Selasa, 28 Juli 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (67) Puasa hari Tasyriq

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صِيَامِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
“Bab: Puasa hari Tasyriq”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan tentang hukum berpuasa pada hari-hari Tasyriq, dengan meriwayatkan 1 atsar dari Aisyah dan 2 hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Aisyah, dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhum.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَقَالَ لِي مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ هِشَامٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي: «كَانَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَصُومُ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ بِمِنًى، وَكَانَ أَبُوهَا يَصُومُهَا»
Muhammad bin Al-Mutsanna berkata kepadaku: Yahya [bin Sa’id Al-Qathan] menceritakan kepada kami, dari Hisyam, ia berkata: Bapakku memberitakan kepadaku: “Bahwasanya Aisyah radhiyallahu ‘anha berpuasa pada hari Tasyriq di Mina, dan bapaknya juga berpuasa”.
1894 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ [محمد بن جعفر]، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عِيسى بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ. وَعَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالاَ: «لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ، إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الهَدْيَ»
1894 - Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ghundar [Muhammad bin Ja’far], telah menceritakan kepada kami Syu'bah, aku mendengar 'Abdullah bin 'Isa bin Abi Laila, dari Az-Zuhriy, dari 'Urwah, dari 'Aisyah.
Dan dari Salim, dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma keduanya berkata: "Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyriq kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan korban (Al-Hadyu) ketika menunaikan haji".
1895 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «الصِّيَامُ لِمَنْ تَمَتَّعَ بِالعُمْرَةِ إِلَى الحَجِّ إِلَى يَوْمِ عَرَفَةَ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا وَلَمْ يَصُمْ، صَامَ أَيَّامَ مِنًى»
وَعَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ مِثْلَهُ. تَابَعَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ.
1895 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin 'Abdullah bin 'Umar, dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: "Diperbolehkan berpuasa bagi orang yang melaksanakan haji tamattu' (melepas ihram setelah mengerjakan 'umrah sebelum melaksanakan manasik haji) hingga hari 'Arafah bila tidak memiliki hewan qurban (Al-Hadyu) dan tidak berpuasa (pada sepuluh awal Dzul Hijjah), maka ia berpuasa pada hari-hari Mina (Tasyriq) ".
Dan dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah, dari 'Aisyah seperti hadits ini juga, dan dikuatkan oleh Ibrahim bin Sa'ad, dari Ibnu Syihab.
Takhrij riwayat yang mu’allaq:
1)      Lafadz atsar Aisyah pada riwayat imam Malik dalam kitabnya “Al-Muwatha’1/426 no.255, ia berkata:
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ: «الصِّيَامُ لِمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ، لِمَنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا. مَا بَيْنَ أَنْ يُهِلَّ بِالْحَجِّ، إِلَى يَوْمِ عَرَفَةَ. فَإِنْ لَمْ يَصُمْ، صَامَ أَيَّامَ مِنًى»
Dari Ibnu Syihab, dari Urwah bin Az-Zubair. dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, "Puasa itu bagi orang yang haji tamattu' dengan umrah lalu berhaji, dan tidak mendapatkan hewan sembelihan antara waktu bertahallul haji sampai waktu 'Arafah. Jika dia belum berpuasa, dia harus berpuasa pada waktu di Mina."
2)      Riwayat Ibrahim bin Sa’ad -rahimahullah- diriwayatkan oleh Imam Asy-Syafi’iy dalam Musnad-nya hal.133, ia berkata:
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي الْمُتَمَتِّعِ: «إِذَا لَمْ يَجِدْ هَدْيًا وَلَمْ يَصُمْ قَبْلَ عَرَفَةَ، فَلْيَصُمْ أَيَّامَ مِنًى»
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، مِثْلَ ذَلِكَ .
Ibrahim bin Sa’d memberitakan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang Tamattu’: Jika tidak mendapatkan hewan kurban dan tidak berpuasa sebelum hari ‘Arafah, maka hendaklah ia berpuasa pada hari Mina”.
Ibrahim bin Sa’d memberitakan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Salim, dari bapaknya, seperti itu.
Penjelasan singkat kedua hadits dan atsar di atas:
  1. Biografi Aisyah binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma.
  1. Biografi Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhuma.
  1. Hari-hari Tasyriq dan keistimewaannya.
Hari Tasyriq adalah hari ke-11, 12, dan 13 bulan Dzul HIjjah, dimana pada hari-hari tersebut umat Islam yang menunaikan ibadah Haji melakukan mabit di Mina.
Dinamai hari “Tasyriq” karena pada masa itu daging kurban dikeringkan “tusyraq” di bawah matahari, atau karena hewan kurban tidak disembelih sampai matahari terbit “tasyriq”
Diantara keistimewaannya:
a)      Allah bersumpah demi hari Tasyriq (3 hari setelah idul Adha).
Apabila Allah bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan adanya keutamaan dan kelebihan di sisi Allah. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ} [الفجر: 1-3]
"Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil". [Al-Fajr: 1-3]
Yang dimaksud dengan "malam yang sepuluh" adalah sepulu hari awal Dzulhijjah sebagaimana yang dirajihkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dan yang lainnya.
Dan sebagian ulama menafsirkan "yang genap" adalah hari idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah, dan "yang ganjil" hari Arafah tanggal 9 Dzuhlijjah.
Sebagian lagi menafsirkan "yang genap" adalah dua hari setelah idul Adha tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, dan "yang ganjil" adalah akhir hari Tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah. [Tafsir Ibnu Katsir 8/391]
b)      Ditentukan oleh Allah untuk memperbanyak zikir di dalamnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ} [البقرة: 203]
"Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang". [Al-Baqarah:203]
Maksud dzikir di sini ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, talbiah dan sebagainya. Sedangkan "beberapa hari yang berbilang" ialah tiga hari sesudah hari raya haji yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah (hari-hari Tasyriq).
c)       Hari yang paling agung.
Dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ " [سنن أبي داود: صحيح]
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari raya kurban (idul Adha) dan hari Al-Qarr (esok hari raya kurban)”. [Abu Daud: Shahih]
  1. Larangan berpuasa pada hari Tasyriq, hukumnya makruh.
'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu berkata kepada anaknya Abdullah yang sedang berpuasa pada hari Tasyriq:
كُلْ، فَهَذِهِ الْأَيَّامُ الَّتِي كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِإِفْطَارِهَا، وَيَنْهَانَا عَنْ صِيَامِهَا [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Makanlah, sesungguhnya hari ini adalah hari yang Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk makan dan melarang kami untuk berpuasa”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Kecuali yang sedang menunaikan ibadah haji secara tamattu’ dan tidak memiliki hewan untuk disembelih dan menggantinya dengan puasa tiga hari di hari tasyriq.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ} [البقرة: 196]
Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). [Al-Baqarah: 196]
  1. Hikmah larangan berpuasa pada hari Tasyriq.
Dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَوْمُ عَرَفَةَ، وَيَوْمُ النَّحْرِ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ " [سنن أبي داود: صحيح]
“Hari 'Arafah, hari kurban, dan hari-hari tasyriq adalah hari raya umat Islam, hari itu adalah hari untuk makan dan minum”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzafah berkeliling di Mina untuk menyampaikan:
" لَا تَصُومُوا هَذِهِ الْأَيَّامَ، فَإِنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ " [مسند أحمد: صحيح]
“Jangan kalian puasa pada hari-hari ini (tasyriq) karena sesungguhnya ia adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah 'azza wajalla”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Ø  Nubaisyah Al-Hudzaliy radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ» [صحيح مسلم]
"Hari-hari Tasyriq adalah hari makan-makan dan minum." [Shahih Muslim]
Ø  Dari Ka'b bin Malik radhiyallahu 'anhu:
«أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ وَأَوْسَ بْنَ الْحَدَثَانِ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ، فَنَادَى أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا مُؤْمِنٌ، وَأَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ» [صحيح مسلم]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutusnya bersama Aus bin Al-Hadatsan pada hari-hari Tasyriq, lalu ia menyerukan; "Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali seorang yang mukmin, dan hari-hari di Mina merupakan hari makan-makan dan minum." [Shahih Muslim]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...