بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 1 hadits, yang menunjukkan larangan mengharapkan dunia semata dari suatu
amal ibadah.
Firman Allah ta’aalaa:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا
النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [هود:
15-16]
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasaannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan,
mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, serta
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hud: 15 –16]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ، تَعِسَ عَبْدُ
الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيْصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيْلَةِ، إِنْ
أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ، وَإِذَا شِيْكَ
فَلاَ انْتَقَشَ، طُوْبَى لِعَبْدٍ أَخَذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِيْ سَبِيْلِ
اللهِ، أَشْعَثَ رَأْسُهُ، مُغْبَرَّة قَدَمَاهُ، إِنْ كَانِ فِيْ الحِرَاسَةِ
كَانَ فِيْ الحِرَاسَةِ، وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقَةِ كَانَ فِي السَّاقَةِ، إِنْ
اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ، وَإِنْ شَفَّعَ لَمْ يُشَفَّعْ»
“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khamishah, celaka hamba khamilah ([1]), jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang hamba yang memacu kudanya (berjihad di jalan Allah), kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya, bila ia ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos penjagaan, dan bila ditugaskan di garis belakang, dia akan tetap setia di garis belakang, jika ia minta izin (untuk menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan ([2]), dan jika bertindak sebagai pemberi syafaat (sebagai perantara) maka tidak diterima syafaatnya (perantaraannya)”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 7 poin penting:
1.
Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang semestinya
untuk akhirat malah untuk kepentingan duniawi [termasuk syirik dan menjadikan
pekerjaan itu sia-sia tidak diterima oleh Allah].
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ . وَمِنْهُمْ مَنْ
يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ
سَرِيعُ الْحِسَابِ} [البقرة: 200 - 202]
Maka di antara manusia ada orang yang
bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan
tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka
ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". Mereka itulah
orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya. [Al-Baqarah: 200-202]
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ
حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ} [الشورى: 20]
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat
akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki
keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia),
tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat. [Asy-Syura: 20]
Ø
Ummu Habibah radiyallahu
'anha -istri Rasulullah- berdo'a: "Ya .. Allah berilah aku kenikmatan
dengan suamiku Rasulullah dan dengan ayahku Abu Sufyan, dan dengan saudaraku
Mu'awiyah!"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata padanya:
«قَدْ سَأَلْتِ اللهَ لِآجَالٍ مَضْرُوبَةٍ،
وَأَيَّامٍ مَعْدُودَةٍ، وَأَرْزَاقٍ مَقْسُومَةٍ، لَنْ يُعَجِّلَ شَيْئًا قَبْلَ حِلِّهِ،
أَوْ يُؤَخِّرَ شَيْئًا عَنْ حِلِّهِ، وَلَوْ كُنْتِ سَأَلْتِ اللهَ أَنْ يُعِيذَكِ
مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ، أَوْ عَذَابٍ فِي الْقَبْرِ، كَانَ خَيْرًا وَأَفْضَلَ»
[صحيح مسلم]
"Engkau telah meminta
kepada Allah sesuatu yang waktunya pasti datang, sesuatu yang sangat singkat,
dan rezki yang sudah dibagi. Do'amu tidak akan mempercepat sesuatu sebelum
waktunya dan tidak pula dapat menangguhkan sesuatu dari waktunya, seandainya
engkau meminta kepada Allah semoga menjauhkanmu dari siksaan neraka atau
siksaan kubur maka itu akan lebih baik dan lebih mulia". [Sahih Muslim]
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam tidak melarang untuk meminta kepada Allah urusan dunia dan umur yang
panjang, akan tetapi mengajarkan agar jangan lupa meminta urusan akhirat yang
lebih baik.
Lihat: Do’a panjang umur
2.
Penjelasan tentang ayat dalam surat Hud (ayat 15-16).
Ayat ini
menjelaskan tentang hukum orang yang motivasinya hanya kepentingan dan kenikmatan
duniawi, dan akibat yang akan diterimanya baik di dunia maupun di akhirat
nanti. Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ
قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا
أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79) وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ} [القصص: 79، 80]
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya
dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:
"Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang
sabar". [Al-Qashash: 79 - 80]
Ø Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ
وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ
الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَفَرَّقَ
عَلَيْهِ شَمْلَهُ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ» [سنن
الترمذي: صححه الألباني]
"Barangsiapa yang impiannya
adalah akhirat maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan Allah
akan memudahkan urusannya, dan kenikmatan dunia akan datang kepadanya dengan
sendirinya. Dan barangsiapa yang impiannya hanyalah dunia maka Allah akan
menjadikan kefakiran di depan kedua matanya, dan Allah akan mempersulit
urusannya, dan ia tidak akan mendapatkan kenikmatan dunia kecuali apa yang
sudah ditakdirkan untuknya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Lihat: Hakikat kehidupan dunia
3.
Manusia muslim disebut sebagai hamba dinar, hamba dirham,
hamba khamishah dan khamilah [jika menjadikan kesenangan duniawi
sebagai tujuan].
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ
هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ
وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23]
Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? [Al-Jatsiyah:23]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ
يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» يَعْنِي رِيحَهَا [سنن أبى
داود: صححه الألباني]
"Barangsiapa yang menuntu
ilmu yang seharusnya diniatkan demi Allah namun ia tidak mempelajarinya kecuali
untuk mendapatkan kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di
hari kiamat". [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø Dari Ka'b bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ طَلَبَ العِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ العُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ
بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ
اللَّهُ النَّارَ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Barangsiapa yang menuntut ilmu
dengan niat untuk bersaing (berdebat) dengan para ulama atau membanggakannya
(pamer) di hadapan orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan wajah orang-orang
kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka". [Sunan Ibnu Majah:
Hasan]
4.
Tandanya apabila diberi ia senang, dan apabila tidak diberi
ia marah.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي
الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا
هُمْ يَسْخَطُونَ} [التوبة: 58]
Dan di antara mereka ada orang yang
mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari
padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari
padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. [At-Taubah: 58]
{فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ
رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا
إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ} [الفجر:
15 - 16]
Adapun manusia, apabila Tuhannya
mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan
berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".
[Al-Fajr: 15-20]
{وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ
بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ} [الحج: 11]
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di
tepi [tidak dengan penuh keyakinan]; Maka jika ia memperoleh kebajikan,
tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana,
berbaliklah ia ke belakang [kembali kafir lagi]. Rugilah ia di dunia dan di
akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [Al-Hajj: 11]
Lihat: Kiat tegar di atas Musibah
5.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ia
celaka dan tersungkur”.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ
عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ
جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ
وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
(19) كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ
عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا} [الإسراء: 18 - 20]
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki
bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat)
neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan
barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya
dibalas dengan baik. Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang
menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami
berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat
dihalangi. (Al-Isra': 18-20]
{وَيَوْمَ يُعْرَضُ
الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ
الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ
بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ
تَفْسُقُونَ} [الأحقاف: 20]
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang
kafir dihadapkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), “Kamu telah
menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang
(menikmati)nya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan
karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan karena kamu
berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah).” [Al-Ahqaf: 20]
6.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “jika
terkena duri ia tidak bisa mencabutnya”.
7.
Pujian dan sanjungan untuk mujahid yang memiliki
sifat-sifat sebagaimana yang disebut dalam hadits.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«رُبَّ أَشْعَثَ، مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ
لَأَبَرَّهُ»
"Bisa jadi seseorang yang
berpenampilan kumuh, tidak dibukakan pintu (jika minta izin), padahal kalau ia
bersumpah demi Allah, maka Allah langsung mengabukannya!" [Sahih Muslim]
Boleh
melakukan ibadah dengan mengharapkan pahala akhirat dan kenikmatan dunia dari
Allah:
Abu Umamah radhiyallahu'anhu berkata:
أَنْشَأَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَيْشًا، فَأَتَيْتُهُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ لِي بِالشَّهَادَةِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ سَلِّمْهُمْ وَغَنِّمْهُمْ»،
فَغَزَوْنَا فَسَلِمْنَا وَغَنِمْنَا، حَتَّى ذَكَرَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَ:
ثُمَّ أَتَيْتُهُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَتَيْتُكَ تَتْرَى ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَدْعُوَ لِي بِالشَّهَادَةِ، فَقُلْتَ: «اللَّهُمَّ سَلِّمْهُمْ
وَغَنِّمْهُمْ» فَسَلِمْنَا وَغَنِمْنَا، يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمُرْنِي بِعَمَلٍ
أَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ، فَقَالَ: «عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا مِثْلَ لَهُ»،
قَالَ: فَكَانَ أَبُو أُمَامَةَ لَا يُرَى فِي بَيْتِهِ الدُّخَانُ نَهَارًا إِلَّا
إِذَا نَزَلَ بِهِمْ ضَيْفٌ، فَإِذَا رَأَوَا الدُّخَانَ نَهَارًا عَرَفُوا أَنَّهُ
قَدِ اعْتَرَاهُمْ ضَيْفٌ. [صحيح ابن حبان]
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan maka aku mendatangi
beliau, maka aku berkata: Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah untukku
diberi syahadah (mati syahid)! Beliau berdo’a: “Ya Allah berilah ia
keselamatan dan rampasan perang!” Maka kami pergi berperang dan kami selamat
dan membawa rampasan perang. Sampai ia menyebutkan itu tiga kali (meminta
syahadah tap dido’akan selamat).
Kemudian
aku mendatangi beliau dan bertanya: Wahai Rasulullah, sungguh aku mendatangimu
berturut-turut tiga kali, aku memintamu mendo’akan untukku dengan syahadah
namun engkau berdo’a: “Ya Allah berilah ia keselamatan dan rampasan perang!”
Maka kami selamat dan mendapat rampasan perang, Wahai Rasulullah
perintahkanlah aku dengan satu amalan yang bisa memasukkanku ke surga!
Maka
beliau mejawab: “Hendaklah engkau berpuasa, karena itu tiada duanya”.
Perawi
berkata: Maka tidak pernah Abu Umamah terlihat asap di rumah di siang hari
kecuali jika ada tamu yang mengunjungi mereka, maka jika mereka melihat asap di
siang hari mereka mengetahui bahwa ia didatangi oleh tamu. [Shahih Ibnu Hibban]
Lihat:
Pintu-pintu rezki
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (36); Riya’
([1]) Khamishah dan khamilah adalah
pakaian yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau
garis-garis yang menarik dan indah. Maksud ungkapan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dengan sabdanya tersebut ialah untuk menunjukkan orang
yang sangat ambisi dengan kekayaan duniawi, sehingga menjadi hamba harta benda.
Mereka itulah orang-orang yang celaka dan sengsara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...