بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صَوْمِ
يَوْمِ النَّحْرِ
“Bab: Puasa hari Idul Adha”
Dalam bab ini imam
Bukhari menjelaskan tentang larangan berpuasa pada hari Raya Idul Adha, dengan
meriwayatkan 3 hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu
Hurairah, Ibnu ‘Umar, dan Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu
‘anhum.
A. Hadits
pertama:
Hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
1891 - حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا هِشَامٌ [بن يوسف]، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ:
أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ مِينَا، قَالَ: سَمِعْتُهُ
يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " يُنْهَى عَنْ صِيَامَيْنِ، وَبَيْعَتَيْنِ: الفِطْرِ
وَالنَّحْرِ، وَالمُلاَمَسَةِ وَالمُنَابَذَةِ "
1891 - Telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, telah mengabarkan kepada kami Hisyam
[bin Yusuf], dari Ibnu Juraij berkata: Telah mengabarkan kepada saya 'Amru bin
Dinar, dari 'Atha' bin Mina berkata; Aku mendengar dia menceritakan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang berkata:
"Telah dilarang dua puasa dan dua jual beli: Puasa pada hari Raya 'Iedul
Fitri dan 'Iedul 'Adha, dan jual beli mulamasah dan jual beli munabadzah".
Penjelasan
singkat hadits ini:
1.
Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
2.
Larangan
berpuasa pada dua hari Raya: Idul Fitri dan Idul Adhaa, hukumnya haram.
3.
Larangan
jual beli dengan cara “mulamasah” dan “munabadzah”.
“Mulamasah” yaitu penjual
berkata kepada pembeli: “Apa saja yang engkau pegang maka engkau harus
membelinya dengan harga sekian”.
“Munabadzah” yaitu pembeli
berkata kepada penjual: “Apa saja yang engkau lemparkan kepadaku maka saya akan
membelinya dengan harga sekian”.
Dalam
riwayat lain:
«نُهِيَ
عَنْ بَيْعَتَيْنِ الْمُلَامَسَةِ، وَالْمُنَابَذَةِ»، " أَمَّا
الْمُلَامَسَةُ: فَأَنْ يَلْمِسَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا ثَوْبَ صَاحِبِهِ
بِغَيْرِ تَأَمُّلٍ، وَالْمُنَابَذَةُ: أَنْ يَنْبِذَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا
ثَوْبَهُ إِلَى الْآخَرِ، وَلَمْ يَنْظُرْ وَاحِدٌ مِنْهُمَا إِلَى ثَوْبِ
صَاحِبِهِ " [صحيح مسلم]
"Telah
dilarang dua system jual beli, yaitu Mulamasah dan Munabadzah. Adapun
Mulamasah ialah salah seorang menyentuh pakaian saudaranya tanpa melihat terlebih
dahulu. Sedangkan Munabadzah ialah salah seorang melempar pakaian ke temannya
dengan maksud menjual, sedangkan temannya tidak perlu melihat pakaian
saudaranya tersebut." [Shahih Muslim]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:
«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لِبْسَتَيْنِ وَعَنْ بَيْعَتَيْنِ، نَهَى
عَنِ المُلاَمَسَةِ وَالمُنَابَذَةِ فِي البَيْعِ» وَالمُلاَمَسَةُ: لَمْسُ
الرَّجُلِ ثَوْبَ الآخَرِ بِيَدِهِ بِاللَّيْلِ أَوْ بِالنَّهَارِ وَلاَ
يُقَلِّبُهُ إِلَّا بِذَلِكَ. وَالمُنَابَذَةُ: أَنْ يَنْبِذَ الرَّجُلُ إِلَى
الرَّجُلِ بِثَوْبِهِ، وَيَنْبِذَ الآخَرُ ثَوْبَهُ، وَيَكُونَ ذَلِكَ بَيْعَهُمَا
عَنْ غَيْرِ نَظَرٍ وَلاَ تَرَاضٍ [صحيح البخاري
ومسلم]
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melarang dua cara pakaian dan dua transaksi
jual beli. Melarang mulamasah dan munabadzah dalam jual beli,
sedangkan mulamasah adalah seseorang yang memegang pakaian orang lain pada
malam hari atau siang hari dan tidak membalikkannya (memeriksanya) kecuali
dengan itu, dan munabadzah ialah seseorang melempar pakaiannya ke orang lain
dan sebaliknya, lalu terjadilah transaksi jual beli tanpa boleh memeriksa dan
juga kerelaan dari dua belah ihak." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْمُنَابَذَةِ، وَالْمُلَامَسَةِ، وَهِيَ
بُيُوعٌ كَانُوا يَتَبَايَعُونَ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ» [سنن النسائي: صحيح لغيره]
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari dua jual beli yaitu munabadzah
dan mulamasah itu adalah jual beli yang mereka lakukan pada masa
Jahiliyah”. [Sunan An-Nasa’iy: Shahih ligairih]
4.
Sebab
larangan jual beli dengan cara “mulamasah”dan “munabadzah”.
Karena
ada ketidak-tahuan atau ketidak-jelasan pada barang yang akan dibeli. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
«نَهَى
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْحَصَاةِ، وَعَنْ
بَيْعِ الْغَرَرِ» [صحيح مسلم]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang jual beli dengan cara hashah (yaitu: jual beli dengan
melempar kerikil) dan cara lain yang mengandung unsur kesamaran”. [Shahih
Muslim]
B. Hadits
kedua:
Hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
1892 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا مُعَاذٌ [بن معاذ العنبري]، أَخْبَرَنَا [عبد
الله] ابْنُ عَوْنٍ، عَنْ زِيَادِ بْنِ جُبَيْرٍ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، فَقَالَ: رَجُلٌ نَذَرَ أَنْ يَصُومَ يَوْمًا، -
قَالَ: أَظُنُّهُ قَالَ: الِاثْنَيْنِ -، فَوَافَقَ ذَلِكَ يَوْمَ عِيدٍ، فَقَالَ
ابْنُ عُمَرَ: «أَمَرَ اللَّهُ بِوَفَاءِ النَّذْرِ وَنَهَى النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ هَذَا اليَوْمِ»
1892 - Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada
kami Mu'adz [bin Mu’adz Al-‘Anbariy],
telah mengabarkan kepada kami [‘Abdullah] Ibnu 'Aun, dari Ziyad bin Jubair
berkata: Datang seorang laki-laki kepada Ibnu 'Umar radhiyallahu
'anhuma lalu berkata: Ada seorang yang bernadzar akan melaksanakan puasa
pada suatu hari. -Aku menduga dia berkata, hari Senin-, lalu hari yang
dinadzarkkan itu bertepatan dengan hari Raya 'Ied".
Maka
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: "Allah telah memerintahkan
untuk menunaikan nadzar dan melarang berpuasa pada hari raya ini".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.
2.
Perintah
menunaikan nadzar.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلْيُوفُوا نُذُورَهُم} [الحج: 29]
Dan
hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka. [Al-Hajj: 29]
Ø Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ
يَعْصِهِ»
"Barangsiapa bernadzar untuk menaati Allah, hendaknya
ia menaati-Nya, dan barangsiapa bernadzar untuk bermaksiat kepadaNya, maka
janganlah ia perturutkan untuk bermaksiat kepadaNya." [Shahih Bukhari]
3.
Larangan
berpuasa pada dua hari Raya, hukumnya haram.
Ziyad
bin Jubair -rahimahullah- menuturkan;
كُنْتُ مَعَ
ابْنِ عُمَرَ، فَسَأَلَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: نَذَرْتُ أَنْ أَصُومَ كُلَّ يَوْمِ
ثَلاَثَاءَ أَوْ أَرْبِعَاءَ مَا عِشْتُ، فَوَافَقْتُ هَذَا اليَوْمَ يَوْمَ
النَّحْرِ، فَقَالَ: «أَمَرَ اللَّهُ بِوَفَاءِ النَّذْرِ، وَنُهِينَا أَنْ
نَصُومَ يَوْمَ النَّحْرِ» فَأَعَادَ عَلَيْهِ، فَقَالَ مِثْلَهُ، لاَ يَزِيدُ
عَلَيْهِ [صحيح البخاري]
Aku
sedang bersama Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-,
tiba-tiba ada seorang lelaki yang bertanya; 'Saya bernadzar untuk berpuasa
setiap hari Selasa atau Rabu selama hidupku, kemudian hari itu bertepatan
dengan hari Nahr (Idul Adha)? '
Maka
dia menjawab; 'Allah memerintahkan untuk melaksanakan nadzar, dan kita dilarang
untuk berpuasa pada hari Nahr.'
Orang
itu mengulangi pertanyaannya kepada Ibnu Umar, dan Ibnu Umar menjawab seperti
itu dengan tidak menambahnya. [Shahih Bukhari]
4. Nadzar
yang mengandung maksiat tidak boleh ditunaikan, tapi diganti dengan kaffarah
sumpah.
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ
فِي مَعْصِيَةٍ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ الْعَبْدُ» [صحيح
مسلم]
"Tidak
boleh melaksanakan nadzar dalam kemaksiatan kepada Allah dan tidak pula
terhadap sesuatu yang tidak dimiliki oleh seorang hamba." [Shahih Muslim]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا نَذْرَ فِي
مَعْصِيَةٍ وَكَفَّارَتُهُ كَفَّارَةُ يَمِينٍ»
"Tidak boleh ada nadzar dalam
bermaksiat, dan kafaratnya adalah kafarat sumpah." [Sunan Abi Daud:
Shahih]
C. Hadits
ketiga:
Hadits Abu Sa’id
Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
1893 - حَدَّثَنَا
حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ المَلِكِ بْنُ
عُمَيْرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ قَزَعَةَ [بن يحيى] قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ
الخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: - وَكَانَ غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ غَزْوَةً - قَالَ: سَمِعْتُ أَرْبَعًا مِنَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَعْجَبْنَنِي، قَالَ: " لاَ
تُسَافِرِ المَرْأَةُ مَسِيرَةَ يَوْمَيْنِ إِلَّا وَمَعَهَا زَوْجُهَا أَوْ ذُو
مَحْرَمٍ، وَلاَ صَوْمَ فِي يَوْمَيْنِ: الفِطْرِ وَالأَضْحَى، وَلاَ صَلاَةَ
بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَلاَ بَعْدَ العَصْرِ حَتَّى
تَغْرُبَ، وَلاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ
الحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى، وَمَسْجِدِي هَذَا "
1893 - Telah
menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, dari 'Abdul Malik bin 'Umair berkata: Aku mendengar Qaza'ah berkata;
Aku mendengar Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu yang pernah
mengikuti peperangan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak
dua belas peperangan, berkata: "Empat perkara yang aku dapatkan dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, yang perkara-perkara itu menakjubkan aku (yaitu):
"Tidak boleh seorang wanita bepergian sepanjang dua
hari perjalanan kecuali bersama suaminya atau mahramnya, dan tidak boleh
puasa dua hari raya, 'Iedul Fitri dan 'Iedul Adhha, dan tidak boleh
melaksanakan dua shalat, yaitu setelah 'Ashar hingga matahari terbenam, dan
setelah Subuh hingga matahari terbit, dan tidaklah memaksakan
untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Al-Masjidil Haram,
Masjidil Aqsha dan Masjidku ini ".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1)
Biografi
Abu Sa’id Al-Khudriy Sa'ad bin Malik bin Sinan radhiyallahu ‘anhu.
2)
Larangan
bagi seorang wanita bepergian sepanjang dua hari perjalanan kecuali bersama
suaminya atau mahramnya.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ
تُسَافِرِ المَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ
إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ»، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُرِيدُ
أَنْ أَخْرُجَ فِي جَيْشِ كَذَا وَكَذَا، وَامْرَأَتِي تُرِيدُ الحَجَّ، فَقَالَ:
«اخْرُجْ مَعَهَا»
"Tidak
boleh seorang wanita bepergian jauh kecuali bersama muhrimnya, dan janganlah
seorang laki-laki bersama dengan wanita kecuali wanita tersebut bersama
muhrimnya."
Seorang
sahabat bertanya: Ya Rasulullah, saya ingin ikut pada suatu peperangan,
sedangkan istriku ingin menunaikan ibadah haji.
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam menjawab: "Pergilah bersamanya (menunaikan
ibadah haji)." [Sahih Bukhari]
Lihat:
Hukum wanita keluar rumah
3)
Larangan
berpuasa pada dua hari Raya, Idul Fitri dan Idul Adhaa, hukumnya haram.
4)
Larangan
shalat setelah shalat Ashar sampai matahari tenggelam dan setelah shalat Subuh
sampai matahari terbit.
Lihat:
Shalat sunnah setelah Ashar
5)
Larangan
memaksakan untuk berziarah, shalat dan beribadah pada suatu masjid atau tempat
kecuali Masjid Al-Haram, Masjid Al-Aqsha dan Masjid Nabawiy.
Selain tiga masjid tersebut, dibolehkan
juga memaksakan diri mendatangi masjid Quba di Madinah.
Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ رَاكِبًا وَمَاشِيًا» «فَيُصَلِّي فِيهِ
رَكْعَتَيْنِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendatangi mesjid Qubaa’ (Setiap hari sabtu) dengan berkendaraan atau berjalan
kaki, kemudian shalat di dalamnya dua raka’at.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Sahl bin Hunaif radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ هَذَا
الْمَسْجِدَ - مَسْجِدَ قُبَاءَ - فَصَلَّى فِيهِ كَانَ لَهُ عَدْلَ عُمْرَةٍ» [سنن النسائي: صحيح]
“Barangsiapa yang keluar rumah
sampai ia mendatangi mesjid ini – mesjid Quba' – kemudian shalat di dalamnya
maka baginya pahala ibadah umrah”. [Sunan An-Nasai: Sahih]
Dalam riwayat lain:
«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ
أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ، فَصَلَّى فِيهِ صَلَاةً، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Barangsiapa yang bersuci di
rumahnya kemudian mendatangi mesjid Qubaa’ kemudian shalat di dalamnya, maka ia
mendapat pahala seperti pahala umrah”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Kecuali jika ada manfaat lain seperti majelis
ilmu, bertemu dengan seorang ulama, silaturahim, urusan dunia, dan manfaat yang
disyari’atkan lainnya.
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...