Kamis, 02 April 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (60) Orang yang menziarahi suatu kaum kemudian tidak membatalkan puasannya di sisi mereka

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ مَنْ زَارَ قَوْمًا فَلَمْ يُفْطِرْ عِنْدَهُمْ
“Bab: Orang yang menziarahi suatu kaum kemudian tidak membatalkan puasannya di sisi mereka”
Dalam bab ini imam Bukhari rahimahullah menjelaskan tentang hukum membatalkan puasa ketika dihidangkan makasan saat bertamu dengan menyebutkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu melalui dua jalur.
Jalur pertama, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1982 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنِي خَالِدٌ هُوَ ابْنُ الحَارِثِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ، فَأَتَتْهُ بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ، قَالَ: «أَعِيدُوا سَمْنَكُمْ فِي سِقَائِهِ، وَتَمْرَكُمْ فِي وِعَائِهِ، فَإِنِّي صَائِمٌ» ثُمَّ قَامَ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ البَيْتِ، فَصَلَّى غَيْرَ المَكْتُوبَةِ، فَدَعَا لِأُمِّ سُلَيْمٍ وَأَهْلِ بَيْتِهَا، فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي خُوَيْصَّةً، قَالَ: «مَا هِيَ؟»، قَالَتْ: خَادِمُكَ أَنَسٌ، فَمَا تَرَكَ خَيْرَ آخِرَةٍ وَلاَ دُنْيَا إِلَّا دَعَا لِي بِهِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ فِيهِ»، فَإِنِّي لَمِنْ أَكْثَرِ الأَنْصَارِ مَالًا، وَحَدَّثَتْنِي ابْنَتِي أُمَيْنَةُ: أَنَّهُ دُفِنَ لِصُلْبِي مَقْدَمَ حَجَّاجٍ البَصْرَةَ بِضْعٌ وَعِشْرُونَ وَمِائَةٌ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata: Telah menceritakan kepada saya Khalid -dia adalah anak Al-Harits-, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menemui Ummu Sulaim, kemudian Ummu Sulaim menyuguhkan kurma dan mentega untuk Beliau. Beliau berkata: "Kembalikanlah mentega-mentega kalian ke kendinya dan kurma-kurma kalian di penyimpanannya karena aku sedang berpuasa".
Kemudian Beliau berdiri di pojok rumah mengerjakan shalat sunnat. Setelah itu Beliau memanggil Ummu Sulaim dan anggota keluarga lainnya. Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, aku mempunyai permintaan sederhana".
Beliau bertanya: "Apa itu?"
Ummu Sulaim berkata: "Jadikan Anas sebagai pelayanmu!”
Anas berkata: “Maka beliau tidak meninggalkan kebaikan akhirat dan dunia kecuali beliau mendo’akannya untukku”.
Beliau berdo'a: "Ya Allah, karuniakanlah dia harta dan anak-anak dan berilah dia keberkahan di dalamnya".
Setelah itu aku menjadi orang yang paling banyak hartanya di kalangan Kaum Anshar. Dan telah menceritakan kepada saya putriku Umainah: "Bahwa telah dikuburkan anak kandungku, di masa kedatangan Hajjaj di Bashrah (tahun 75H, dan umur Anas waktu itu 80 tahun lebih), sekitar seratus dua puluh orang lebih".

Jalur kedua, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
حَدَّثَنَا [سعيد] ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، قَالَ: حَدَّثَنِي حُمَيْدٌ، سَمِعَ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan telah menceritakan kepada kami [Sa’id] Ibnu Abu Maryam, telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub berkata: Telah menceritakan kepada saya Humaid dia mendengar Anas radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Penjelasan singkat hadits ini:
  1. Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
  1. Biografi Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha.

  1. Mengembalikan makanan dan minuman ke tempat penyimpanannya jika tidak dibutuhkan.
  2. Boleh tidak membatalkan puasa ketika bertamu jika tidak memberatkan atau mengecewakan tuan rumah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ، وَهُوَ صَائِمٌ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ " [صحيح مسلم]
“Jika seorang dari kalian diajak untuk makan sementara ia sedang puasa, maka hendaklah ia mengatakan: Sesungguhnya saya sedang puasa”. [Sahih Muslim]
Adapun jika ia tidak mencicipi hidangan akan memberatkan atau membuat tuan rumah kecewa, maka sebaiknya membatalkan puasanya:
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu berkata:
صَنَعْتُ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَأَتَانِي هُوَ وَأَصْحَابُهُ فَلَمَّا وُضِعَ الطَّعَامُ , قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " دَعَاكُمْ أَخُوكُمْ وَتَكَلَّفَ لَكُمْ " ثُمَّ قَالَ لَهُ: " أَفْطِرْ وَصُمْ مَكَانَهُ يَوْمًا إِنْ شِئْتَ " [السنن الكبرى للبيهقي: حسن]
Aku membuatkan makanan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau datang bersama sahabatnya. Ketika dihidangkan makanan, seseorang berkata: Aku sedang puasa.
Maka Rasulullah bersabda: “Saudaramu mengundangmu, dan telah bersusah paya menyiapkan hidangan untuk kalian”.
Kemudian berliau berkata kepada orang itu: “Berbukalah, dan berpuasalah di hari lain sebagai gantinya jika engkau mau”. [As-Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqiy: Hasan]
  1. Boleh mengatakan kepada orang lain: “Saya sedang puasa”, jika diperlukan.
Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata:
دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: «هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟» فَقُلْنَا: لَا، قَالَ: «فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ» ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ: «أَرِينِيهِ، فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا» فَأَكَلَ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepadaku pada suatu hari dan bertanya: “Apakah kalian punya sesuatu (yang bisa aku makan)?”
Kami menjawab: Tidak ada.
Rasulullah bersabda: “Jika demikian maka kau berpuasa”
Kemudian beliau mendatangi kami di hari yang lain, maka kami berkata: Wahai Rasulullah, telah dihadiahkan untuk kami “Hais” (sejenis makanan dari kurma)!
Maka Rasulullah bersabda: “Perlihatkanlah kepadaku, sungguh aku bangun pagi dalam keadaan puasa”.
Kemudian beliau makan. [Sahih Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ "
“Dan jika seseorang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendakalah ia mengatakan: Sesungguhnya saya orang yang sedang puasa
  1. Boleh menampakan ibadah jika aman dari riya’.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya neneknya yang bernama Mulaikah mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk memakan makanan yang ia buat untuknya, maka Rasulullah memakannya kemudian berkata:
«قُومُوا فَلِأُصَلِّ لَكُمْ»
"Bangkitlah kalian, lalu aku salat bersama kalian!"
Anas berkata:
فَقُمْتُ إِلَى حَصِيرٍ لَنَا، قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُولِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ، فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَصَفَفْتُ وَاليَتِيمَ وَرَاءَهُ، وَالعَجُوزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ انْصَرَفَ [صحيح البخاري ومسلم]
Kemudian aku mengambil tikar kami yang sudah menghitam karena sudah lama dipakai, lalu aku memercikkannya dengan air, lalu Rasulullah berdiri dan aku mendirikan shaf bersama seorang anak yatim di belakangnya, dan perempuan tua di belakang kami, lalu Rasululah salat bersama kami dua raka'at kemudian pergi. [Sahih Bukhari dan Muslim]
  1. Mendo’akan tuan rumah ketika bertamu.
Abdullah bin Busr radiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mendatangi ayahku, kemudian kami menghidangkan makanan, kemudian dihidangkan kurma dan beliau memakannya, kemudian disugukan minuman dan beliau meminumnya dan menyerahkan minuman kepada orang yang berada di samping kanannya.
Kemudian ayahku berkata kepada Rasulullah sewaktu memegang kendali hewan tunggangannya: Berdo'alah untuk kami!
Maka Rasulullah berdo'a:
اللهُمَّ، بَارِكْ لَهُمْ فِي مَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُمْ، وَارْحَمْهُمْ
"Ya Allah .. berkahilah rezki yang Engkau berikan kepada mereka, ampunilah dosa-dosa mereka, dan rahmatilah mereka". [Sahih Muslim]
Lihat: Do’a makan
  1. Mempersiapkan anak untuk menjadi pelayan agama Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [آل عمران: 35]
(Ingatlah) ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". [Ali 'Imran:35]
  1. Boleh berdo’a untuk kebaikan dunia.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ عَلَيْنَا، أَهْلَ الْبَيْتِ، فَدَخَلَ يَوْمًا فَدَعَا لَنَا، فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: خُوَيْدِمُكَ أَلَا تَدْعُو لَهُ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ، أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ، وَأَطِلْ حَيَاتَهُ، وَاغْفِرْ لَهُ». فَدَعَا لِي بِثَلَاثٍ، فَدَفَنْتُ مِائَةً وَثَلَاثَةً، وَإِنَّ ثَمَرَتِي لَتُطْعِمُ فِي السَّنَةِ مَرَّتَيْنِ، وَطَالَتْ حَيَاتِي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنَ النَّاسِ، وَأَرْجُو الْمَغْفِرَةَ [الأدب المفرد: صحيح]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering mendatangi keluarga kami, dan suatu hari beliau datang dan mendo’akan untuk kami, maka Ummu Sulaim berkata: Ini pelayan kecilmu, tidakkah engkau mendo’akan untuknya?
Maka beliau berdo’a: “Ya Allah, banyakkanlah harta dan anaknya, panjangkan umurnya, dan ampuni dosanya”.
Anas berkata: Beliau mendo’akanku dengan tiga do’a, maka telah anakku telah dikuburkan sebanyak seratus tiga orang, dan kebunku berbuah dua kali dalam setahun, dan umurku panjang sampai aku malu kepada manusia, dan aku masih berharap ampunan. [Al-Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhariy: Shahih]
Dalam riwayat lain:
«فَمَا مِنَ الْأَنْصَارِ إِنْسَانٌ أَكْثَرُ مَالًا مِنِّي»، وَذَكَرَ أَنَّهُ لَا يَمْلِكُ ذَهَبًا، وَلَا فِضَّةً، غَيْرَ خَاتَمِهِ [مسند أحمد: صحيح]
“Maka tidak ada seorang sahabat Anshar pun yang lebih banyak hartanya dariku". Diceritakan bahwa Anas tidak mempunyai emas ataupun perak selain cincinnya. [Musnad Ahmad: Shahih]
Dalam riwayat lain:
«فَلَقَدْ دَفَنْتُ مِنْ صُلْبِي سِوَى وَلَدِ وَلَدِي خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَمِائَةً، وَإِنَّ أَرْضِي لَيُثْمِرُ فِي السَّنَةِ مَرَّتَيْنِ، وَمَا فِي الْبَلَدِ شَيْءٌ يُثْمِرُ مَرَّتَيْنِ غَيْرَهَا» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]
“Telah dikuburkan dari keturunanku selain cucuku sebanyak seratus duapuluh lima orang, dan kebunku berbuah dua kali dalam setahun, dan tidak ada satu kebunpun di negri ini yang berbuah dua kali selainnya”. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
Ø  Abu Khaldah -rahimahullah- berkata; Aku bertanya kepada Abu Al-'Aliyah, Apakah Anas -radhiyallahu ‘anhu- pernah mendengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?
Abu Al-‘Aliyah -rahimahullah- berkata;
«خَدَمَهُ عَشْرَ سِنِينَ وَدَعَا لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ لَهُ بُسْتَانٌ يَحْمِلُ فِي السَّنَةِ الفَاكِهَةَ مَرَّتَيْنِ، وَكَانَ فِيهَا رَيْحَانٌ يَجِدُ مِنْهُ رِيحَ الْمِسْكِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Dia (Anas) menjadi pelayan beliau selama sepuluh tahun, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendoakannya, dan (berkat do'anya) Anas memiliki kebun buah-buahan yang setiap tahunnya panen hingga dua kali, dan di dalam kebun tersebut terdapat buah raihanah yang menebarkan bau misk (minyak wangi)." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Tapi jangan sampai do’anya hanya sebatas dunia dan melupakan akhiratnya.
Ummu Habibah radiyallahu 'anha -istri Rasulullah- berdo'a: "Ya .. Allah berilah aku kenikmatan bersama suamiku Rasulullah dan ayahku Abu Sufyan, dan saudaraku Mu'awiyah!"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata padanya:
«قَدْ سَأَلْتِ اللهَ لِآجَالٍ مَضْرُوبَةٍ، وَأَيَّامٍ مَعْدُودَةٍ، وَأَرْزَاقٍ مَقْسُومَةٍ، لَنْ يُعَجِّلَ شَيْئًا قَبْلَ حِلِّهِ، أَوْ يُؤَخِّرَ شَيْئًا عَنْ حِلِّهِ، وَلَوْ كُنْتِ سَأَلْتِ اللهَ أَنْ يُعِيذَكِ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ، أَوْ عَذَابٍ فِي الْقَبْرِ، كَانَ خَيْرًا وَأَفْضَلَ» [صحيح مسلم]
"Engkau telah meminta kepada Allah sesuatu yang waktunya pasti datang, sesuatu yang sangat singkat, dan rezki yang sudah dibagi. Do'amu tidak akan mempercepat sesuatu sebelum waktunya dan tidak pula dapat menangguhkan sesuatu dari waktunya, seandainya engkau meminta kepada Allah semoga menjauhkanmu dari siksaan neraka atau siksaan kubur maka itu akan lebih baik dan lebih mulia". [Sahih Muslim]
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melarang untuk meminta kepada Allah urusan dunia dan umur yang panjang, akan tetapi mengajarkan agar jangan lupa meminta urusan akhirat yang lebih baik.
  1. Keutamaan orang kaya yang bersyukur.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى، وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ، فَقَالَ: «وَمَا ذَاكَ؟» قَالُوا: يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ، وَيُعْتِقُونَ وَلَا نُعْتِقُ، فَقَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ؟ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ» قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولُ اللهِ قَالَ: «تُسَبِّحُونَ، وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً» قَالَ أَبُو صَالِحٍ: فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثْلَهُ، فَقَالَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ»
Bahwasanya kaum faqir Muhajirin mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: Telah pergi orang-orang kaya dengan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: Kenapa demikian?
Mereka menjawab: Mereka shalat sebagaimana kami shalat, berpuasa sebagaimana kami berpuasa, akan tetapi mereka bersedekah sedangkan kami tidak bersedekah, mereka memerdekakan budak sedangkan kami tidak memerdekakan budak!
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah kalian kuajarkan sesuatu, jika kalian amalkan maka kalian akan mendapatkan (derajat) orang-orang yang telah mendahului kalian dan kalian akan mendahului orang-orang setelah kalian? Dan tidak ada yang lebih baik dari kalian kecuali orang yang melakukan seperti yang kalian lakukan”
Mereka menjwab: Tentu, wahai Rasulullah!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid di akhir setiap shalat (fardhu) sebanya tiga puluh tiga kali”
Kemudian (setelah itu) kaum faqir Muhajirin kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (mengeluh) dan berkata: Saudara kami pemilik harta mendengar apa yang kami lakukan dan mereka pun melakukan sepertinya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itu adalah karuniah Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. [Sahih Muslim]
Ø  Dari Abu Kabsyah Al-Anmaariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ " [ سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang; (Pertama), seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik. (Kedua), selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja aku memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si Fulan!, maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama. (Ketiga), selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk. (Keempat), selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si Fulan (yang serampangan mengelola hartanya)! maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, dan dosa keduanya sama." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
  1. Keutamaan memiliki banyak keturunan.
Ma'qil bin Yasar radhiyallahul 'anhu berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya: Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang punya garis keturunan dan kecantikan akan tetapi ia tidak bisa melahirkan, apakah boleh aku menikahinya?
Rasulullah menjawab: "Jangan".
Kemudian ia datang lagi kedua kalinya, dan Rasulullah melarangnnya.
Kemudian ia datang lagi ketiga kalinya, dan Rasulullah melarangnnya.
Kemudian Rasulullah bersabda:
«تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Nikahilah wanita yang penuh kasih sayang dan bisa banyak melahirkan, karena sesungguhnya aku membanggakan jumlah kalian yang banyak dari umat-umat yang lain". [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْوَدُودُ، الْوَلُودُ، الْعَؤُودُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِي إِذَا آذَتْ أَوْ أُوذِيَتْ، جَاءَتْ حَتَّى تَأْخُذَ بَيْدَ زَوْجِهَا، ثُمَّ تَقُولُ وَاللهِ لَا أَذُوقُ غُمْضًا حَتَّى تَرْضَى» [السنن الكبرى للنسائي: حسن]
"Maukah kalian kuberi tahu tentang perempuan kalian dari ahli surga: Yang penuh kasih sayang, banyak melahirkan, yang kembali kepada suaminya, yang jika menyakiti atau disakiti ia datang sampai memegang tangan suaminya kemudian berkata: Demi Allah, aku tidak akan merasakan tidur sampai engkau ridha". [Sunan An-Nasaiy Al-Kubraa: Hasan]
  1. Keutamaan berumur panjang.
Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu berkata: Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling baik?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«مَنْ طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ»
"Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya"
Ia bertanya lagi: Lalu siapakah orang yang paling buruk?
Rasulullah menjawab:
«مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Orang yang panjang umurnya dan buruk amalannya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø  Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي؟ قَالَ: «إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا صَالِحًا إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً، ثُمَّ لَعَلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ، وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur panjang setelah sahabat-sahabatku?
Beliau berkata: "Tidaklah sekali-kali engkau diberi umur panjang lalu kamu beramal shalih melainkan akan bertambah derajat dan kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi kaum yang lain. [Shahih Bukhari dan Muslim]
  1. Boleh menceritakan nikmat yang didapatkan kepada orang lain jika tidak menimbulkan kesombongan atau hasad.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ} [الضحى: 11]
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. [Adh-Dhuhaa:11]
{قَالَ يَابُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [يوسف: 5]
Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". [Yusuf: 5]
Ø  Malik bin Nadhlah radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan baju yang lusuh. Maka beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai harta?"
Aku menjawab, "Ya."
Beliau bertanya lagi: "Harta apa saja?"
Aku menjawab: "Allah telah memberiku unta, kambing, kuda dan budak."
Beliau bersabda:
«فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ، وَكَرَامَتِهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Jika Allah memberimu harta maka tampakkanlah wujud dari nikimat-Nya dan pemberian-Nya itu pada dirimu." [Sunan Abi Daud: Shahih]
  1. Do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mustajab.

Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...