang yang saling berteman dan menyambung sillalurrahim (saling mengunjungi)." [Musnad Ahmad: Sahih]
b.      Mendapatkan tempat di surga
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا» [سنن الترمذي: حسن]
"Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya semata-mata karena Allah, maka seorang penyeru akan menyeru: Engkau telah berbuat baik dan berjalanmu pun baik serta engkau telah memesan sebuah tempat di surga." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِرِجَالِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟» قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: «النَّبِيُّ فِي الْجَنَّةِ، وَالصِّدِّيقُ فِي الْجَنَّةِ، وَالشَّهِيدُ فِي الْجَنَّةِ، وَالْمَوْلُودُ فِي الْجَنَّةِ، وَالرَّجُلُ يَزُورُ أَخَاهُ فِي نَاحِيَةِ الْمِصْرِ، لَا يَزُورُهُ إِلَّا لِلَّهِ فِي الْجَنَّةِ» [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]
Maukah kalian kuberi tahu tentang lelaki dari kalian penghuni surga?
Kami menjawab: Tentu, wahai Rasulullah!
Beliau bersabda: Nabi di surga, Shiddiq di surga, Syahid di surga, yang wafat ketika lahir di surga, dan seorang yang menziarahi sahabatnya di tepi kota ia tidak menziarahinya kecuali karena Allah juga di surga." [Al-Mu'jam Al-Ausath karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
Adab-adab bertamu:
1)      Memilih waktu yang tepat untuk bertamu.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [النور: 58]
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [An-Nuur: 58]
2)      Meminta izin sebelum masuk rumah.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ} [الأحزاب: 53]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. [Al-Ahzaab:53]
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ} [النور: 27]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. [An-Nuur: 27]
3)      Mengucapkan salam.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلاَثًا، حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أَتَى عَلَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ، سَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثَلاَثًا» [صحيح البخاري]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika berbicara terkadang mengulanginya sebanyak tiga kali sampai dipahami, dan jika mendatangi satu kaum kemudian memberi salam kepada mereka maka Rasulullah mengucapkan salam tiga kali.” [Sahih Bukhari]
Ø  Dari Kaladah bin Hanbal radhiyallahu 'anhu bahwa Shafwan bin Umayyah mengutusnya menemui Rasulullah membawa susu, anak kijang dan anak rubah. Saat itu Nabi sedang berada di perbukitan Makkah. Lalu aku masuk tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu, maka beliau pun bersabda:
«ارْجِعْ فَقُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ»
"Kembali dan ucapkanlah; Assalamu ‘Alaikum!."
Kejadian itu setelah Shafwan bin Umayyah masuk Islam." [Sunan Abi Dawud: Shahih]
Ø  Dari seorang laki-laki dari Bani ‘Amir; Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi saat beliau di dalam rumah. Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?"
Nabi lalu berkata kepada pelayannya:
" اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ، فَقُلْ لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ "
"Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin. Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?"
Laki-laki itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?"
Akhirnya Nabi memberi izin, dan ia pun masuk." [Sunan Abi Dawud: Shahih]
4)      Jika tiga kali meminta izin tidak ada balasan maka segera pulang.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari aku berada di salah satu majlis kaum Anshar, tiba-tiba datang Abu Musa -radhiyallahu 'anhu- seperti sedang cemas, lalu ia berkata: Aku minta izin tiga kali untuk menemui Umar -radhiyallahu 'anhu- dan ia tidak memberiku izin maka aku kembali.
Umar berkata: Apa yang mencegahmu untuk langsung masuk?
Abu Musa berkata: Aku sudah minta izin sebanyak tiga kali lalu tidak diberi izin maka aku kembali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
«إِذَا اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلاَثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ»
"Jika seorang dari kalian minta izin tiga kali kemudian tidak diberi izin maka kembalilah" [Sahih Bukhari]
5)      Memperkenalkan diri ketika meminta izin.
Dari Umar radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya saat Nabi sedang minum, ia pernah mendatangi beliau seraya mengucapkan:
«السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَيَدْخُلُ عُمَرُ؟» [سنن أبي داود: صحيح]
"Assalamu Alaika Ya Rasulullah, apakah Umar boleh masuk?" [Sunan Abi Dawud: Shahih]
Ø  Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata;
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي، فَدَقَقْتُ البَابَ، فَقَالَ: «مَنْ ذَا» فَقُلْتُ: أَنَا، فَقَالَ: «أَنَا أَنَا» كَأَنَّهُ كَرِهَهَا [صحيح البخاري ومسلم]
Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya: Siapakah itu?
Aku menjawab; "Saya."
Beliau bersabda: Saya, saya!?
Seolah-olah beliau membencinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
6)      Tidak menghadap depan pintu ketika meminta izin.
Dari Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى بَابًا يُرِيدُ أَنْ يَسْتَأْذِنَ لَمْ يَسْتَقْبِلْهُ، جَاءَ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَإِنْ أُذِنَ لَهُ وَإِلَّا انْصَرَفَ [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika mendatangi pintu rumah untuk meminta izin beliau tidak menghadap pintu, beliau berdiri di samping kanan atau kirinya. Jika beliau diberi izin maka beliau masuk, jika tidak maka beliau pulang”. [Al-Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhariy: Shahih]
Ø  Huzail radhiyallahu 'anhu berkata: "Seorang laki-laki datang dan berhenti di depan pintu Nabi untuk minta izin masuk, maka ia pun berdiri di depan pintu -menghadap ke arah pintu-. Lalu Nabi bersabda kepadanya:
«هَكَذَا عَنْكَ - أَوْ هَكَذَا، فَإِنَّمَا الِاسْتِئْذَانُ مِنَ النَّظَرِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Seperti inilah engkau berdiri atau seperti ini (di kanan atau di kiri pintu jangan di depannya), karena sesungguhnya diperintahkan meminta izin untuk menjaga dari pandangan." [Sunan Abi Dawud: Shahih]
7)      Tidak mengintip ke dalam rumah.
Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang laki-laki pernah melongokkan kepalanya ke salah satu kamar Nabi , waktu itu Nabi tengah membawa sisir untuk menyisir rambutnya, lalu beliau bersabda:
«لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ تَنْظُرُ، لَطَعَنْتُ بِهِ فِي عَيْنِكَ، إِنَّمَا جُعِلَ الِاسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ البَصَرِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sekiranya aku tahu kamu mengintip, sungguh aku akan mencolok kedua matamu, sesungguhnya meminta izin itu diberlakukan karena pandangan." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لَوِ اطَّلَعَ فِي بَيْتِكَ أَحَدٌ، وَلَمْ تَأْذَنْ لَهُ، خَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ، فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ مَا كَانَ عَلَيْكَ مِنْ جُنَاحٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jika seseorang mengintip rumahmu padahal kamu tidak mengizinkannya, lalu kamu melemparnya dengan batu sehingga membutakan matanya, kamu tidak mendapat dosa karenanya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Bahwa Nabi bersabda:
«إِذَا دَخَلَ الْبَصَرُ فَلَا إِذْنَ» [سنن أبي داود: حسن]
"Jika (pandangan) mata telah masuk (ke dalam rumah), maka tidak ada izin (seperti masuk tanpa izin)." [Sunan Abi Daud: Hasan]
8)      Boleh mengetuk pintu secukupnya.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
" إِنَّ أَبْوَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتْ تُقْرَعُ بِالْأَظَافِيرِ " [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]
“Sesungguhnya pintu-pintu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu diketuk dengan kuku”. [Al-Adab Al-Mufrad: Sahih]
9)      Kalau disuruh pulang maka pulanglah.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [النور: 28]
Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [An-Nuur: 28]
10)  Jangan menguping pembicaraan orang tanpa sepengetahuannya.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda:
«مَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ، وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ، صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ القِيَامَةِ» [صحيح البخاري]
"Barangsiapa mencuri dengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka tidak menyukai atau telah menyingkir untuk menghindarinya, maka telinganya akan dialiri cairan tembaga pada hari kiamat”. [Shahih Bukhari]
11)  Menghormati dan memuliakan tuan rumah.
Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ، وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ»
"Jangan seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya." [Sahih Muslim]
12)  Tidak berlama-lama sampai memberatkan tuan rumah.
Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata;
" لَمَّا تَزَوَّجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ، دَعَا القَوْمَ فَطَعِمُوا ثُمَّ جَلَسُوا يَتَحَدَّثُونَ، وَإِذَا هُوَ كَأَنَّهُ يَتَهَيَّأُ لِلْقِيَامِ، فَلَمْ يَقُومُوا فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ قَامَ، فَلَمَّا قَامَ قَامَ مَنْ قَامَ، وَقَعَدَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَدْخُلَ فَإِذَا القَوْمُ جُلُوسٌ، ثُمَّ إِنَّهُمْ قَامُوا، فَانْطَلَقْتُ فَجِئْتُ فَأَخْبَرْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ قَدِ انْطَلَقُوا، فَجَاءَ حَتَّى دَخَلَ فَذَهَبْتُ أَدْخُلُ، فَأَلْقَى الحِجَابَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ} [الأحزاب: 53] الآيَةَ " [صحيح البخاري ومسلم]
Tatkala Rasulullah menikahi Zainab binti Jahsy, beliau mengundang orang-orang, lalu beliau menjamu mereka, mereka pun menikmati hidangan tersebut, kemudian mereka duduk dan berbincang-bincang." Lalu beliau mengubah posisi seakan-akan ingin berdiri, namun orang-orang tidak juga berdiri, ketika beliau berdiri maka orang-orang pun ikut berdiri." Setelah itu tiga orang duduk lagi. Nabi datang dan hendak masuk ke kamar Zainab, namun orang-orang masih tetap duduk-duduk, setelah itu mereka berdiri dan beranjak pergi.
Anas berkata; Lalu saya mengabarkan kepada Nabi bahwa mereka sudah beranjak pergi." Kemudian beliau masuk dan saya mengikuti beliau masuk, lantas beliau menurunkan kain tirainya antara saya dengan beliau." Lalu Allah 'Azza wa Jalla menurunkan (ayat): {Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian masuk ke rumah Nabi….} (Al-Ahzab: 53). [Shahih Bukhari dan Muslim]
13)  Mencicipi hidangan yang disediakan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً} [هود: 70]
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya (makanan yang dihidangkan), Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. [Huud: 70]
14)  Jika sedang berpuasa (di luar bulan Ramadhan) maka ia boleh membatalkan puasanya atau melanjutkannya.
Jabir radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:
«إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ، فَلْيُجِبْ، فَإِنْ شَاءَ طَعِمَ، وَإِنْ شَاءَ تَرَكَ» [صحيح مسلم]
"Jika kalian diundang ke jamuan makan, hendaknya ia mendatanginya, jika ia menghendaki, silakan makan, dan jika ia tidak menghendaki, ia boleh meninggalkannya." [Shahih Muslim]
Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:
«إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ، فَلْيُجِبْ، فَإِنْ كَانَ صَائِمًا، فَلْيُصَلِّ، وَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا، فَلْيَطْعَمْ» [صحيح مسلم]
"Jika salah seorang dari kalian diundang, hendaknya ia penuhi undangan tersebut, jika ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia mendoakannya, dan jika ia sendang tidak berpuasa, hendaknya ia memakannya." [Shahih Muslim]
Ø  Dari Anas radhiyallahu 'anhu:
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ، فَأَتَتْهُ بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ، قَالَ: «أَعِيدُوا سَمْنَكُمْ فِي سِقَائِهِ، وَتَمْرَكُمْ فِي وِعَائِهِ، فَإِنِّي صَائِمٌ» ثُمَّ قَامَ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ البَيْتِ، فَصَلَّى غَيْرَ المَكْتُوبَةِ، فَدَعَا لِأُمِّ سُلَيْمٍ وَأَهْلِ بَيْتِهَا، فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي خُوَيْصَّةً، قَالَ: «مَا هِيَ؟»، قَالَتْ: خَادِمُكَ أَنَسٌ، فَمَا تَرَكَ خَيْرَ آخِرَةٍ وَلاَ دُنْيَا إِلَّا دَعَا لِي بِهِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ فِيهِ»
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menemui Ummu Sulaim, kemudian Ummu Sulaim menyuguhkan kurma dan mentega untuk Beliau. Beliau berkata: "Kembalikanlah mentega-mentega kalian ke kendinya dan kurma-kurma kalian di penyimpanannya karena aku sedang berpuasa".
Kemudian Beliau berdiri di pojok rumah mengerjakan shalat sunnat. Setelah itu Beliau memanggil Ummu Sulaim dan anggota keluarga lainnya. Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, aku mempunyai permintaan sederhana".
Beliau bertanya: "Apa itu?"
Ummu Sulaim berkata: "Jadikan Anas sebagai pelayanmu!"
Anas berkata: "Maka beliau tidak meninggalkan kebaikan akhirat dan dunia kecuali beliau mendo'akannya untukku".
Beliau berdo'a: "Ya Allah, karuniakanlah dia harta dan anak-anak dan berilah dia keberkahan di dalamnya". [Shahih Bukhari]
Adapun jika ia tidak mencicipi hidangan akan memberatkan atau membuat tuan rumah kecewa, maka sebaiknya membatalkan puasanya:
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:
صَنَعْتُ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَأَتَانِي هُوَ وَأَصْحَابُهُ فَلَمَّا وُضِعَ الطَّعَامُ , قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " دَعَاكُمْ أَخُوكُمْ وَتَكَلَّفَ لَكُمْ " ثُمَّ قَالَ لَهُ: " أَفْطِرْ وَصُمْ مَكَانَهُ يَوْمًا إِنْ شِئْتَ " [السنن الكبرى للبيهقي: حسن]
Aku membuatkan makanan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beliau datang bersama sahabatnya. Ketika dihidangkan makanan, seseorang berkata: Aku sedang puasa.
Maka Rasulullah bersabda: "Saudaramu mengundangmu, dan telah bersusah paya menyiapkan hidangan untuk kalian".
Kemudian berliau berkata kepada orang itu: "Berbukalah, dan berpuasalah di hari lain sebagai gantinya jika engkau mau". [As-Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqiy: Hasan]
15)  Mensyukuri apa yang dihidangkan oleh tuan rumah dengan mengucapkan terima kasih dan mendo’akan mereka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ [سنن أبي داود: صحيح]
"Seseorang tidak dianggap mensyukuri Allah jika tidak mensyukuri pemberian orang lain". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ، وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Siapa yang mengundangmu maka jawablah undangannya, dan siapa yang memberimu suatu kebaikan maka balaslah kebaikannya, dan jika kamu tidak mendapatkan sesuatu yang bisa kau berikan maka berdo'alah kepada Allah untuknya sampai kau merasa sudah membalas kebaikannya”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø  Anas radiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi Sa'ad bin Ubadah, kemudan Sa'ad menghidangkan roti dan minyak. Rasulullah pun memakannya dan berdo'a setelahnya:
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ
"Semoga orang yang berpuasa berbuka di tempatmu, orang-orang baik memakan makananmu, dan para malaikat berselawat (berdo'a) untukmu." [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø  Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi ayahku, kemudian kami menghidangkan makanan, kemudian dihidangkan kurma dan beliau memakannya, kemudian disugukan minuman dan beliau meminumnya dan menyerahkan minuman kepada orang yang berada disamping kanannya.
Kemudian ayahku berkata kepada Rasulullah sewaktu memegang kendali hewan tunggangannya: Berdo'alah untuk kami!
Maka Rasulullah berdo'a:
اللهُمَّ، بَارِكْ لَهُمْ فِي مَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ
"Ya Allah .. berkahilah rezki yang Engkau berikan kepada mereka, ampunilah dosa-dosa mereka, dan rahmatilah mereka". [Sahih Muslim]
16)  Memperhatikan adab makan dan berkomunikasi ketika bertamu.
17)  Tidak keluar tanpa seizin tuan rumah.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا زَارَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَجَلَسَ عِنْدَهُ، فلَا يَقُومَنَّ حَتَّى يَسْتَأذِنَهُ "
“Jika seseorang dari kalian menziarahi saudaranya kemudian ia duduk bersamanya, maka janganlah ia beranjak sampai ia meminta izinnya”. [Silsilah Ash-Shahihah karya syekh Albaniy no.182]
18)  Boleh sering-sering bertamu kecuali jika memberatkan tuan rumah.
'Aisyah radhiyallahu 'anha istri Nabi berkata:
" لَمْ أَعْقِلْ أَبَوَيَّ إِلَّا وَهُمَا يَدِينَانِ الدِّينَ، وَلَمْ يَمُرَّ عَلَيْنَا يَوْمٌ إِلَّا يَأْتِينَا فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، طَرَفَيِ النَّهَارِ: بُكْرَةً وَعَشِيَّةً " [صحيح البخاري]
"Tidaklah aku mengerti kedua orang tuaku kecuali saat keduanya telah memeluk agama ini. Dan tidak berlalu suatu haripun dalam kehidupan kami kecuali Rasulullah datang menemui kami di penghujung hari, baik pada saat paginya maupun sore.” [Shahih Bukhari]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ حُبًّا»
"Berziaralah sesekali, maka akan menambah rasa cinta". [Musnad Ath-Thayalisiy: Shahih ligairih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...