بسم الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الخُرُوجِ فِي طَلَبِ العِلْمِ
“Bab:
Pergi menuntut ilmu”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan keutamaan pergi menutu negri-negri yang jauh
untuk menuntut ilmu dengan menyebutkan satu hadits mu’allaq (sanad
terputus) dari Jabir bin ‘Abdillah -radhiyallahu ‘anhuma- yang
bepergian sebulan lamanya menemui Abdullah bin Unais untuk mendengarkan satu
hadits, dan yang kedua hadits muttashil (sanad bersambung) dari Ibnu
‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- tentang perjalanan Nabi Musa menemui
Nabi Khidir -‘alaihimassalam-.
A.
Hadits
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَرَحَلَ
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
أُنَيْسٍ، فِي حَدِيثٍ وَاحِدٍ
“Dan
Jabir bin Abdillah pergi selama sebulan perjalanan menemui Abdillah bin Unais
untuk satu hadits”.
Takhri hadits ini:
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad –rahimahullah-
dengan sanad bersambung dalam kitabnya “Al-Musnad” 25/431 no.16042; Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata:
بَلَغَنِي
حَدِيثٌ عَنْ رَجُلٍ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَاشْتَرَيْتُ بَعِيرًا، ثُمَّ شَدَدْتُ عَلَيْهِ رَحْلِي، فَسِرْتُ
إِلَيْهِ شَهْرًا، حَتَّى قَدِمْتُ عَلَيْهِ الشَّامَ فَإِذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
أُنَيْسٍ، فَقُلْتُ لِلْبَوَّابِ: قُلْ لَهُ: جَابِرٌ عَلَى الْبَابِ، فَقَالَ
ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، فَخَرَجَ يَطَأُ ثَوْبَهُ فَاعْتَنَقَنِي،
وَاعْتَنَقْتُهُ، فَقُلْتُ: حَدِيثًا بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ سَمِعْتَهُ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْقِصَاصِ، فَخَشِيتُ أَنْ
تَمُوتَ، أَوْ أَمُوتَ قَبْلَ أَنْ أَسْمَعَهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا " قَالَ: قُلْنَا: وَمَا بُهْمًا؟
قَالَ: " لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ، ثُمَّ يُنَادِيهِمْ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ
مِنْ بُعْدٍ كَمَا يَسْمَعُهُ مِنْ قُرْبٍ: أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا الدَّيَّانُ،
وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، أَنْ يَدْخُلَ النَّارَ، وَلَهُ
عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَقٌّ، حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ، وَلَا
يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ، وَلِأَحَدٍ
مِنْ أَهْلِ النَّارِ عِنْدَهُ حَقٌّ، حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ، حَتَّى
اللَّطْمَةُ " قَالَ: قُلْنَا: كَيْفَ وَإِنَّا إِنَّمَا نَأْتِي اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا؟ قَالَ: «بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ»
Telah
sampai hadits kepadaku dari seorang laki-laki yang mendengar dari Rasulullah ﷺ, kontan saya membeli unta, kuikat kencang
perbekalanku dan kuarahkan perjalananku untuk menemuinya selama satu bulan.
Selanjutnya aku menemuinya tepatnya di Syam, tak tahunya orang itu adalah
Abdullah bin Unais. Saya berkata kepada penjaga pintu, "Katakan padanya,
Jabir sedang menunggunya di di depan pintu". Lalu dia bertanya, kamu
adalah Ibnu Abdullah, saya menjawab, Ya. Lalu dia keluar dengan menginjak
pakaiannya, dia memelukku dan sebaliknya aku juga memeluknya, saya berkata;
telah sampai kepadaku suatu hadits darimu, kamu mendengar Rasulullah ﷺ tentang perkara qishas, saya khawatir
apabila engkau meninggal ataupun saya meninggal sebelum saya dapat
mendengarnya. (Abdullah bin Unais) berkata; Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Manusia akan dikumpulkan
pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan dan dalam keadaan buhman",
lalu kami bertanya, "Apakah buhman itu?" Beliau bersabda,
"Tidak membawa sesuatupun", lalu ada suara yang memanggil mereka dari
dekat, 'Aku adalah raja dan Aku Ad-Dayyan (pemberi pembalasan) tidaklah patut
bagi seorang penduduk neraka untuk masuk neraka sedangkan dia mempunyai hak
atas seseorang dari penduduk surga sampai Aku memberikan haknya. Juga tidaklah
patut seseorang dari penduduk surga untuk masuk surga sedangkan seseorang dari
penduduk nereka mempunyai hak atas dirinya sampai Aku memberikan haknya. Sampai
satu tamparan sekalipun. (Abdullah bin Unais) berkata; kami bertanya, Bagaimana
ini? Kami mendatangi Allah 'azza wa jalla dalam keadaan telanjang dan
tidak berkhitan, dan tidak membawa sesuatupun? maka beliau bersabda,
"Kalian datang dengan kebaikan dan keburukan".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1)
Biografi
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Biografi
Abdullah bin Unais Al-Juhaniy, Abu Yahya Al-Madaniy radhiyallahu ‘anhu.
Ia
salah satu dari 70 orang Anshar yang menghadiri bai’at Al-‘Aqabah, ia tidak
ikut pada perang Badr, tapi ikut perang Uhud dan peperangan lainnya bersama
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia wafat tahun 54 hijriyah pada masa
Khalifah Mu’awiyah –radhiyallahu ‘anhu- di Syam.
3)
Keutamaan
pergi menuntut ilmu.
Diantaranya:
a. Mendapat penghormatan dari malaikat
Shafwan bin 'Assaal Al-Muradiy radhiyallahu 'anhu berkata: Ya Rasulullah, aku
datang untuk menuntut ilmu.
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«مَرْحَبًا بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ
الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلَائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا، ثُمَّ يَرْكَبُ
بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ»
[المعجم الكبير للطبراني: حسنه الألباني]
“Selamat datang wahai penuntut
ilmu, orang yang menuntut ilmu dikelilingi oleh malaikat, dan dinaungi dengan
sayapnya kemudian mereka saling menaiki satu sama lain sampai mencapai langit
dunia karena cinta mereka kepada penuntut ilmu.” [Al-Mu'jam Al-Kabir
Ath-Thabaraniy: Hasan]
Ø
Dalam riwayat lain;
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنْ خَارِجٍ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ
فِي طَلَبِ الْعِلْمِ، إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا
يَصْنَعُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Tidak satu orang pun
yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu kecuali para malaikat merendahkan
sayapnya sebagai penghormatan untuknya karena ridha atas apa yang ia
lakukan". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
b. Dimudahkan jalannya ke surga
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang menempuh
satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga”. [Sahih Muslim]
c. Jihad di jalan Allah
Anas
bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
خَرَجَ فِي طَلَبِ العِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ» [سنن الترمذي: حسن لغيره]
"Barangsiapa
keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia
kembali." [Sunan Tirmidziy: Hasan ligairih]
Lihat:
Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu
4)
Mengorbankan
harta, waktu, tenaga, dan perasaan dalam menuntutu ilmu.
Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu
'anhu berkata:
أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا
وَلَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا
رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا - أَوْ قَدْ
اشْتَقْنَا - سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ:
" ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ، وَعَلِّمُوهُمْ
وَمُرُوهُمْ "
"Kami datang menemui Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, saat itu kami adalah para pemuda yang usianya sebaya.
Maka kami tinggal bersama beliau selama dua puluh hari dua puluh malam. Beliau
adalah seorang yang sangat penuh kasih dan lembut. Ketika beliau merasa bahwa
kami telah ingin, atau merindukan keluarga kami, beliau bertanya kepada kami
tentang orang yang kami tinggalkan. Maka kami pun mengabarkannya kepada beliau.
Kemudian beliau bersabda: "Kembalilah kepada keluarga kalian dan
tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan perintahkan (untuk
shalat)." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Yahya bin Abi Katsir -rahimahullah- berkata:
«لَا يَأْتِي الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجَسَدِ»
"Ilmu tidak akan datang dengan tubuh yang santai". [Hilyatul Auliya'
karya Abu Nu'aim]
Ø Ayyub bin 'Utbah -rahimahullah- (w.160 H) berkata:
«لا يَسْتَقِيمُ طَلَبُ الْعِلْمِ بِرَاحَةِ الْجَسَدِ»
"Tidak benar cara menuntut ilmu dengan tubuh yang santai".
[Al-Masyayikh Al-Bagdadiyah karya Abu Thahir As-Silafiy]
5)
Minta
izin ketika bertamu.
Lihat:
Adab bertamu dalam Islam
6)
Menerima
tamu dengan baik.
Lihat:
Adab menerima tamu dalam Islam
7)
Boleh
berpelukan ketika menerima tamu dari jauh.
Abu Juhaifah radhiyallahu
'anhu berkata:
لَمَّا قَدِمَ
جَعْفَرٌ مِنْ هِجْرَةِ الْحَبَشَةِ، تَلَقَّاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَعَانَقَهُ، وَقَبَّلَ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَقَالَ: «مَا أَدْرِي
بِأَيِّهِمَا أَنَا أَسَرُّ، بِفَتْحِ خَيْبَرَ، أَوْ بِقُدُومِ جَعْفَرٍ» [المعجم الكبير للطبراني: صححه الشيخ
الألباني]
Ketika Ja’far tidak dari hijrah Habasyah, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menemuinya lalu memeluknya dan menciumi di antara dua
matanya, dan beliau bersabda: Aku tidak tahu dengan apa dari salah satu
diantara keduanya yang membuatku senang, dengan pembebasan Khaibar, atau dengan
kedatangan Ja’far”. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Shahih]
Ø Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
تَلَاقَوْا تَصَافَحُوا، وَإِذَا قَدِمُوا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوا» [المعجم
الأوسط: حسنه الألباني]
“Sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika bertemu saling bersalaman, dan
jika tiba dari bepergian jauh mereka berpelukan”. [Al-Mu'jam Al-Ausath: Hasan]
Lihat:
Adab bepergian jauh
8)
Semangat
sahabat mendengarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abdullah
bin Buraidah -rahimahullah- berkata:
أَنَّ رَجُلًا
مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحَلَ إِلَى
فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ وَهُوَ بِمِصْرَ، فَقَدِمَ عَلَيْهِ، فَقَالَ: أَمَا
إِنِّي لَمْ آتِكَ زَائِرًا، وَلَكِنِّي سَمِعْتُ أَنَا وَأَنْتَ حَدِيثًا مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجَوْتُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَكَ
مِنْهُ عِلْمٌ، قَالَ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: كَذَا وَكَذَا، قَالَ: فَمَا لِي
أَرَاكَ شَعِثًا وَأَنْتَ أَمِيرُ الْأَرْضِ؟ قَالَ: «إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْهَانَا عَنْ كَثِيرٍ مِنَ
الإِرْفَاهِ»، قَالَ: فَمَا لِي لَا أَرَى عَلَيْكَ حِذَاءً؟ قَالَ: «كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا أَنْ نَحْتَفِيَ
أَحْيَانًا» [سنن أبي داود: صحيح]
"Seorang
laki-laki dari sahabat Nabi ﷺ
berkunjung ke rumah Fadhalah bin Ubaid yang berada di Mesir. Ia lalu datang
kepadanya seraya berkata, "Aku datang kepadamu bukan untuk berkunjung,
tetapi aku dan kamu sendiri telah mendengar hadits Rasulullah ﷺ, maka aku berharap engkau mempunyai ilmu
tentang itu." Fadhalah bertanya, "Hadits tentang apa itu?"
sahabat Nabi itu menjawab, "Begini dan begini." Fadhalah bertanya,
"Kenapa rambutmu tampak kusut dan berantakan, padahal engkau adalah
seorang pemimpin?" ia menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah melarang kita untuk bermewah-mewah."
Fadhalah lalu bertanya lagi, "Kenapa aku juga melihatmu tidak mengenakan
sepatu?" ia menjawab, "Nabi ﷺ
memerintahkan untuk berjalan dengan tanpa alas kaki sesekali." [Sunan Abi
Daud: Shahih]
Ø
‘Atha’ bin Abi Rabah -rahimahullah- berkata:
خَرَجَ أَبُو
أَيُّوبَ إِلَى عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ وَهُوَ بِمِصْرَ يَسْأَلُهُ عَنْ حَدِيثٍ
سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَبْقَ
أَحَدٌ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَهُ
وَغَيْرَ عُقْبَةَ فَلَمَّا قَدِمَ أَتَى مَنْزِلَ مَسْلَمَةَ بْنِ مَخْلَدٍ
الْأَنْصَارِيِّ وَهُوَ أَمِيرُ مِصْرَ فَأُخْبِرَ بِهِ فَعَجَّلَ فَخَرَجَ
إِلَيْهِ فَعَانَقَهُ، ثُمَّ قَالَ: مَا جَاءَ بِكَ يَا أَبَا أَيُّوبَ؟ فَقَالَ:
حَدِيثٌ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ
يَبْقَ أَحَدٌ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
غَيْرِي وَغَيْرَ عُقْبَةَ فَابْعَثْ مَنْ يَدُلُّنِي عَلَى مَنْزِلِهِ قَالَ
فَبَعَثَ مَعَهُ مَنْ يَدُلُّهُ عَلَى مَنْزِلِ عُقْبَةَ فَأُخْبِرَ عُقْبَةُ بِهِ
فَعَجَّلَ فَخَرَجَ إِلَيْهِ فَعَانَقَهُ وَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ يَا أَبَا
أَيُّوبَ؟ فَقَالَ حَدِيثٌ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمْ يَبْقَ أَحَدٌ سَمِعَهُ غَيْرِي وَغَيْرَكَ فِي سَتْرِ الْمُؤْمِنِ
قَالَ عُقْبَةُ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: «مَنْ سَتَرَ مُؤْمِنًا فِي الدُّنْيَا عَلَى خِزْيِهِ سَتَرَهُ اللَّهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ» فَقَالَ لَهُ أَبُو أَيُّوبَ: صَدَقْتَ، ثُمَّ انْصَرَفَ
أَبُو أَيُّوبَ إِلَى رَاحِلَتِهِ فَرَكِبَهَا رَاجِعًا إِلَى الْمَدِينَةِ فَمَا
أَدْرَكَتْهُ جَائِزَةُ مَسْلَمَةَ بْنِ مَخْلَدٍ إِلَّا بَعَرِيشِ مِصْرَ [مسند الحميدي]
Abu
Ayyub pergi menemui ‘Uqbah bin ‘Amir yang berada di Mesir, ia ingin menanyakan
tentang satu hadits yang ia dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang mana tidak ada lagi seorang yang pernah mendengarnya dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain dia dan ‘Uqbah. Maka
ketika ia tiba, ia mendatangi rumah Maslamah bin Makhlad Al-Anshariy dan ia
adalah penguasa Mesir, lalu dikabarkan kepadanya maka ia keluar menemuinya lalu
memeluknya, kemudian berkata: Apa yang membuatmu datang wahai Abu Ayyub? Ia
menjawab: Satu hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan tidak ada lagi seorangpun yang pernah mendengarnya
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain aku dan ‘Uqbah, maka
utuslah seseorang untuk menunjukkan aku rumahnya. Maka ia mengutus bersamanya
seorang yang menunjukkan rumah ‘Uqbah, kemudian dikabarkan kepada ‘Uqbah maka
ia bersegerah keluar menemuinya. Lalu ia memeluknya dan berkata: Apa yang
membuatmu datang wahai Abu Ayyub? Ia menjawab: Satu hadits yang pernah aku
dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak ada lagi
seorangpun yang pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam selain aku dan engkau tentang menutupi aib seorang mukmin. ‘Uqbah
berkata: Betul, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang menutupi seorang mu’min di dunia dari aibnya maka Allah
akan menutupi aibnya di hari kiamat”. Maka Abu Ayyub berkata kepadanya: Engkau
betul. Lalu Abu Ayyub pergi ke tunggangannya dan berangakat kembali ke Madinah,
dan ia tidak mendapati hadiah dari Maslamah bin Maklad kecuali setelah tiba di
‘Arisy Mesir. [Musnad Al-Humaidiy]
9)
Memimba
ilmu dari sumbernya langsung.
Abu Al-‘Aliyah -rahimahullah- (90H) berkata:
«إِنْ
كُنَّا نَسْمَعُ الرِّوَايَةَ بِالْبَصْرَةِ عَنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ نَرْضَ، حَتَّى رَكِبْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ، فَسَمِعْنَاهَا
مِنْ أَفْوَاهِهِمْ» [سنن الدارمي:
صحيح]
“Jika kami
mendengar riwayat di Bashrah tentang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka kami tidak menerimanya sampai kami berangkat menuju Madinah
lalu kami mendengarnya langsung dari mulut mereka”. [Sunan Ad-Darimiy: Sahih]
Lihat: Talaqi, cara cepat dan tepat menuntut ilmu
10) Keutamaan sanad 'Aly (tertinggi).
Lihat:
Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari;Bab (21)
11) Manusia dibangkitkan pada hari Kiamat dalam keadaan
telanjang.
Dari 'Aisyah
radhiallahu'anha; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«تُحْشَرُونَ
حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا» قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ؟ فَقَالَ: «الأَمْرُ
أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَاكِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kalian
dikumpulkan dengan keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak beralas
kaki." 'Aisyah menyela; 'Hai Rasulullah, laki-laki dan perempuan, satu
sama lain bisa melihat auratnya?' Nabi menjawab, "Kejadian ketika itu
lebih dahsyat sehingga memalingkan mereka dari keinginan seperti itu."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma; Nabi ﷺ bersabda:
"
إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا، ثُمَّ قَرَأَ: {كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ} [الأنبياء: 104]، وَأَوَّلُ
مَنْ يُكْسَى يَوْمَ القِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya
kalian akan dikumpulkan (pada hari kiamat) dalam keadaan telanjang dan tidak
dikhitan". Lalu beliau membaca firman Allah yang artinya {"Sebagaimana
Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami akan mengulanginya.
Itulah suatu janji yang pasti dari Kami. Sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya"}. [Al-Anbiya’: 104] Dan orang yang pertama kali
diberikan pakaian pada hari kiamat adalah Nabi Ibrahim 'alaihissalam”.
[Shahih Bukhari dan Muslim]
12) Allah ‘azza wa jalla berbicara dengan suara
yang bisa didengar.
Lihat:
Allah berbicara
13) Kedzaliman terhadap makhluk akan dipertanggung-jawabkan
walau sekecil apa pun.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«لَتُؤَدُّنَّ
الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ
الْجَلْحَاءِ، مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ» [صحيح مسلم]
"Kalian
akan mengembalikan hak kepada pemiliknya di hari kiamat, sampai kambing yang
tidak bertanduk dikisas dari kambing bertanduk". [Sahih Muslim]
Lihat:
Hadits Anas; 3 jenis kedzaliman
B.
Hadits
Ibnu ‘Abbas.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
78 - حَدَّثَنَا أَبُو القَاسِمِ خَالِدُ
بْنُ خَلِيٍّ قَاضِي حِمْصَ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ، قَالَ:
حَدَّثَنَا الأَوْزَاعِيُّ، أَخْبَرَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ
تَمَارَى هُوَ وَالحُرُّ بْنُ قَيْسِ بْنِ حِصْنٍ الفَزَارِيُّ فِي صَاحِبِ
مُوسَى، فَمَرَّ بِهِمَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، فَدَعَاهُ ابْنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ:
إِنِّي تَمَارَيْتُ أَنَا وَصَاحِبِي هَذَا فِي صَاحِبِ مُوسَى الَّذِي سَأَلَ
السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، هَلْ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَذْكُرُ شَأْنَهُ؟ فَقَالَ أُبَيٌّ: نَعَمْ، سَمِعْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ شَأْنَهُ يَقُولُ: " بَيْنَمَا
مُوسَى فِي مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ:
أَتَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْكَ؟ قَالَ مُوسَى: لاَ، فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِلَى مُوسَى: بَلَى، عَبْدُنَا خَضِرٌ، فَسَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى
لُقِيِّهِ، فَجَعَلَ اللَّهُ لَهُ الحُوتَ آيَةً، وَقِيلَ لَهُ: إِذَا فَقَدْتَ
الحُوتَ فَارْجِعْ، فَإِنَّكَ سَتَلْقَاهُ، فَكَانَ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ يَتَّبِعُ أَثَرَ الحُوتِ فِي البَحْرِ، فَقَالَ فَتَى مُوسَى لِمُوسَى: {أَرَأَيْتَ
إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ
إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ}، قَالَ مُوسَى: {ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِي
فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا}، فَوَجَدَا خَضِرًا، فَكَانَ مِنْ
شَأْنِهِمَا مَا قَصَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ "
78 - Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Qasim
Khalid bin Khaliy -seorang hakim di Himsha-, dia berkata; Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Harb, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Auza'iy,
ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Az-Zuhriy, dari 'Ubaidullah bin
Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud, dari Ibnu 'Abbas bahwasanya dia dan Al-Hurru
bin Qais bin Hishin Al-Fazariy berdebat tentang sahabat Musa 'alaihissalam,
Ibnu 'Abbas berkata; Dia adalah Khidir 'alaihissalam. Tiba-tiba lewat
Ubay bin Ka'b di depan keduanya, maka Ibnu 'Abbas memanggilnya dan berkata:
"Aku dan temanku ini berdebat tentang sahabat Musa 'alaihissalam,
yang ditanya tentang jalan yang akhirnya mempertemukannya, apakah kamu pernah
mendengar Nabi ﷺ menceritakan masalah
ini?" Ubay bin Ka'ab menjawab: Ya, benar, aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Ketika Musa di tengah
pembesar Bani Israil, datang seseorang yang bertanya: apakah kamu mengetahui
ada orang yang lebih pandai darimu?" Berkata Musa 'alaihissalam,
"Tidak". Maka Allah ta'ala mewahyukan kepada Musa 'alaihissalam,
"Ada, yaitu hamba Kami bernama Hidlir." Maka Musa 'alaihissalam
meminta jalan untuk bertemu dengannya. Allah menjadikan ikan bagi Musa sebagai
tanda dan dikatakan kepadanya, "Jika kamu kehilangan ikan tersebut
kembalilah, nanti kamu akan berjumpa dengannya". Maka Musa 'alaihissalam
mengikuti jejak ikan di lautan. Berkatalah murid Musa 'alaihissalam,
"Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi?
Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidaklah yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan". Maka Musa 'alaihissalam
berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. Maka akhirnya keduanya bertemu dengan Khidlir 'alaihissalam."
Begitulah kisah keduanya sebagaimana Allah ceritakan dalam kitab-Nya.
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Hadits
ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya (bab 16).
2. Memilih
guru yang terbaik ketika pergi menuntut ilmu.
Mujahid berkata:
Busyair Al-‘Adawiy datang kepada Ibnu Abbas kemudian ia menyebutkan
hadits dan berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda ..
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda ..! Akan tetapi Ibnu
Abbas tidak mendengarkannya dan tidak melihat kepadanya.
Maka Busyair
berkata: Wahai Ibnu Abbas, kenapa aku tidak melihatmu mendengarkan hadits yang
kusampaikan? Aku menyampaikan hadits dari Rasulullah dan kamu tidak
mendengarkannya?
Maka Ibnu Abbas
menjawab:
"
إِنَّا كُنَّا مَرَّةً إِذَا سَمِعْنَا رَجُلًا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ابْتَدَرَتْهُ أَبْصَارُنَا، وَأَصْغَيْنَا إِلَيْهِ بِآذَانِنَا،
فَلَمَّا رَكِبَ النَّاسُ الصَّعْبَ، وَالذَّلُولَ، لَمْ نَأْخُذْ مِنَ النَّاسِ إِلَّا
مَا نَعْرِفُ " [مقدمة صحيح مسلم]
Dulu jika kami
mendengar seorang berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, maka kami segera memandangnya dan memasang telinga kami untuk
mendengarkannya. Akan tetapi setelah orang-orang marasakan masa kesulitan dan
kekeliruan (fitnah) maka kami tidak menerima hadits dari orang-orang kecuali
yang kami ketahui. [Muqaddimah Sahih Muslim]
Ø Ibnu Sirin (110H) -rahimahullah- berkata:
«إِنَّ
هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ» [مقدمة صحيح مسلم]
“Sesungguhnya
ilmu ini (periwayatan hadits) adalah bagian dari agama, maka perhatikanlah dari
siapa kalian mengambil agama kalian”. [Muqaddimah Sahih Muslim]
Ø Ia juga berkata:
"
لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الْإِسْنَادِ، فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ، قَالُوا:
سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ، فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ،
وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ " [مقدمة صحيح مسلم]
“Dulunya
mereka tidak bertanya tentang sanad (sumber hadits), namun ketika fitnah
(maraknya ahli bid’ah) terjadi maka mereka mulai bertanya: Sebutkan pada kami
dari siapa kalian menerima hadits! Kemudian mereka memeriksa, jika sumbernya
dari ahli sunnah maka mereka menerima haditsnya, dan mereka memeriksa jika
sumbernya dari ahli bid’ah maka mereka tidak menerima haditsnya”. [Muqaddimah
Sahih Muslim]
3. Bertanya
kepada ulama dalam memilih guru.
Sulaiman bin Musa
(119H) -rahimahullah- berkata: Aku bertemu dengan Thawus
(106H) -rahimahullah- dan kukatakan padanya: Fulan
menyampaikan hadits padaku tentang ini dan itu!
Thawus berkata:
«إِنْ
كَانَ صَاحِبُكَ مَلِيًّا، فَخُذْ عَنْهُ» [مقدمة صحيح مسلم]
“Jika
ia seorang yang tsiqah (terpercaya dan kuat hafalannya) maka ambillah hadits
darinya”. [Muqaddimah Sahih Muslim]
Ø Makhul Asy-Syamiy (112H) -rahimahullah- berkata:
«لَا
يُؤْخَذُ الْعِلْمُ إِلَّا عَنْ مَنْ شُهِدَ لَهُ بِالطَّلَبِ» [حلية الأولياء وطبقات الأصفياء لأبي
نعيم]
“Ilmu
tidak diterima kecuali dari orang yang terkenal dalam menuntut ilmu”. [Hilyah
Al-Auliya’ karya Abu Nu’aim]
4. Meminta
kepada Allah agar diberi guru yang baik.
Lihat: Bagaimana menuntut ilmu
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 18; Kapan anak kecil boleh menerima hadits
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...