بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صِيَامِ
أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
“Bab: Puasa hari Tasyriq”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan tentang
hukum berpuasa pada hari-hari Tasyriq, dengan meriwayatkan 1 atsar dari Aisyah dan 2 hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Aisyah, dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhum.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
وَقَالَ لِي مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]،
عَنْ هِشَامٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي: «كَانَتْ
عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَصُومُ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ بِمِنًى، وَكَانَ
أَبُوهَا يَصُومُهَا»
Muhammad bin Al-Mutsanna berkata kepadaku: Yahya [bin
Sa’id Al-Qathan] menceritakan kepada kami, dari Hisyam, ia berkata: Bapakku
memberitakan kepadaku: “Bahwasanya Aisyah radhiyallahu ‘anha berpuasa
pada hari Tasyriq di Mina, dan bapaknya juga berpuasa”.
1894 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ [محمد بن جعفر]،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عِيسى بْنِ أَبِي لَيْلَى،
عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ. وَعَنْ
سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالاَ: «لَمْ يُرَخَّصْ فِي
أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ، إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الهَدْيَ»
1894 - Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar,
telah menceritakan kepada kami Ghundar [Muhammad bin Ja’far], telah menceritakan
kepada kami Syu'bah, aku mendengar 'Abdullah bin 'Isa bin Abi Laila, dari Az-Zuhriy,
dari 'Urwah, dari 'Aisyah.
Dan dari Salim, dari Ibnu 'Umar radhiyallahu
'anhuma keduanya berkata: "Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada
hari Tasyriq kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan korban (Al-Hadyu) ketika
menunaikan haji".
1895 -
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «الصِّيَامُ لِمَنْ تَمَتَّعَ بِالعُمْرَةِ إِلَى
الحَجِّ إِلَى يَوْمِ عَرَفَةَ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا وَلَمْ يَصُمْ، صَامَ
أَيَّامَ مِنًى»
وَعَنْ ابْنِ
شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ مِثْلَهُ. تَابَعَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ
سَعْدٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ.
1895 - Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami
Malik, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin 'Abdullah bin 'Umar, dari Ibnu 'Umar
radhiyallahu 'anhuma berkata: "Diperbolehkan berpuasa bagi orang
yang melaksanakan haji tamattu' (melepas ihram setelah mengerjakan
'umrah sebelum melaksanakan manasik haji) hingga hari 'Arafah bila tidak memiliki
hewan qurban (Al-Hadyu) dan tidak berpuasa (pada sepuluh awal Dzul Hijjah),
maka ia berpuasa pada hari-hari Mina (Tasyriq) ".
Dan
dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah, dari 'Aisyah seperti hadits ini juga, dan
dikuatkan oleh Ibrahim bin Sa'ad, dari Ibnu Syihab.
Takhrij riwayat yang mu’allaq:
1)
Lafadz atsar Aisyah pada riwayat imam Malik dalam kitabnya
“Al-Muwatha’” 1/426 no.255, ia berkata:
عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ
أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ: «الصِّيَامُ لِمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى
الْحَجِّ، لِمَنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا. مَا بَيْنَ أَنْ يُهِلَّ بِالْحَجِّ، إِلَى
يَوْمِ عَرَفَةَ. فَإِنْ لَمْ يَصُمْ، صَامَ أَيَّامَ مِنًى»
Dari Ibnu Syihab, dari Urwah bin Az-Zubair. dari Aisyah
Ummul Mukminin, ia berkata, "Puasa itu bagi orang yang haji tamattu'
dengan umrah lalu berhaji, dan tidak mendapatkan hewan sembelihan antara waktu
bertahallul haji sampai waktu 'Arafah. Jika dia belum berpuasa, dia harus
berpuasa pada waktu di Mina."
2)
Riwayat Ibrahim bin Sa’ad -rahimahullah-
diriwayatkan oleh Imam Asy-Syafi’iy dalam Musnad-nya hal.133, ia
berkata:
أَخْبَرَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي الْمُتَمَتِّعِ: «إِذَا لَمْ
يَجِدْ هَدْيًا وَلَمْ يَصُمْ قَبْلَ عَرَفَةَ، فَلْيَصُمْ أَيَّامَ مِنًى»
أَخْبَرَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ،
مِثْلَ ذَلِكَ .
Ibrahim bin Sa’d memberitakan kepada kami, dari Ibnu
Syihab, dari ‘Urwah, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang Tamattu’: Jika
tidak mendapatkan hewan kurban dan tidak berpuasa sebelum hari ‘Arafah, maka
hendaklah ia berpuasa pada hari Mina”.
Ibrahim bin Sa’d memberitakan kepada kami, dari Ibnu
Syihab, dari Salim, dari bapaknya, seperti itu.
Penjelasan singkat
kedua hadits dan atsar di atas:
- Biografi
Aisyah binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat di sini: Sifat mulia ‘Aisyah isti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
- Biografi
Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat
di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
- Hari-hari
Tasyriq dan keistimewaannya.
Hari Tasyriq adalah hari ke-11, 12, dan 13
bulan Dzul HIjjah, dimana pada hari-hari tersebut umat Islam yang menunaikan
ibadah Haji melakukan mabit di Mina.
Dinamai hari “Tasyriq” karena pada masa itu
daging kurban dikeringkan “tusyraq” di bawah matahari, atau karena hewan kurban
tidak disembelih sampai matahari terbit “tasyriq”
Diantara keistimewaannya:
a) Allah
bersumpah demi hari Tasyriq (3 hari setelah idul Adha).
Apabila Allah bersumpah dengan sesuatu, itu
menunjukkan adanya keutamaan dan kelebihan di sisi Allah. Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{وَالْفَجْرِ
(1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ} [الفجر: 1-3]
"Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan
yang genap dan yang ganjil". [Al-Fajr: 1-3]
Yang dimaksud dengan "malam yang
sepuluh" adalah sepulu hari awal Dzulhijjah sebagaimana yang dirajihkan
oleh Ibnu Katsir rahimahullah dan yang lainnya.
Dan sebagian ulama menafsirkan "yang
genap" adalah hari idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah, dan "yang
ganjil" hari Arafah tanggal 9 Dzuhlijjah.
Sebagian lagi menafsirkan "yang
genap" adalah dua hari setelah idul Adha tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, dan
"yang ganjil" adalah akhir hari Tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah.
[Tafsir Ibnu Katsir 8/391]
b) Ditentukan
oleh Allah untuk memperbanyak zikir di dalamnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ
مَعْدُودَاتٍ} [البقرة: 203]
"Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah
dalam beberapa hari yang berbilang". [Al-Baqarah:203]
Maksud dzikir di sini ialah membaca takbir,
tasbih, tahmid, talbiah dan sebagainya. Sedangkan "beberapa hari yang
berbilang" ialah tiga hari sesudah hari raya haji yaitu tanggal 11, 12,
dan 13 bulan Dzulhijjah (hari-hari Tasyriq).
c) Hari yang
paling agung.
Dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ
أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ،
ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ " [سنن أبي
داود: صحيح]
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah
hari raya kurban (idul Adha) dan hari Al-Qarr (esok hari raya kurban)”. [Abu
Daud: Shahih]
- Larangan
berpuasa pada hari Tasyriq, hukumnya makruh.
'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu berkata kepada
anaknya Abdullah yang sedang berpuasa pada hari Tasyriq:
كُلْ، فَهَذِهِ الْأَيَّامُ الَّتِي كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِإِفْطَارِهَا،
وَيَنْهَانَا عَنْ صِيَامِهَا [سنن أبي
داود: صححه الألباني]
“Makanlah, sesungguhnya hari ini adalah hari
yang Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk
makan dan melarang kami untuk berpuasa”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Kecuali yang sedang menunaikan
ibadah haji secara tamattu’ dan tidak memiliki hewan untuk disembelih
dan menggantinya dengan puasa tiga hari di hari tasyriq.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ
تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ
لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا
رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ} [البقرة:
196]
Apabila
kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum
haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu),
maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila
kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah).
[Al-Baqarah: 196]
- Hikmah
larangan berpuasa pada hari Tasyriq.
Dari 'Uqbah
bin 'Amir radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" يَوْمُ
عَرَفَةَ، وَيَوْمُ النَّحْرِ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ
الْإِسْلَامِ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ " [سنن أبي داود: صحيح]
“Hari
'Arafah, hari kurban, dan hari-hari tasyriq adalah hari raya umat Islam, hari
itu adalah hari untuk makan dan minum”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzafah berkeliling di Mina untuk
menyampaikan:
" لَا تَصُومُوا
هَذِهِ الْأَيَّامَ، فَإِنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ " [مسند أحمد: صحيح]
“Jangan
kalian puasa pada hari-hari ini (tasyriq) karena sesungguhnya ia adalah hari
untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah 'azza wajalla”. [Musnad
Ahmad: Sahih]
Ø
Nubaisyah Al-Hudzaliy radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«أَيَّامُ
التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ» [صحيح مسلم]
"Hari-hari Tasyriq adalah hari makan-makan
dan minum." [Shahih Muslim]
Ø
Dari Ka'b bin Malik radhiyallahu 'anhu:
«أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ وَأَوْسَ بْنَ
الْحَدَثَانِ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ، فَنَادَى أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
إِلَّا مُؤْمِنٌ، وَأَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ» [صحيح مسلم]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah mengutusnya bersama Aus bin Al-Hadatsan pada hari-hari Tasyriq, lalu ia
menyerukan; "Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali seorang yang
mukmin, dan hari-hari di Mina merupakan hari makan-makan dan minum."
[Shahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...