Senin, 02 Agustus 2021

Syarah Kitab Tauhid bab (30); Menisbatkan turunya hujan kepada bintang

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat, dan 3 hadits yang menyebutkan larangan menisbatkan turunya hujan kepada bintang.

Firman Allah ta’aalaa:

{وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ} [الواقعة: 82]

“Dan kalian membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mendustakannya.” [Al-Waqi’ah: 82]

a)       Dari Abu Malik Al Asy’ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ " وَقَالَ: «النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ» [صحيح مسلم]

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah mereka tinggalkan: Membangga-banggakan kebesaran leluhurnya, mencela keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan meratapi orang mati”. Lalu beliau bersabda: “Wanita yang meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertubat maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” [Shahih Muslim]

b)      Zaid bin Khalid radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengimami kami pada shalat subuh di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai melaksanakan shalat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda:

«هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: أَصْبَحَ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ»

“Tahukah kalian apakah yang difirmankan oleh Rabb pada kalian?  Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, lalu beliau bersabda: “Dia berfirman: “Pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang yang mengatakan: hujan turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang, sedangkan orang yang mengatakan: hujan turun karena bintang ini dan bintang itu, maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

c)       Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

مُطِرَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَصْبَحَ مِنَ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ، قَالُوا: هَذِهِ رَحْمَةُ اللهِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا " قَالَ: فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (75) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76) إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80) أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (81) وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ} [الواقعة: 75-82] [صحيح مسلم]

"Suatu ketika manusia diberi hujan pada masa Nabi , lalu beliau berkata, "Dengan hujan ini di antara manusia ada yang berubah menjadi hamba yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Sebagian mereka berkata, 'Hujan ini adalah sebuah bukti dari rahmat Allah.' Namun sebagian yang lain berkata, 'Bintang ini dan ini sungguh telah benar'." Ibnu Abbas berkata, "Kemudian turunlah ayat: {Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya Al-Qur'an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur'an), dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya)?} [Al-Waqi'ah: 75-82] [Shahih Muslim]

Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 10 poin penting:

  1. Penjelasan tentang maksud ayat dalam surat Al-Waqi’ah.

Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang musyrik atas kekafiran mereka terhadap ni’mat yang dikaruniakan Allah dengan menisbatkan turunnya hujan atau datangnya nikmat kepada bintang atau makhluk lain; dan Allah menyatakan bahwa perkatan ini dusta dan tidak benar, karena turunnya hujan dan segala nikmat adalah karunia dan rahmat dari-Nya semata.

  1. Menyebutkan adanya empat perkara yang termasuk perbuatan jahiliyah.

Yaitu:

a.       Membangga-banggakan kebesaran leluhurnya.

Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu- berkata; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ»

“Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya, maka nasabnya tidak akan mempercepatnya (dalam perhitungan amal).” [Shahih Muslim]

b.      Mencela keturunan.

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، وَهُوَ يَعْلَمُ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang mengaku anak kepada selain bapaknya sedangkan ia tahu, maka surga haram untuk dia”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  'Amr bin Kharijah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi bersabda:

«مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ رَغْبَةً عَنْهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا» [سنن الترمذي: صحيح]

“Barangsiapa yang bernasab kepada selain bapaknya atau berwali kepada selain walinya karena benci terhadap mereka, maka laknat Allah akan tertimpa atasnya dan Allah tidak akan menerima darinya, baik itu amalan sunnah atau pun amalan wajib." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

c.       Mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu.

d.      Meratapi orang mati.

Termasu perkara jahiliyah adalah menghina keturunan orang lain.

Al-Ma'rur bin Suwaid radhiyallahu 'anhu berkata:

مَرَرْنَا بِأَبِي ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ وَعَلَى غُلَامِهِ مِثْلُهُ، فَقُلْنَا: يَا أَبَا ذَرٍّ لَوْ جَمَعْتَ بَيْنَهُمَا كَانَتْ حُلَّةً، فَقَالَ: إِنَّهُ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ رَجُلٍ مِنْ إِخْوَانِي كَلَامٌ، وَكَانَتْ أُمُّهُ أَعْجَمِيَّةً، فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ، فَشَكَانِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَقِيتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ سَبَّ الرِّجَالَ سَبُّوا أَبَاهُ وَأُمَّهُ، قَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ، هُمْ إِخْوَانُكُمْ، جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ، فَأَطْعِمُوهُمْ مِمَّا تَأْكُلُونَ، وَأَلْبِسُوهُمْ مِمَّا تَلْبَسُونَ، وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Kami pernah melewati Abu Dzar di Rabdzah, saat itu dia mengenakan kain burdah, sebagaimana dia, budaknya juga mengenakan pakaian yang sama. Kami lalu bertanya, "Wahai Abu Dzar, sekiranya kamu menggabungkan dua kain burdah itu, tentu akan menjadi pakaian yang lengkap." Kemudian dia berkata, "Dahulu aku pernah adu mulut dengan saudaraku (seiman), ibunya adalah orang 'Ajam (non Arab), lalu aku mengejek ibunya hingga ia pun mengadu kepada Nabi . Ketika aku berjumpa dengan Nabi , beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, sungguh dalam dirimu masih terdapat sifat jahiliah." Maka aku membantah, "Wahai Rasulullah, barangsiapa mencela laki-laki, maka mereka (para lelaki itu) akan mencela bapak dan ibunya." Beliau bersabda lagi, "Wahai Abu Dzar, sungguh dalam dirimu masih terdapat sifat jahiliah, mereka semua adalah saudara-saudaramu yang dijadikan Allah tunduk di bawah kekuasaanmu. Oleh karena itu, berilah mereka makan sebagaimana yang kamu makan, berilah mereka pakaian sebagaimana pakaian yang kamu kenakan, dan janganlah kamu membebani mereka di luar kemampuannya. Jika kamu memberikan beban kepada mereka, maka bantulah mereka." [Shahih Bukhari dan Muslim]

  1. Pernyataan bahwa sebagian di antaranya termasuk perbuatan kufur.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

" اثْنَتَانِ فِي النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ " [صحيح مسلم]

"Pada manusia ada dua hal yang menjadikan mereka kafir; Mencela nasab dan meratapi mayit." [Shahih Muslim]

  1. Kufur itu ada yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Mencerca orang muslim adalah fasiq dan memeranginya adalah kufur". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jarir radhiyallahu 'anhu, Nabi bersabda waktu haji wada':

«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Janganlah kalian kembali menjadi kafir, karena kalian saling membunuh satu sama lain." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Kafir yang dimaksud adalah kafir (mengingkari) nikmat atau membunuh karena menghalalkan darah seorang muslim, karena Allah dan RasulNya masih menyebut mereka dengan sifat iman:

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا} [الحجرات: 9]

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! [Al-Hujuraat: 9]

Ø  Abu Bakrah radhiallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ»

"Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka".

Aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?"

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Dia juga sebelumnya sangat ingin membunuh temannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

  1. Diantara dalilnya adalah firman Allah yang disabdakan oleh Nabi dalam hadits qudsinya: “Pagi ini, di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir …” disebabkan turunnya ni’mat hujan.

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

" أَلَمْ تَرَوْا إِلَى مَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالَ: مَا أَنْعَمْتُ عَلَى عِبَادِي مِنْ نِعْمَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِهَا كَافِرِينَ. يَقُولُونَ الْكَوَاكِبُ وَبِالْكَوَاكِبِ " [صحيح مسلم]

"Tidakkah kalian melihat sesuatu yang difirmankan oleh Rabb kalian? Dia berfirman, 'Tidaklah Aku memberikan nikmat (hujan) kepada hamba-Ku melainkan sebagian mereka menjadi kafir dengannya. Mereka berkata, 'Bintang (yang memberikannya) dan berasal dari bintang." [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain; Rasulullah bersabda:

" مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ بَرَكَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنَ النَّاسِ بِهَا كَافِرِينَ، يُنْزِلُ اللهُ الْغَيْثَ فَيَقُولُونَ: الْكَوْكَبُ كَذَا وَكَذَا "

"Tidaklah Allah menurunkan dari langit sebagian keberkahan (hujan) melainkan sebagian manusia menjadi kafir. Ketika Allah menurunkan hujan, maka mereka berkata, 'Bintang ini dan bintang itu (menyebabkan hujan)."

Ø  Dalam riwayat lain;

«بِكَوْكَبِ كَذَا وَكَذَا» [صحيح مسلم]

"Disebabkan oleh bintang ini dan itu." [Shahih Muslim]

  1. Perlu pemahaman yang mendalam tentang iman dalam kasus tersebut.
  2. Begitu juga tentang kufur dalam kasus tersebut.

Lihat: Keimanan dan kekafiran

  1. Di antara pengertian kufur, adalah ucapan salah seorang dari mereka: “Sungguh telah benar bintang ini atau bintang itu.”
  2. Metode pengajaran kepada orang yang tidak mengerti masalah dengan melontarkan suatu pertanyaan, seperti sabda beliau: “Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kepada kalian?

Dari Abu Hurairah; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ فِي رَوْضَةٍ، وَيُرَحَّبُ لَهُ قَبْرُهُ سَبْعِينَ ذِرَاعًا، وَيُنَوَّرُ لَهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، أَتَرَوْنَ فِيمَا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ»: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا، وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى} [طه: 124]، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْمَعِيشَةُ الضَّنْكُ؟»، قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «عَذَابُ الْكَافِرِ فِي قَبْرِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ لَيُسَلَّطُ عَلَيْهِمْ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ تِنِّينًا، أَتَدْرُونَ مَا التِّنِّينُ؟»، قَالَ: «تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ حَيَّةً لِكُلِّ حَيَّةٍ سَبْعَةُ رُءُوسٍ يَنْفُخُونَ فِي جِسْمِهِ وَيَلْسَعُونَهُ، وَيَخْدِشُونَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ» [مسند أبي يعلى الموصلي: حسن]

"Sesungguhnya seorang Mukmin dalam kuburnya berada di taman yang hijau. Diluaskan kuburnya tujuh puluh hasta dan diterangkan kuburnya seperti malam dengan langit purnama. Tahukah kalian tentang apakah ayat ini turun? {Maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta} [Thaha: 124] Tahukah kalian apa itu kehidupan yang sempit? Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Yaitu azab orang kafir di kuburnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, dia akan diserang oleh sembilan puluh sembilan naga. Tahukah kalian apa itu naga? Yaitu sembilan puluh sembilan ular, setiap ular memiliki tujuh kepala yang meniup pada badannya, mengigitnya, dan mengoyaknya sampai hari kiamat." [Musnad Abi Ya’la: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya:

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَال: َ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ. قِيل: َ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُول؟ ُ قَال: َ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَه، ُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Tahukah kamu, apakah ghibah itu?”

Para sahabat menjawab; 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.'

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.'

Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan’?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.' [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya:

«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»

“Tahukah kalian apa itu bangkrut?”

Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!

Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini, memakan harta si Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul si Ini. Maka pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka". [Sahih Muslim]

  1. Ancaman bagi wanita yang meratapi orang mati.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (29); Ilmu Nujum (Perbintangan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...