بسم الله الرحمن الرحيم
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا} [الأحزاب: 21]
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. [Al-Ahzaab:21]
{وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ} [القلم: 4]
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. [Al-Qalam:4]
Ø
Ketika Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya tentang akhlak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ia menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ [مسند أحمد: صحيح]
“Akhlak
Rasulullah adalah Al-Qur'an”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Ø
Anas bin Malik radiyallahu
'anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا [صحيح البخاري ومسلم]
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang
yang paling baik akhlaknya”. [Sahih Bukhari dan muslim]
Beberapa sisi kehidupan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mesti dijadikan teladan:
1. Rasululah
sebagai anak yang berbakti.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لأُمِّى
فَلَمْ يَأْذَنْ لِى، وَاسْتَأْذَنْتُهُ
أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِى» [صحيح مسلم]
“Aku
minta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampun bagi ibuku tapi Allah tidak
mengizinkan aku, dan aku minta izin untuk menziarahi kuburannya dan Allah
mengizinkanku.” [Sahih Muslim]
Ø
Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
mengutus Umar untuk mengambil sedekah (zakat). Lalu dikatakan: Ibnu Jamil
enggan menunaikannya, begitu juga Khalid bin Al Walid dan Al 'Abbas paman
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pun berkata:
«مَا
يَنْقِمُ ابْنُ جَمِيلٍ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ فَقِيرًا فَأَغْنَاهُ اللهُ، وَأَمَّا
خَالِدٌ فَإِنَّكُمْ تَظْلِمُونَ خَالِدًا، قَدِ احْتَبَسَ أَدْرَاعَهُ وَأَعْتَادَهُ
فِي سَبِيلِ اللهِ، وَأَمَّا الْعَبَّاسُ فَهِيَ عَلَيَّ، وَمِثْلُهَا مَعَهَا»
"Tidaklah
Ibnu Jamil kufur nikmat kecuali disebabkan karena dia adalah seorang yang
fakir, maka Allah memberinya kecukupan. Adapun Khalid, sungguh kalian telah berlaku
lalim terhadapnya, ia telah menyimpan beberapa tamengnya untuk persiapan perang
di jalan Allah. Adapun Al-Abbas, maka kewajibannya menjadi tanggung jawabku,
begitu juga kewajibannya yang lain."
Kemudian
beliau berkata:
«يَا
عُمَرُ، أَمَا شَعَرْتَ أَنَّ عَمَّ الرَّجُلِ صِنْوُ أَبِيهِ؟» [صحيح مسلم]
"Wahai
Umar, tidakkah kamu merasa bahwa sesungguhnya paman seorang lelaki pada
hakekatnya seperti bapaknya sendiri?" [Shahih Muslim]
Ø
Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma bahwasanya apabila ia hendak ke Makkah, maka biasanya
ia membawa keledainya untuk dikendarainya jika -ia sudah bosan untuk
mengendarai unta, - sambil mengikatkan sorban pada kepalanya. Pada suatu hari,
ketika ia sedang mengendarai keledainya, tiba-tiba ada seorang laki-laki Arab
badui yang lewat, maka dia berkata; "Bukankah kamu ini adalah fulan bin
fulan?"
Orang tersebut menjawab; 'Ya, benar.'
Lalu Ibnu Umar memberikan keledainya kepada orang itu
sambil berkata; 'Ambillah keledai ini untuk kendaraanmu! ' Selain itu, ia juga
memberikan sorbannya dengan mengatakan; 'lkatkanlah surban ini di kepalamu! '
Salah seorang sahabat berkata kepada Abdullah bin
Umar; 'Semoga Allah mengampunimu hai lbnu Umar, karena kamu telah memberikan
keledai yang biasa kamu jadikan kendaraanmu dan sorban yang biasa kamu ikatkan
di kepalamu kepada orang Arab badui itu.' Abdullah bin Umar menjawab; 'Wahai
sahabat ketahuilah bahwasanya saya pernah mendengar Rasulullah bersabda:
«إِنَّ
مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ»
'Di antara bakti seseorang yang paling baik kepada
orang tuanya adalah menyambung tali keluarga karib orang tuanya setelah orang
tuanya meninggal dunia.'
Sesungguhnya bapak orang Arab badui itu dahulu adaIah
teman Umar bin Khaththab." [Shahih Muslim]
Lihat: Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua
2. Rasulullah sebagai pemuda yang giat bekerja.
Dari Jabir bin Abdillah radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya: Apakah engkau dulu mengembala kambing?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«نَعَمْ،
وَهَلْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا رَعَاهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Iya, dan apakah ada dari seorang Nabi kecuali ia
mengembala kambing?!” [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
As-Saib radiyallahu
'anhu berkata:
أَتَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلُوا يُثْنُونَ عَلَيَّ وَيَذْكُرُونِّي، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَنَا أَعْلَمُكُمْ» يَعْنِي بِهِ،
قُلْتُ: صَدَقْتَ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي: كُنْتَ شَرِيكِي فَنِعْمَ الشَّرِيكُ، كُنْتَ
لَا تُدَارِي، وَلَا تُمَارِي [سنن أبي داود:
صحيح]
"Aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, lalu orang-orang menyanjung dan mengelu-elukan aku. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Aku lebih
tahu tantang dia dari kalian."
Aku langsung menimpali, "Demi bapak dan ibuku
sebagai tebusanmu, engkau benar. Engkau dulu teman bisnisku dan sebaik-baik teman
bisnis, engkau tidak suka perselisihan dan perdebatan (dalam bermuamalah)."
[Sunan Abi Daud: Shahih]
3. Rasulullah
sebagai suami yang sangat mencintai istrinya.
Al-Aswad
rahimahullah berkata: Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu
'anha: "Apa yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di
rumah?"
Aisyah
radhiyallahu 'anha menjawab:
«كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ
خَرَجَ»
"Beliau suka membantu pekerjaan rumah isterinya, apabila tiba waktu
shalat, maka beliau beranjak untuk melaksanakan shalat." [Sahih Bukhari]
Ø
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي»
[سنن الترمذي: صحيح]
"Yang terbaik dari kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan
aku adalah yang paling baik dari kalian kepada istrinya". [Sunan
Tirmidziy: Sahih]
Ø
Aisyah radiyallahu 'anha berkata:
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ، وَمَا رَأَيْتُهَا،
وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا، وَرُبَّمَا
ذَبَحَ الشَّاةَ ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أَعْضَاءً، ثُمَّ يَبْعَثُهَا فِي صَدَائِقِ خَدِيجَةَ،
فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ: كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلَّا خَدِيجَةُ،
فَيَقُولُ «إِنَّهَا كَانَتْ، وَكَانَتْ، وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ» [صحيح البخاري]
Aku tidak pernah cemburu terhdap istri-istri
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti cemburuku terhadap Khadijah
dan aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Rasulullah banyak menyebutnya, dan
terkadan ia menyembelih kambing kemudian memotong-motongnya kemudian
membagikannya kepada sahabat-sahabat Khadijah, dan terkadan aku berkata
kepadanya: "Seolah-olah tidak ada wanita di dunia ini selain
Khadijah!", lalu Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya ia dulu begini
dan begitu, dan darinyalah aku mendapatkan anak". [Sahih Bukhari]
Lihat: Nasehat pernikahan
4. Rasulullah
sebagai ayah yang menyayangi anaknya.
Aisyah radhiyallahu
'anha
berkata; 'Suatu ketika kami para istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
sedang berkumpul dan berada di sisi beliau, dan tidak ada seorang pun yang
tidak hadir saat itu. Lalu datanglah Fatimah 'alaihassalam dengan
berjalan kaki. Demi Allah, cara berjalannya persis dengan cara jalannya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika melihatnya, beliau menyambutnya
dengan mengucapkan:
«مَرْحَبًا
بِابْنَتِي»
"Selamat datang hai puteriku!"
Setelah itu beliau mempersilahkannya untuk duduk di
sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Lalu beliau bisikkan sesuatu
kepadanya hingga ia (Fatimah) menangis tersedu-sedu. Ketika melihat kesedihan
Fatimah, beliau sekali lagi membisikkan sesuatu kepadanya hingga ia tersenyum
gembira. Lalu saya (Aisyah) bertanya kepadanya ketika aku masih berada di
sekitar isteri-isteri beliau; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah memberikan keistimewaan kepadamu dengan membisikkan suatu
rahasia di hadapan para istri beliau hingga kamu menangis sedih.' -Setelah
Rasulullah berdiri dan berlalu dari tempat itu-, saya pun bertanya kepada
Fatimah 'Sebenarnya apa yang dibisikkan Rasulullah kepadamu? '
Fatimah menjawab; 'Sungguh saya tidak ingin
menyebarkan rahasia yang telah dibisikkan Rasulullah kepada saya.'
'Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
meninggal dunia, saya bertanya kepadanya; 'Saya hanya ingin menanyakan kepadamu
tentang apa yang telah dibisikkan Rasulullah kepadamu yang dulu kamu tidak mau
menjelaskannya kepadaku.'
Fatimah menjawab; 'Sekarang, saya akan memberitahukan.
Lalu Fatimah memberitahukan kepadaku, katanya; 'Dulu, ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membisikkan sesuatu kepadaku, untuk yang pertama kali,
beliau memberitahukan bahwa:
«أَنَّ
جِبْرِيلَ كَانَ يُعَارِضُهُ بِالقُرْآنِ كُلَّ سَنَةٍ مَرَّةً، وَإِنَّهُ قَدْ عَارَضَنِي
بِهِ العَامَ مَرَّتَيْنِ، وَلاَ أَرَى الأَجَلَ إِلَّا قَدِ اقْتَرَبَ، فَاتَّقِي
اللَّهَ وَاصْبِرِي، فَإِنِّي نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ»
Jibril biasanya bertadarus Al Qur'an satu atau dua
kali dalam setiap tahun dan kini beliau bertadarus kepadanya sebanyak dua kali,
maka aku tahu bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah kepada
Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik pendahulumu adalah aku.'
Fatimah berkata; 'Mendengar bisikan itu, maka saya pun
menangis, seperti yang kamu lihat dulu. Ketika beliau melihat kesedihanku, maka
beliau pun membisikkan yang kedua kalinya kepadaku, sabdanya:
«يَا
فَاطِمَةُ، أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ المُؤْمِنِينَ، أَوْ
سَيِّدَةَ نِسَاءِ هَذِهِ الأُمَّةِ» [صحيح البخاري ومسلم]
'Hai Fatimah, tidak maukah kamu menjadi pemimpin para
istri orang-orang mukmin atau menjadi sebaik-baik wanita umat ini? ' [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kewajiban orang tua mendidik anaknya
5. Rasulullah sebagai mertua yang baik kepada menantunya.
Dari Ali radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatanginya dan Fathimah
binti Nabi 'alaihassalam pada suatu malam, dan berkata:
«أَلاَ تُصَلِّيَانِ؟»
"Tidakkah kalian berdua shalat malam?"
Ali menjawab: "Ya Rasulullah, jiwa kami di tangan
Allah, maka jika Ia menghendaki kami bangun dari tidur kami maka kami akan
bangun"
Kemudian beliau pergi ketika kami mengatakan hal itu
dan beliau tidak mengatakan sesuatu bantahan padaku. Kemudian aku mendengarnya
saat beliau berpaling dengan memukul pahanya, membaca:
{وَكَانَ الإِنْسَانُ
أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا} [الكهف: 54]
Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah. [Al-Kahfi: 54] [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah
namun 'Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya: "Kemana putera
pamanmu?"
Fatimah menjawab, "Antara aku dan dia terjadi
sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di
rumah."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata kepada seseorang: "Carilah, di mana dia!"
Kemudian orang itu kembali dan berkata, "Wahai
Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya
jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membersihkannya seraya berkata:
«قُمْ
أَبَا تُرَابٍ، قُمْ أَبَا تُرَابٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
6. Rasulullah
sebagai kakek yang mengasihi cucunya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Ketika Al-Hasan dan Al-Husain bermain dengan
kurma sedekah dan salah satu dari mereka hendak memakannya, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam melarangnya dan bersabda:
«أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ آلَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لاَ يَأْكُلُونَ الصَّدَقَةَ»
"Tidakkah engkau mengetahui bahwa keluarga Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam tidak memakan sedekah". [Sahih Bukhari]
Ø
Syaddad bin Al-Had radhiyallahu
'anhu berkata:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي إِحْدَى صَلَاتَيِ الْعِشَاءِ وَهُوَ حَامِلٌ حَسَنًا أَوْ حُسَيْنًا،
فَتَقَدَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَهُ، ثُمَّ كَبَّرَ
لِلصَّلَاةِ فَصَلَّى فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا،
فَرَفَعْتُ رَأْسِي وَإِذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ سَاجِدٌ فَرَجَعْتُ إِلَى سُجُودِي، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ قَالَ النَّاسُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنَّكَ سَجَدْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِكَ سَجْدَةً أَطَلْتَهَا حَتَّى ظَنَنَّا
أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ، قَالَ: «كُلُّ ذَلِكَ لَمْ
يَكُنْ وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ
حَاجَتَهُ» [سنن النسائي: صححه الألباني]
"Rasulullah
keluar untuk mengimami kami shalat Isya' sambil menggendong Hasan dan Husain.
Lalu beliau maju ke depan dan meletakkan kedua cucunya itu lantas mengucapkan
takbir shalat dan memulai shalatnya. Pada saat itu beliau sujud dengan sujud
yang sangat lama, maka aku mengangkat kepalaku, dan ternyata seorang anak
sedang duduk di atas punggung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
yang sedang sujud. Lalu aku kembali ke sujudku. Seusai shalat, orang-orang
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah,
engkau tadi sujud terlalu lama, hingga kami kira telah terjadi sesuatu, atau
engkau sedang menerima wahyu.' Beliau menjawab, 'Tidak terjadi apa-apa, tetapi
tadi cucuku menunggangi punggungku dan aku tidak suka menurunkan mereka hingga
mereka merasa puas'." [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
Ø Abu Qatadah Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata:
«أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ
أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَلِأَبِي العَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ
وَضَعَهَا، وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah shalat dengan menggendong
Umamah binti Zainab binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan
anak Abu Al-'Ash bin Rabi'ah bin 'Abdu Syamsi. Maka jika sujud, beliau letakkan
anak itu dan bila berdiri beliau gendong lagi." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Keistimewaan Hasan dan Husain
7. Rasulullah
sebagai majikan.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
«خَدَمْتُ
رسول الله صلى الله عليه وسلم فِي السَّفَرِ وَالحَضَرِ، مَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ
صَنَعْتُهُ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا هَكَذَا؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لَمْ أَصْنَعْهُ لِمَ
لَمْ تَصْنَعْ هَذَا هَكَذَا؟» [صحيح
البخاري]
Aku melayani Rasulullah -shallallahu
‘alaihi wasallam- baik saat bepergian maupun muqim (tinggal), dan Beliau
tidak pernah berkata kepadaku terhadap apa yang aku lakukan,: "Kenapa kamu
berbuat begini begitu" dan tidak pernah juga mengatakan terhadap sesuatu
yang tidak aku lakukan: "Kenapa kamu tidak berbuat begini begitu".
[Shahih Bukhari]
8. Rasulullah
sebagai tetangga yang harmonis.
Dari Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَا
زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jibril senantiasa memberiku nasihat agar aku
berbuat baik kepada tetanggaku, hingga aku punya perkiraaan bahwa dia akan
menjadikannya ahli waris." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Adab bertetangga dalam Islam
9. Rasulullah sebagai tamu yang baik.
Anas radiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mendatangi Sa'ad bin
Ubadah, kemudian Sa'ad menghidangkan roti dan minyak. Rasulullah pun memakannya
dan berdo'a setelahnya:
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ
عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ
"Semoga orang yang
berpuasa berbuka di tempatmu, orang-orang baik memakan makananmu, dan para
malaikat berselawat (berdo'a) untukmu." [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Adab bertamu
10.
Rasulullah sebagai tuan rumah yang baik.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
لَمَّا تَزَوَّجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ، دَعَا القَوْمَ فَطَعِمُوا ثُمَّ
جَلَسُوا يَتَحَدَّثُونَ، وَإِذَا هُوَ كَأَنَّهُ يَتَهَيَّأُ لِلْقِيَامِ، فَلَمْ
يَقُومُوا فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ قَامَ، فَلَمَّا قَامَ قَامَ مَنْ قَامَ،
وَقَعَدَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِيَدْخُلَ فَإِذَا القَوْمُ جُلُوسٌ، ثُمَّ إِنَّهُمْ قَامُوا، فَانْطَلَقْتُ
فَجِئْتُ فَأَخْبَرْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ قَدِ
انْطَلَقُوا، فَجَاءَ حَتَّى دَخَلَ فَذَهَبْتُ أَدْخُلُ، فَأَلْقَى الحِجَابَ
بَيْنِي وَبَيْنَهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَدْخُلُوا
بُيُوتَ النَّبِيِّ، إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ
إِنَاهُ، وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا، فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا
وَلاَ مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ، إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي
مِنْكُمْ، وَاللَّهُ لاَ يَسْتَحْيِي مِنَ الحَقِّ} [الأحزاب: 53]
[صحيح البخاري ومسلم]
Tatkala Rasulullah ﷺ menikahi Zainab binti Jahsy,
beliau mengundang orang-orang, lalu beliau menjamu mereka, mereka pun menikmati
hidangan tersebut, kemudian mereka duduk dan berbincang-bincang." Lalu
beliau mengubah posisi seakan-akan ingin berdiri, namun orang-orang tidak juga
berdiri, ketika beliau berdiri maka orang-orang pun ikut berdiri." Setelah
itu tiga orang duduk lagi. Nabi ﷺ
datang dan hendak masuk ke kamar Zainab, namun orang-orang masih tetap
duduk-duduk, setelah itu mereka berdiri dan beranjak pergi. Anas berkata; Lalu
saya mengabarkan kepada Nabi ﷺ bahwa mereka sudah beranjak
pergi." Kemudian beliau masuk dan saya mengikuti beliau masuk, lantas
beliau menurunkan kain tirainya antara saya dengan beliau." Lalu Allah
'Azza wa Jalla menurunkan (ayat): {Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan
tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka
masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang
percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi
malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu
(menerangkan) yang benar} [Al-Ahzaab:53] [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Adab menerima tamu
11. Rasulullah sebagai guru yang penyayang.
Muawiyah
bin Al-Hakam As-Sulami radhiyallahu
'anhu berkata: "Ketika
aku sedang shalat bersama-sama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum bersin. Lalu aku mengucapkan:
"Yarhamukallah (semoga Allah memberi Anda rahmat)". Maka
seluruh jamaah menujukan pandangannya kepadaku." Aku berkata, "Aduh,
celakalah ibuku! Mengapa anda semua memelototiku?" Mereka bahkan menepukkan
tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku
diam. Tetapi aku telah diam. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam selesai shalat, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu (ungkapan sumpah
Arab), aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang
lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak
menghardikku, tidak memukul dan tidak memakiku. Beliau bersabda:
«إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ
كَلَامِ النَّاسِ، إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ»
"Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan
manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca Al-Qur'an."
[Sahih Muslim]
Lihat:
Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu
12. Rasulullah
sebagai imam dalam shalat.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنِّي
لَأَدْخُلُ فِي الصَّلاَةِ وَأَنَا أُرِيدُ إِطَالَتَهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ،
فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي مِمَّا أَعْلَمُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ مِنْ بُكَائِهِ»
[صحيح البخاري ومسلم]
"Saat aku shalat dan ingin memanjangkan bacaanku,
tiba-tiba aku mendengar tangisan bayi sehingga aku pun memendekkan shalatku,
sebab aku tahu betapa besar rasa cinta dan kasih sayang ibunya sehingga ia
merasa resah dan sedih mendengar tangisan anaknya." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Hadits Malik bin Huwairits; Shalatlah seperti kalian melihatku shalat
13. Rasulullah
sebagai pemimpin negara yang bijaksana.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ} [آل عمران: 159]
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [Ali Imran:159]
Ø
Ummu Hani' bint Abi Thalib radhiyallahu 'anha bertanya
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Ya Rasulullah, saudaraku
Ali ingin membunuh orang yang aku beri perlindungan namanya Fulan bin Hubairah?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«قَدْ أَجَرْنَا مَنْ أَجَرْتِ يَا أُمَّ هَانِئٍ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Kami
akan melindungi orang yang kau beri perlindungan wahai Ummu Hani'.” [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Pemimpin yang baik dan yang buruk
14. Rasulullah
sebagai hakim.
Dari Ummu
Salamah radhiyallahu 'anha - istri Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam -; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ، وَإِنَّكُمْ
تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ، فَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ
مِنْ بَعْضٍ، فَأَقْضِيَ لَهُ عَلَى نَحْوِ مَا أَسْمَعُ مِنْهُ، فَمَنْ قَضَيْتُ
لَهُ بِشَيْءٍ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ، فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْهُ شَيْئًا، فَإِنَّمَا
أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّار»
"Sesungguhnya aku
juga manusia biasa, dan sesungguhnya kalian sering mengadukan perselisihan
kepadaku. Dan bisa jadi diantara kalian ada yang lebih pandai mengungkapan
argumennya dari pada yang lainnya, lalu aku memutuskan sesuai dengan apa yang
aku dengarkan. Maka barangsiapa yang aku tetapkan untuknya sesuatu yang
sebenarnya adalah hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya karena itu
sama halnya aku telah memberinya sesuatu dari neraka". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
15. Rasulullah
sebagai da’i yang cerdas dan penuh hikmah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ
عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
[يوسف: 108]
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik".
[Yusuf:108]
{لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 128]
Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan (Rauf) lagi penyayang (Rahim) terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah:128]
16. Rasulullah
sebagai hamba Allah yang taat.
Al-Mugirah
bin Syu'bah radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mendirikan shalat malam sampai kakinya bengkak, ditanyakan
kepadanya: Kenapa engkau malakukan ini padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Tidakkah
aku pantas menjadi seorang hamba yang bersyukur?” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam - Berkah mengamalkan sunnah Rasulullah dan bahaya menyelisihinya - Kuingin bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...