Senin, 29 November 2021

Tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat musim hujan

بسم الله الرحمن الرحيم

Diantara tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di saat musim hujan:

1.     Meyakini bahwa hujan turun sebagai karunia dan rahmat dari Allah 'azza wajalla.

Zaid bin Khalid Al-Juhainiy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengimami kami pada shalat subuh di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai melaksanakan shalat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda:

«هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: أَصْبَحَ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ»

“Tahukah kalian apakah yang difirmankan oleh Rabb pada kalian?  Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, lalu beliau bersabda: “Dia berfirman: “Pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang yang mengatakan: hujan turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang, sedangkan orang yang mengatakan: hujan turun karena bintang ini dan bintang itu, maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

مُطِرَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَصْبَحَ مِنَ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ، قَالُوا: هَذِهِ رَحْمَةُ اللهِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا " قَالَ: فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (75) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76) إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80) أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (81) وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ} [الواقعة: 75-82] [صحيح مسلم]

"Suatu ketika manusia diberi hujan pada masa Nabi , lalu beliau berkata, "Dengan hujan ini di antara manusia ada yang berubah menjadi hamba yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Sebagian mereka berkata, 'Hujan ini adalah sebuah bukti dari rahmat Allah.' Namun sebagian yang lain berkata, 'Bintang ini dan ini sungguh telah benar'." Ibnu Abbas berkata, "Kemudian turunlah ayat: {Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya Al-Qur'an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur'an), dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya)?} [Al-Waqi'ah: 75-82] [Shahih Muslim]

Larangan meminta hujan kepada selain Allah ‘azza wajalla.

Dari Abu Malik Al Asy’ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ " [صحيح مسلم]

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah mereka tinggalkan: Membangga-banggakan kebesaran leluhurnya, mencela keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan meratapi orang mati”. [Shahih Muslim]

2.     Membasahi tubuh dengan hujan dan mengharap keberkahan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ} [ق : 9]

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya (berberkah), lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. [Qaaf: 9]

Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata;

أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى» [صحيح مسلم]

Kami diguyur hujan ketika bersama Rasulullah , beliau membuka pakaiannya sehingga terkena hujan, lalu kami pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan hal itu?" beliau menjawab, "Karena hujan ini baru saja turun dari Tuhannya ta'ala." [Shahih Muslim]

3.     Membaca do’a waktu turun hujan dan mengharap rahmat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (48) لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا (49) وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا} [الفرقان: 48 - 50]

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran; tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat). [Al-Furqan: 48-50]

Ø  'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata;

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى المَطَرَ، قَالَ: «اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا» [صحيح البخاري]

“Bahwa jika Rasulullah melihat hujan, maka beliau berdoa: (Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat)." [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain;

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الرِّيحِ وَالْغَيْمِ، عُرِفَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ، وَأَقْبَلَ وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ سُرَّ بِهِ، وَذَهَبَ عَنْهُ ذَلِكَ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: «إِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَكُونَ عَذَابًا سُلِّطَ عَلَى أُمَّتِي»، وَيَقُولُ، إِذَا رَأَى الْمَطَرَ: «رَحْمَةٌ» [صحيح مسلم]

Apabila ada angin bertiup kencang sekali, maka hal itu dapat diketahui dari wajah beliau , beliau bolak-balik ke depan dan ke belakang. Dan ketika hujan turun, maka beliau pun senang dan hilanglah kekhawatirannya. Aisyah berkata; Maka saya pun menanyakan hal itu pada beliau, beliau menjawab, "Saya khawatir, bisa jadi hal itu akan menjadi azab yang ditimpakan kepada umatku." Dan ketika melihat hujan beliau bersabda, "(ini adalah) rahmat." [Shahih Muslim]

4.     Memperbanyak do’a ketika turun hujan.

Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ثِنْتَانِ لاَ تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ : الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَوَقْتُ الْمَطَرِ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

"Dua do'a yang tidak ditolak atau jarang ditolak; do'a ketika azan shalat, dan ketika turun hujan". [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

" تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَيُسْتَجَابُ الدُّعَاءُ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاطِنَ: عِنْدَ الْتِقَاءِ الصُّفُوفِ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَعِنْدَ نُزُولِ الْغَيْثِ، وَعِنْدَ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ، وَعِنْدَ رُؤْيَةِ الْكَعْبَةِ " [المعجم الكبير للطبراني: حسن لغيره]

“Pintu-pintu langit dibuka, dan dianjurkan berdo’a pada empat keadaan: Ketika pasukan bertempur di jalan Allah, ketika turun hujan, ketika mendirikan shalat, dan ketika melihat ka’bah”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]

Ø  Dari Makhul –rahimahullah-; Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berabda:

«اطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ، ونُزُولِ الْغَيْثِ» [معرفة السنن والآثار: مرسل حسن لغيره]

“Cari terkabulnya do’a ketika pasukan bertempur, shalat didirikan, dan turun hujan”. [Ma’rifatus Sunan wal Atsar karya Al-Baihaqiy: Mursal, hasan ligairih]

5.     Berdo’a ketika hujan turun terlalu lebat.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

أَصَابَتْ النَّاسَ سَنَةٌ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَ الْمَالُ وَجَاعَ الْعِيَالُ، فَادْعُ اللَّهَ لَنَا! فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ قَزَعَةً فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا وَضَعَهَا حَتَّى ثَارَ السَّحَابُ أَمْثَالَ الْجِبَالِ، ثُمَّ لَمْ يَنْزِلْ عَنْ مِنْبَرِهِ حَتَّى رَأَيْتُ الْمَطَرَ يَتَحَادَرُ عَلَى لِحْيَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمُطِرْنَا يَوْمَنَا ذَلِكَ وَمِنْ الْغَدِ وَبَعْدَ الْغَدِ وَالَّذِي يَلِيهِ حَتَّى الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى، وَقَامَ ذَلِكَ الْأَعْرَابِيُّ -أَوْ قَالَ: غَيْرُهُ- فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَهَدَّمَ الْبِنَاءُ وَغَرِقَ الْمَالُ، فَادْعُ اللَّهَ لَنَا! فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا» فَمَا يُشِيرُ بِيَدِهِ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنْ السَّحَابِ إِلَّا انْفَرَجَتْ وَصَارَتْ الْمَدِينَةُ مِثْلَ الْجَوْبَةِ، وَسَالَ الْوَادِي قَنَاةُ شَهْرًا وَلَمْ يَجِئْ أَحَدٌ مِنْ نَاحِيَةٍ إِلَّا حَدَّثَ بِالْجَوْدِ [صحيح البخاري ومسلم]

Orang-orang ditimpa musibah kekeringan di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka sewaktu Rasulullah khutbah pada hari jum'at seorang a'raby berdiri dan berkata: Ya Rasulullah, semua harta telah musnah, dan keluarga kelaparan, berdo'alah kepada Allah untuk kami.

Maka Rasulullah mengangkat kedua tangannya, dan kami tidak melihat sedikitpun mendung, lalu demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, beliau tidak menurun kan kedua tangannya sampai awan menggumpal seperti gunung, kemudian beliau tidak turun dari mimbar sampai aku melihat hujan bercucuran dari jenggotnya.

Lalu kami dihujani pada hari itu, besok dan besoknya lagi, sampai datang hari jum'at berikutnya, dan a'raby itu kembali berdiri dan berkata: Ya Rasulullah, bangunan telah runtuh, dan harta benda tenggelam, berdo'alah kepada Allah untuk kami.

Maka Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berkata: “Ya Allah jadikanlah hujan ini di sekitar kami dan jangan di atas (membahayakan) kami”.

Kemudian Rasulullah tidak menunjuki awan ke satu arah kecuali bergeser dan Madinah mejadi seperti lingkaran yang dikelilingi awan, dan air mengalid di wadi selama sebulan dan tidak seorang pun yang datang dari satu tempat kecuali mengisahkan hujan deras ini. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

«اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ، وَالجِبَالِ، وَالآجَامِ، وَالظِّرَابِ، وَالأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Ya Allah turunkanlah di atas bukit-bukit, gunung, hutan, anak bukit, lembah yang luas, serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan." [Sahih Bukhari dan Muslim]

6.     Berdzikir di pagi hari dan petang.

Abdullah bin Khubaib radhiyallahu 'anhu berkata:

خَرَجْنَا فِي لَيْلَةِ مَطَرٍ، وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ، نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا، فَأَدْرَكْنَاهُ، فَقَالَ: أَصَلَّيْتُمْ؟ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا، فَقَالَ: «قُلْ» فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا، ثُمَّ قَالَ: «قُلْ» فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا، ثُمَّ قَالَ: «قُلْ» فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «قُلْ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ، حِينَ تُمْسِي، وَحِينَ تُصْبِحُ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ» [سنن أبي داود: حسن]

Kami keluar rumah pada malam hari saat turun hujan dan sangat gelap, kami mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat mengimami kami. Kemudian kami menemuinya dan beliau bersabda: "Apakah kalian sudah shalat?" Maka aku tidak mengatakan sesuatu, kemudian beliau bersabda: Bacalah! Maka aku tidak mengatakan sesuatu, kemudian beliau bersabda: Bacalah! Maka aku tidak mengatakan sesuatu, kemudian beliau bersabda: Bacalah! Maka aku bertanya: Ya Rasulallah apa yang harus aku baca? Beliau bersabda: “Bacalah surah Al-Ikhlash, surah Al-Falaq, dan surah An-Naas ketika engkau memasuki waktu sore dan ketika engkau memasuki waktu pagi sebanyak tiga kali, maka ia akan mencukupimu dari segala sesuatu". [Sunan Abi Daud: Hasan]

7.     Berdo’a ketika melihat angin kencang.

Aisyah radhiyallahu 'anha -istri Nabi - berkata;

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَصَفَتِ الرِّيحُ، قَالَ: «اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا فِيهَا، وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ»، قَالَتْ: وَإِذَا تَخَيَّلَتِ السَّمَاءُ، تَغَيَّرَ لَوْنُهُ، وَخَرَجَ وَدَخَلَ، وَأَقْبَلَ وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ، سُرِّيَ عَنْهُ، فَعَرَفْتُ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: " لَعَلَّهُ، يَا عَائِشَةُ كَمَا قَالَ قَوْمُ عَادٍ: {فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا} [الأحقاف: 24] " [صحيح مسلم]

Apabila ada angin bertiup kencang sekali, maka Nabi biasanya membaca, (Ya Allah, sungguh, aku memohon kepada-Mu kebaikan angin, kebaikan yang dikandungnya, dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang ada di dalamnya dan keburukan yang dibawanya)." Apabila langit gelap berawan, maka beliau akan kelihatan pucat, keluar masuk rumah, ke depan dan ke belakang. Dan jika hujan turun, beliau pun merasa lega, dan hal itu dapat diketahui dari raut wajahnya. Aisyah berkata; Saya menanyakan hal itu pada beliau, maka beliau berkata, "Wahai Aisyah, kalau cuaca seperti ini, saya khawatir jangan-jangan akan terjadi seperti apa yang diungkapkan oleh kaum 'Aad, {'Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.}" [Al-Ahqaf: 24] [Shahih Muslim]

Ø  Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika angin bertiup kencang, beliau berdo’a:

«اللَّهُمَّ لَقْحًا لَا عَقِيمًا». [صحيح ابن حبان]

“Ya Allah, jadikanlah angin ini membawa manfaat dan bukan yang tidak bermanfaat”. [Shahih Ibnu Hibban]

8.     Tidak mencela dan mencaci angin.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«الرِّيحُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ، فَرَوْحُ اللَّهِ تَأْتِي بِالرَّحْمَةِ، وَتَأْتِي بِالْعَذَابِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَلَا تَسُبُّوهَا، وَسَلُوا اللَّهَ خَيْرَهَا، وَاسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Angin itu dari rahmat Allah. Terkadang angin datang bersama rahmat Allah dan terkadang datang dengan membawa siksa. Maka jika kalian melihatnya janganlah mencela, mohonlah kepada Allah akan kebaikannya, dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

إِنَّ رَجُلًا نَازَعَتْهُ الرِّيحُ رِدَاءَهُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَعَنَهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَلْعَنْهَا، فَإِنَّهَا مَأْمُورَةٌ، وَإِنَّهُ مَنْ لَعَنَ شَيْئًا لَيْسَ لَهُ بِأَهْلٍ رَجَعَتِ اللَّعْنَةُ عَلَيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Pada masa Nabi ada seorang laki-laki yang selendangnya diterbangkan oleh angin, lalu ia melaknat angit tersebut. Maka Nabi bersabda, "Jangan engkau melaknatnya, karena sesungguhnya ia diperintah. Sungguh, orang yang melaknat sesuatu padahal ia tidak pantas mendapatkan laknat, maka laknat tersebut akan kembali kepada dirinya sendiri." [Sunan Abi Daud: Shahih]

9.     Berdo’a ketika mendengar guntur.

Dari Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu 'anhuma; Bahwasanya jika ia mendengar guntur, ia menghentikan pembicaraan dan berdo’a:

"سُبْحَانَ الَّذِي {يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ}" [الرعد: 13]

Maha Suci Dzat Yang  {guruh guntur bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya} [Ar-Ra'd: 13]

Kemudian berkata:

"إِنَّ هَذَا لَوَعِيدٌ شَدِيدٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ" [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]

“Sesungguhnya ini adalah ancaman keras untuk penghuni bumi”. [Al-Adabul Mufrad karya Al-Bukhariy: Shahih]

10. Memberi keringanan untuk tidak hadir shalat Jum’at dan jama’ah.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan kepada muadzinnya ketika turun hujan:

" إِذَا قُلْتَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، فَلَا تَقُلْ: حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، قُلْ: صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ "، قَالَ: فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا ذَاكَ، فَقَالَ: «أَتَعْجَبُونَ مِنْ ذَا، قَدْ فَعَلَ ذَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي، إِنَّ الْجُمُعَةَ عَزْمَةٌ، وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُوا فِي الطِّينِ وَالدَّحْضِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Jika engkau telah mengucapkan "Asyhadu an laa ilaaha illallaah, asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" maka janganlah kamu mengucapkan "Hayya alash shalaah" namun ucapkanlah “shalluu fii buyuutikum” (Shalatlah kalian di rumah kalian)."

Ternyata orang-orang sepertinya tidak menyetujui hal ini, maka Abdullah bin Abbas berkata, "Apakah kalian merasa heran terhadap ini semua? Padahal yang demikian pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku (maksudnya Rasulullah ). Shalat Jumat memang wajib, namun aku tidak suka jika harus membuat kalian sulit sehingga kalian berjalan di lumpur dan comberan." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma pernah mengumandangkan azan pada suatu hari yang dingin dan berangin. Kemudian ia berkata, "Shalatlah di tempat tinggal kalian." Ia melanjutkan perkataannya:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ المُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ ذَاتُ بَرْدٍ وَمَطَرٍ، يَقُولُ: «أَلاَ صَلُّوا فِي الرِّحَالِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Jika malam sangat dingin dan hujan Rasulullah memerintahkan seorang muadzin untuk mengucapkan, "Hendaklah kalian shalat di tempat tinggal kalian." [Shahih Bukhari dan Muslim]

11. Jika barang jualan cacat karena terkena hujan maka harus dijelaskan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا، فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا فَقَالَ: «مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ؟» قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ، مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي» [صحيح مسلم]

Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau pun bertanya: "Apa ini wahai pemilik makanan?"

Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah."

Beliau bersabda: "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas makanan agar manusia dapat melihatnya. Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (30); Menisbatkan turunya hujan kepada bintang - Waktu Mustajab - Zikir pagi dan sore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...