Selasa, 21 April 2020

Sifat mulia ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara sifat mulia Asiyah ummul Mu’minin radhiyallahu ‘ana:
1)      Kuat beribadah.
Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya: Ya Rasulullah, menurutmu jika aku tahu saatnya malam lailatul qadr, apa yang seharusnya aku katakan pada waktu itu?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Ucapkan ...
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
"Ya Allah .. sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah suka memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku." [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø  'Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu 'anha berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ نَغْزُو وَنُجَاهِدُ مَعَكُمْ؟ فَقَالَ: «لَكِنَّ أَحْسَنَ الجِهَادِ وَأَجْمَلَهُ الحَجُّ، حَجٌّ مَبْرُورٌ»، فَقَالَتْ عَائِشَةُ «فَلاَ أَدَعُ الحَجَّ بَعْدَ إِذْ سَمِعْتُ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح البخاري]
"Wahai Rasulullah, apakah kami tidak boleh ikut berperang dan berjihad bersama kalian?".
Maka Beliau menjawab: "Akan tetapi (buat kalian) jihad yang paling baik dan paling sempurna adalah haji, yaitu haji mabrur".
Maka 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata; "Maka aku tidak pernah meninggalkan haji sejak aku mendengar keterangan ini dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam" [Shahih Bukhari]
Ø  'Abdullah bin Abi Musa -rahimahullah- berkata;
أَرْسَلَنِي مُدْرِكٌ، أَوْ ابْنُ مُدْرِكٍ إِلَى عَائِشَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ أَشْيَاءَ، قَالَ: فَأَتَيْتُهَا، فَإِذَا هِيَ تُصَلِّي الضُّحَى، فَقُلْتُ: أَقْعُدُ حَتَّى تَفْرُغَ، فَقَالُوا: هَيْهَاتَ [مسند أحمد: صحيح]
Mudrik atau Ibnu Mudrik -rahimahullah- telah mengutusku kepada Aisyah supaya saya bertanya beberapa hal kepadanya. Saya pun datang kepadanya dan dia sedang melakukan shalat dhuha. Kataku: “Saya duduk hingga dia selesai!”
Orang-orangpun berkata; 'Tidak mungkin.' [Musnad Ahmad: Shahih]
2)      Pemurah suka bersedekah
'Urwah bin Az-Zubair -rahimahullah- berkata;
كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ أَحَبَّ البَشَرِ إِلَى عَائِشَةَ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَكَانَ أَبَرَّ النَّاسِ بِهَا، وَكَانَتْ لاَ تُمْسِكُ شَيْئًا مِمَّا جَاءَهَا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ إِلَّا تَصَدَّقَتْ، فَقَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ: يَنْبَغِي أَنْ يُؤْخَذَ عَلَى يَدَيْهَا، فَقَالَتْ: «أَيُؤْخَذُ عَلَى يَدَيَّ، عَلَيَّ نَذْرٌ إِنْ كَلَّمْتُهُ»، فَاسْتَشْفَعَ إِلَيْهَا بِرِجَالٍ مِنْ قُرَيْشٍ، وَبِأَخْوَالِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاصَّةً فَامْتَنَعَتْ، فَقَالَ لَهُ الزُّهْرِيُّونَ أَخْوَالُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مِنْهُمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الأَسْوَدِ بْنِ عَبْدِ يَغُوثَ، وَالمِسْوَرُ بْنُ مَخْرَمَةَ: إِذَا اسْتَأْذَنَّا فَاقْتَحِمُ الحِجَابَ، فَفَعَلَ فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا بِعَشْرِ رِقَابٍ فَأَعْتَقَتْهُمْ، ثُمَّ لَمْ تَزَلْ تُعْتِقُهُمْ حَتَّى بَلَغَتْ أَرْبَعِينَ، فَقَالَتْ: «وَدِدْتُ أَنِّي جَعَلْتُ حِينَ حَلَفْتُ عَمَلًا أَعْمَلُهُ فَأَفْرُغُ مِنْهُ» [صحيح البخاري]
'Abdullah bin Az-Zubair adalah orang yang paling disayangi oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anhu setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakr dan juga orang yang paling banyak berbuat kebajikan kepadanya. 'Aisyah radhiyallahu 'anha tidak pernah menahan sekalipun rejeki Allah, melainkan dia pasti menshadaqahkannya. Maka suatu kali Ibnu Az-Zubair berkata; "Sebaiknya tangannya ditahan (dari besedekah)."
Maka 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata; "Apakah tanganku akan ditahan? Wajib atasku nadzar jika aku berbicara dengannya!”.
Maka Abdullah mencoba untuk meminta pertolongan kepada beberapa orang dari kalangan Quraisy terutama paman-paman (dari pihak ibu) Nabi Shallalluhu 'alahi wa salam untuk menekan 'Aisyah. Namun 'Aisyah radhiyallahu 'anha menolak. Kaum bani Zuhrah, yaitu paman-paman Nabi Shallalluhu 'alahi wa salam (dari pihak ibu), yang diantaranya adalah 'Abdur Rahman bin Al-Aswad bin 'Abdu Yaghuts dan Al-Miswar bin Makhramah mengatakan kepada Abdulah bin Az-Zubair: "Jika kami berdua minta izin menemui Aisyah, maka segeralah engkau memasuki hijab!”
Maka Ibnu Az-Zubair melakukannya, kemudian ia mengirimkan sepuluh budak lalu Aisyah memerdekakan mereka . Aisyah terus saja membebaskan mereka hingga jumlahnya mencapai empat puluh orang. Lalu 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata; "Aku berharap ketika mengucapkan sumpah (nadzar) aku menentukan amalannya sehingga aku bisa menyelesaikannya." [Shahih Bukhari]
3)      Bersifat zuhud dari kenikmatan dunia.
'Dari Aisyah radliallahu 'anha; Ketika turun ayat takhyiir (pilihan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulainya dari Aisyah sebagai yang pertama dari isteri-isteri Beliau. Beliau berkata:
إِنِّي ذَاكِرٌ لَكِ أَمْرًا وَلَا عَلَيْكِ أَنْ لَا تَعْجَلِي حَتَّى تَسْتَأْمِرِي أَبَوَيْكِ
"Sesungguhnya aku mengingatkan kamu pada suatu urusan dan tidak perlu kamu tergesa-gesa (memilih) hingga kamu meminta pendapat kedua orangtuamu".
'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Aku sudah mengetahui bahwa kedua orangtuaku tidaklah menyuruh aku untuk bercerai dari anda"
Kemudian Beliau berkata: "Sesungguhnya Allah telah berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا}
{Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah [tunjangan cerai] dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar} [Al-Ahzab: 28 - 29].
Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Apakah dengan masalah ini aku minta pendapat kedua orangtuaku? Sungguh aku lebih memilih Allah, Rasul-Nya dan kehidupan akhirat".
Kemudian Beliau meminta para isteri Beliau yang lain untuk memilih, dan mereka berkata, seperti yang diucapkan 'Aisyah radliallahu 'anha. [Shahih Bukhari]
4)      Bersifat wara’ dan selalu berhati-hati.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata;
جَاءَ عَمِّي مِنَ الرَّضَاعَةِ، فَاسْتَأْذَنَ عَلَيَّ فَأَبَيْتُ أَنْ آذَنَ لَهُ، حَتَّى أَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ: «إِنَّهُ عَمُّكِ، فَأْذَنِي لَهُ» قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّمَا أَرْضَعَتْنِي المَرْأَةُ، وَلَمْ يُرْضِعْنِي الرَّجُلُ، قَالَتْ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّهُ عَمُّكِ، فَلْيَلِجْ عَلَيْكِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Suatu ketika pamanku sesusuan datang dan meminta izin kepadaku, namun aku tidak memperkenankan untuk memberinya izin hingga aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan aku pun bertanya mengenai hal itu, maka beliau bersabda: "Sesungguhnya ia adalah pamanmu, karena itu izinkanlah ia."
Aku berkata, "Wahai Rasulullah, sesunggunguhnya yang menyusuiku hanyalah seorang wanita dan bukan laki-laki."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya ia adalah pamanmu, silakan ia masuk."
Aisyah berkata, "Peristiwa itu terjadi setelah turunnya perintah hijab." [Shahih Bukhari dan Muslim]
5)      Sangat pemalu sampai ia malu terhadap orang yang sudah wafat.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
كُنْتُ أَدْخُلُ بَيْتِي الَّذِي دُفِنَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبِي فَأَضَعُ ثَوْبِي، وَأَقُولُ إِنَّمَا هُوَ زَوْجِي وَأَبِي، فَلَمَّا دُفِنَ عُمَرُ مَعَهُمْ فَوَاللَّهِ مَا دَخَلْتُهُ إِلَّا وَأَنَا مَشْدُودَةٌ عَلَيَّ ثِيَابِي، حَيَاءً مِنْ عُمَرَ [مسند أحمد: صحيح]
"Saya masuk rumahku yang di dalamnya Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam dikubur beserta ayahku. Saya menaruh kainku dan saya berkata; Mereka hanya suamiku dan ayahku! Namun ketika Umar dikubur bersama mereka, demi Allah aku tidak memasukinya melainkan aku tebalkan kainku karena malu kepada Umar." [Musnad Ahmad: Shahih]
6)      Bersifat tawadhu’.
Syuraih bin Hani' -rahimahullah- berkata:
سَأَلْتُ عائشةَ، عَنِ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ، فَقَالَتْ: ائْتِ عَلِيًّا فَإِنَّهُ أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنِّي [صحيح مسلم]
"Aku bertanya kepada Aisyah tentang mengusap bagian atas dua khuf, maka dia berkata, 'Datanglah kepada Ali, karena dia lebih mengetahui tentang hal tersebut daripadaku. [Shahih Muslim]
7)      Berhati lembut dan khusyu’.
Masruq -rahimahullah- berkata:
قَرَأْتُ عَلَى عَائِشَةَ هَذِهِ الْآيَاتِ: {فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ}، فَبَكَتْ، وَقَالَتْ: «رَبِّ مُنَّ، وَقِنِي عَذَابَ السَّمُومِ» [الرقة والبكاء لابن أبي الدنيا]
Aku membacakan Aisyah ayat ini {Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka} (Ath-Thur: 27) lalu ia menangis dan berkata: “Wahai Rabbku, karuniai aku dan pelihara aku dari azab nerka!” [Ar-Riqah wal Bukaa’ karya Ibnu Abi Ad-Dunya]
8)      Bersifat pemberani.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata;
" لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ، انْهَزَمَ النَّاسُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: وَلَقَدْ رَأَيْتُ عَائِشَةَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، وَأُمَّ سُلَيْمٍ وَإِنَّهُمَا لَمُشَمِّرَتَانِ، أَرَى خَدَمَ سُوقِهِمَا تَنْقُلاَنِ القِرَبَ عَلَى مُتُونِهِمَا، ثُمَّ تُفْرِغَانِهِ فِي أَفْوَاهِ القَوْمِ، ثُمَّ تَرْجِعَانِ فَتَمْلَآَنِهَا، ثُمَّ تَجِيئَانِ فَتُفْرِغَانِهَا فِي أَفْوَاهِ القَوْمِ " [صحيح البخاري ومسلم]
Ketika perang Uhud berkecamuk, orang-orang melarikan diri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dia berkata: "Sungguh aku melihat 'Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim berjalan dengan cepat hingga terlihat gelang kaki keduanya sambil membawa qirab (tempat ait terbuat dari kulit), dengan selendang keduanya lalu menuangkan ke mulut para pasukan. Kemudian keduanya kembali untuk mengisi air kedalam qirab kemudian kembali datang menuangkan air ke mulut pasukan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
9)      Senantiasa amar ma’ruf nahi mungkar.
Salim -rahimahullah- mantan budak Syaddad berkata:
دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ تُوُفِّيَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فَدَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ فَتَوَضَّأَ عِنْدَهَا فَقَالَتْ: يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ أَسْبِغِ الْوُضُوءَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Saya mendatangi Aisyah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada hari wafatnya Sa'd bin Abu Waqqash. Kemudian Abdurrahman bin Abu Bakar masuk dan berwudhu di sisinya, maka Aisyah berkata, 'Wahai Abdurrahman, sempurnakanlah wudhumu, karena aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi tumit-tumit (yang tidak terbasuh air wudhu) dengan api neraka." [Shahih Muslim]
Ø  Diqrah -rahimahallah- berkata;
كُنْتُ أَمْشِي مَعَ عَائِشَةَ فِي نِسْوَةٍ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، فَرَأَتِ امْرَأَةً عَلَيْهَا خَمِيصَةٌ فِيهَا صُلُبٌ، فَقَالَتْ لَهَا عَائِشَةُ: «انْزَعِي هَذَا مِنْ ثَوْبِكِ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَآهُ فِي ثَوْبٍ قَضَبَهُ» [مسند أحمد: حسن]
"Saya pernah berjalan bersama Aisyah melalui para wanita yang berada di antara Shafwah dan Marwah. Saya melihat ada seorang wanita yang mengenakan gamis yang terdapat gambar salib. Lalu Aisyah berkata kepadanya; 'Lepas salib ini dari bajumu, karena apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat di bajunya, beliau merobeknya'." [Musnad Ahmad: Hasan]
10)  Berlapang dada.
Dari ‘Urwah -rahimahullah-;
أَنَّ عُمَرَ أَرْسَلَ إِلَى عَائِشَةَ: ائْذَنِي لِي أَنْ أُدْفَنَ مَعَ صَاحِبَيَّ، فَقَالَتْ: «إِي وَاللَّهِ»، قَالَ: وَكَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَرْسَلَ إِلَيْهَا مِنَ الصَّحَابَةِ، قَالَتْ: «لاَ وَاللَّهِ، لاَ أُوثِرُهُمْ بِأَحَدٍ أَبَدًا» [صحيح البخاري]
Bahwa Umar pernah mengutus utusan kepada 'Aisyah yang isinya, "Maaf, berilah aku ijin agar aku dikuburkan bersama dua sahabatku (Nabi dan Abu Bakar)!”
Maka Aisyah menjawab: Iya, demi Allah!
Urwah berkata: Padahal hari-hari sebelumnya jika ada sahabat laki-laki yang mengutus utusan kepada Aisyah (agar dikuburkan bersama nabi atau Abu bakar), 'Aisyah selalu menjawab "TIDAK, demi Allah, selamanya aku sama sekali tidak akan memberi kesempatan kepada seorangpun." [Shahih Bukhari]
11)  Pemaaf.
Dari ‘Urwah -rahimahullah-;
أَنَّ حَسَّانَ بْنَ ثَابِتٍ، كَانَ مِمَّنْ كَثَّرَ عَلَى عَائِشَةَ فَسَبَبْتُهُ فَقَالَتْ: يَا ابْنَ أُخْتِي دَعْهُ «فَإِنَّهُ كَانَ يُنَافِحُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Hassan bin Tsabit adalah termasuk orang yang benyak menuduh Aisyah (selingkuh pada kisah Al-Ifk), lalu aku mencelanya.
Kemudian Aisyah berkata; 'Wahai kemenakanku, biarkan saja, sesungguhnya dulu dia telah membela Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.' [Shahih Bukhari dan Muslim]
12)  Rendah hati.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata ketika orang-orang yang menuduhnya mengatakan apa yang mereka katakan:
فَاضْطَجَعْتُ عَلَى فِرَاشِي وَأَنَا حِينَئِذٍ أَعْلَمُ أَنِّي بَرِيئَةٌ، وَأَنَّ اللَّهَ يُبَرِّئُنِي، وَلَكِنِّي وَاللَّهِ مَا كُنْتُ أَظُنُّ أَنَّ اللَّهَ يُنْزِلُ فِي شَأْنِي وَحْيًا يُتْلَى، وَلَشَأْنِي فِي نَفْسِي كَانَ أَحْقَرَ مِنْ أَنْ يَتَكَلَّمَ اللَّهُ فِيَّ بِأَمْرٍ يُتْلَى، وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ} العَشْرَ الآيَاتِ كُلَّهَا [صحيح البخاري ومسلم]
Kemudian aku berbaring di atas ranjangku dan aku saat itu lebih tahu bahwa aku bebas dari tuduhan itu dan sesungguhnya Allah akan membebaskan tuduhan itu terhadapku, akan tetapi demi Allah, aku tidak menyangka bahwasanya Allah akan menurunkan dalam urusanku ini satu wahyu yang dibaca (ayat Al-Qur’an), dan sungguh urusanku ini menurut diriku sendiri lebih rendah daripada Allah berfirman tentang aku dalam satu urusan yang akan dibaca (dalam Al-Qur’an). Dan Allah menurunkan ayat: {Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar} Sepuluh ayat seterusnya (dari surah An-Nuur 11-20. [Sahih Bukhari dan Muslim]
13)  Tidak suka dipuji.
Ibnu Abu Mulaikah -rahimahullah- berkata;
اسْتَأْذَنَ ابْنُ عَبَّاسٍ قَبْلَ مَوْتِهَا عَلَى عَائِشَةَ وَهِيَ مَغْلُوبَةٌ، قَالَتْ: أَخْشَى أَنْ يُثْنِيَ عَلَيَّ، فَقِيلَ: ابْنُ عَمِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِنْ وُجُوهِ المُسْلِمِينَ، قَالَتْ: ائْذَنُوا لَهُ، فَقَالَ: كَيْفَ تَجِدِينَكِ؟ قَالَتْ: بِخَيْرٍ إِنِ اتَّقَيْتُ، قَالَ: «فَأَنْتِ بِخَيْرٍ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، زَوْجَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ يَنْكِحْ بِكْرًا غَيْرَكِ، وَنَزَلَ عُذْرُكِ مِنَ السَّمَاءِ» وَدَخَلَ ابْنُ الزُّبَيْرِ خِلاَفَهُ، فَقَالَتْ: دَخَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَثْنَى عَلَيَّ، وَوَدِدْتُ أَنِّي كُنْتُ نِسْيًا مَنْسِيًّا [صحيح البخاري]
Sebelum wafat Aisyah, Ibnu 'Abbas meminta izin untuk menemuinya yang pada waktu itu Aisyah dalam keadan sangat lemah. Aisyah berkata; Aku takut ia akan memujiku.
Lalu di katakan kepadanya, ia adalah putra paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan pembesar kaum muslimin.
Maka Aisyah pun berkata; “Izinkanlah ia masuk.”
Setelah masuk Ibnu Abbas berkata; “Bagaimana keadaamu?”
Aisyah menjawab; “Saya dalam keadaan baik-baik jika saya bertakwa.”
Ibnu Abbas berkata; “Sebagai istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Insya Allah engkau dalam akan selalu dalam keadaan baik, beliau tidak menikahi seorang perawan selain engkau. Dan dari langit Allah telah membebaskanmu dari tuduhan keji.”
Ketika Ibnu Abbas pulang, Ibnu Jubair masuk. Lalu Aisyah berkata; “Barusan Ibnu Abbas masuk, dan ia telah memujiku. Aku ingin sekali menjadi seorang yang tidak berarti lagi dilupakan! [Shahih Bukhari]
Ø  'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata kepada Abdullah bin Zubair:
«ادْفِنِّي مَعَ صَوَاحِبِي، وَلاَ تَدْفِنِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي البَيْتِ، فَإِنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُزَكَّى» [صحيح البخاري]
"Kuburkanlah aku bersama-sama sahabatku, dan jangan kuburkan aku bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di rumah, sebab aku tidak suka dipuji-puji." [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Referensi:
عائشة أم المؤمنين موسوعة علمية عن حياتها وفضلها ومكانتها العلمية وعلاقتها بآل البيت
تأليف: مجموعة من الباحثين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...