بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat, dan 3 hadits yang menyebutkan
larangan menisbatkan turunya hujan kepada
bintang.
Firman Allah ta’aalaa:
{وَتَجْعَلُونَ
رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ} [الواقعة: 82]
“Dan kalian membalas rizki (yang telah
dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mendustakannya.” [Al-Waqi’ah: 82]
a) Dari Abu Malik Al Asy’ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" أَرْبَعٌ فِي
أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي
الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ،
وَالنِّيَاحَةُ " وَقَالَ: «النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ
مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ،
وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ» [صحيح مسلم]
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang
termasuk perbuatan jahiliyah yang susah mereka tinggalkan: Membangga-banggakan
kebesaran leluhurnya, mencela keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada
bintang tertentu, dan meratapi orang mati”. Lalu beliau bersabda: “Wanita yang
meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertubat maka ia akan dibangkitkan
pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan
tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” [Shahih Muslim]
b) Zaid bin Khalid radhiyallahu 'anhu berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengimami kami pada shalat subuh
di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai melaksanakan shalat,
beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda:
«هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: أَصْبَحَ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ،
فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ
بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا
وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ
مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ»
“Tahukah kalian apakah yang difirmankan
oleh Rabb pada kalian? Mereka menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, lalu beliau bersabda: “Dia berfirman: “Pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku
yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang yang mengatakan: hujan
turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepada-Ku dan
kafir kepada bintang, sedangkan orang yang mengatakan: hujan turun karena
bintang ini dan bintang itu, maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman
kepada bintang”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
c) Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
مُطِرَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَصْبَحَ مِنَ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ،
قَالُوا: هَذِهِ رَحْمَةُ اللهِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا
وَكَذَا " قَالَ: فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ
النُّجُومِ (75) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76) إِنَّهُ
لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا
الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80) أَفَبِهَذَا
الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (81) وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ
تُكَذِّبُونَ} [الواقعة: 75-82] [صحيح مسلم]
"Suatu ketika manusia diberi hujan
pada masa Nabi ﷺ, lalu beliau berkata,
"Dengan hujan ini di antara manusia ada yang berubah menjadi hamba yang
bersyukur dan ada pula yang kufur. Sebagian mereka berkata, 'Hujan ini adalah
sebuah bukti dari rahmat Allah.' Namun sebagian yang lain berkata, 'Bintang ini
dan ini sungguh telah benar'." Ibnu Abbas berkata, "Kemudian turunlah
ayat: {Lalu
Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu
benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya
Al-Qur'an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak
ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan
seluruh alam. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur'an), dan kamu
menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya)?}
[Al-Waqi'ah: 75-82] [Shahih Muslim]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 10 poin penting:
- Penjelasan tentang maksud ayat
dalam surat Al-Waqi’ah.
Dalam ayat ini
Allah mencela orang-orang musyrik atas kekafiran mereka terhadap ni’mat yang
dikaruniakan Allah dengan menisbatkan turunnya hujan atau datangnya nikmat kepada
bintang atau makhluk lain; dan Allah menyatakan bahwa perkatan ini dusta dan
tidak benar, karena turunnya hujan dan segala nikmat adalah karunia dan rahmat
dari-Nya semata.
- Menyebutkan adanya empat perkara
yang termasuk perbuatan jahiliyah.
Yaitu:
a.
Membangga-banggakan kebesaran leluhurnya.
Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-
berkata; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
«مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ
بِهِ نَسَبُهُ»
“Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya,
maka nasabnya tidak akan mempercepatnya (dalam perhitungan amal).” [Shahih
Muslim]
b.
Mencela keturunan.
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، وَهُوَ
يَعْلَمُ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang mengaku anak kepada
selain bapaknya sedangkan ia tahu, maka surga haram untuk dia”. [Sahih Bukhari
dan Muslim]
Ø 'Amr bin Kharijah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi
ﷺ bersabda:
«مَنْ ادَّعَى إِلَى
غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ رَغْبَةً عَنْهُمْ
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا»
[سنن الترمذي: صحيح]
“Barangsiapa yang bernasab kepada selain
bapaknya atau berwali kepada selain walinya karena benci terhadap mereka, maka
laknat Allah akan tertimpa atasnya dan Allah tidak akan menerima darinya, baik
itu amalan sunnah atau pun amalan wajib." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
c.
Mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu.
d.
Meratapi orang mati.
Termasu
perkara jahiliyah adalah menghina keturunan orang lain.
Al-Ma'rur bin Suwaid radhiyallahu
'anhu berkata:
مَرَرْنَا بِأَبِي ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ
وَعَلَيْهِ بُرْدٌ وَعَلَى غُلَامِهِ مِثْلُهُ، فَقُلْنَا: يَا أَبَا ذَرٍّ لَوْ
جَمَعْتَ بَيْنَهُمَا كَانَتْ حُلَّةً، فَقَالَ: إِنَّهُ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ
رَجُلٍ مِنْ إِخْوَانِي كَلَامٌ، وَكَانَتْ أُمُّهُ أَعْجَمِيَّةً، فَعَيَّرْتُهُ
بِأُمِّهِ، فَشَكَانِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَلَقِيتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «يَا أَبَا
ذَرٍّ، إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ
سَبَّ الرِّجَالَ سَبُّوا أَبَاهُ وَأُمَّهُ، قَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ
امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ، هُمْ إِخْوَانُكُمْ، جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ
أَيْدِيكُمْ، فَأَطْعِمُوهُمْ مِمَّا تَأْكُلُونَ، وَأَلْبِسُوهُمْ مِمَّا
تَلْبَسُونَ، وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ
فَأَعِينُوهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kami pernah melewati Abu Dzar di
Rabdzah, saat itu dia mengenakan kain burdah, sebagaimana dia, budaknya juga
mengenakan pakaian yang sama. Kami lalu bertanya, "Wahai Abu Dzar,
sekiranya kamu menggabungkan dua kain burdah itu, tentu akan menjadi pakaian
yang lengkap." Kemudian dia berkata, "Dahulu aku pernah adu mulut
dengan saudaraku (seiman), ibunya adalah orang 'Ajam (non Arab), lalu aku
mengejek ibunya hingga ia pun mengadu kepada Nabi ﷺ.
Ketika aku berjumpa dengan Nabi ﷺ,
beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, sungguh dalam dirimu masih terdapat
sifat jahiliah." Maka aku membantah, "Wahai Rasulullah, barangsiapa
mencela laki-laki, maka mereka (para lelaki itu) akan mencela bapak dan
ibunya." Beliau bersabda lagi, "Wahai Abu Dzar, sungguh dalam dirimu
masih terdapat sifat jahiliah, mereka semua adalah saudara-saudaramu yang
dijadikan Allah tunduk di bawah kekuasaanmu. Oleh karena itu, berilah mereka
makan sebagaimana yang kamu makan, berilah mereka pakaian sebagaimana pakaian
yang kamu kenakan, dan janganlah kamu membebani mereka di luar kemampuannya.
Jika kamu memberikan beban kepada mereka, maka bantulah mereka." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
- Pernyataan bahwa sebagian di antaranya termasuk perbuatan kufur.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
" اثْنَتَانِ فِي
النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ وَالنِّيَاحَةُ عَلَى
الْمَيِّتِ " [صحيح مسلم]
"Pada manusia ada dua hal yang
menjadikan mereka kafir; Mencela nasab dan meratapi mayit." [Shahih
Muslim]
- Kufur itu ada yang tidak
mengeluarkan seseorang dari Islam.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Mencerca orang muslim adalah
fasiq dan memeranginya adalah kufur". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Jarir radhiyallahu 'anhu, Nabi ﷺ bersabda waktu
haji wada':
«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ
بَعْضٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Janganlah kalian kembali
menjadi kafir, karena kalian saling membunuh satu sama lain." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Kafir yang dimaksud adalah kafir (mengingkari)
nikmat atau membunuh karena menghalalkan darah seorang muslim, karena Allah dan
RasulNya masih menyebut mereka dengan sifat iman:
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا} [الحجرات: 9]
Dan kalau ada dua golongan dari mereka
yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!
[Al-Hujuraat: 9]
Ø Abu Bakrah radhiallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ
وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ»
"Jika dua orang muslim saling
bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang
terbunuh dan membunuh masuk neraka".
Aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah,
ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Dia juga sebelumnya sangat
ingin membunuh temannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
- Diantara dalilnya adalah firman
Allah yang disabdakan oleh Nabi dalam hadits qudsinya: “Pagi ini, di
antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir
…” disebabkan turunnya ni’mat hujan.
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu
berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
" أَلَمْ تَرَوْا
إِلَى مَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالَ: مَا أَنْعَمْتُ عَلَى عِبَادِي مِنْ نِعْمَةٍ
إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِهَا كَافِرِينَ. يَقُولُونَ الْكَوَاكِبُ
وَبِالْكَوَاكِبِ " [صحيح مسلم]
"Tidakkah kalian melihat sesuatu yang
difirmankan oleh Rabb kalian? Dia berfirman, 'Tidaklah Aku memberikan nikmat (hujan)
kepada hamba-Ku melainkan sebagian mereka menjadi kafir dengannya. Mereka
berkata, 'Bintang (yang memberikannya) dan berasal dari bintang." [Shahih
Muslim]
Ø Dalam riwayat lain; Rasulullah ﷺ
bersabda:
" مَا أَنْزَلَ
اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ بَرَكَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنَ النَّاسِ بِهَا
كَافِرِينَ، يُنْزِلُ اللهُ الْغَيْثَ فَيَقُولُونَ: الْكَوْكَبُ كَذَا وَكَذَا
"
"Tidaklah Allah menurunkan dari langit
sebagian keberkahan (hujan) melainkan sebagian manusia menjadi kafir. Ketika
Allah menurunkan hujan, maka mereka berkata, 'Bintang ini dan bintang itu
(menyebabkan hujan)."
Ø Dalam riwayat lain;
«بِكَوْكَبِ كَذَا
وَكَذَا» [صحيح مسلم]
"Disebabkan oleh bintang ini dan
itu." [Shahih Muslim]
- Perlu pemahaman yang mendalam
tentang iman dalam kasus tersebut.
- Begitu juga tentang kufur dalam
kasus tersebut.
Lihat: Keimanan dan kekafiran
- Di antara pengertian kufur,
adalah ucapan salah seorang dari mereka: “Sungguh telah benar bintang ini
atau bintang itu.”
- Metode pengajaran kepada orang
yang tidak mengerti masalah dengan melontarkan suatu pertanyaan, seperti
sabda beliau: “Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kepada
kalian?
Dari Abu Hurairah; Rasulullah -shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«الْمُؤْمِنُ فِي
قَبْرِهِ فِي رَوْضَةٍ، وَيُرَحَّبُ لَهُ قَبْرُهُ سَبْعِينَ ذِرَاعًا،
وَيُنَوَّرُ لَهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، أَتَرَوْنَ فِيمَا أُنْزِلَتْ
هَذِهِ الْآيَةُ»: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا، وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَعْمَى} [طه: 124]، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا
الْمَعِيشَةُ الضَّنْكُ؟»، قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:
«عَذَابُ الْكَافِرِ فِي قَبْرِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ
لَيُسَلَّطُ عَلَيْهِمْ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ تِنِّينًا، أَتَدْرُونَ مَا
التِّنِّينُ؟»، قَالَ: «تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ حَيَّةً لِكُلِّ حَيَّةٍ سَبْعَةُ
رُءُوسٍ يَنْفُخُونَ فِي جِسْمِهِ وَيَلْسَعُونَهُ، وَيَخْدِشُونَهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ» [مسند أبي يعلى الموصلي: حسن]
"Sesungguhnya seorang Mukmin dalam
kuburnya berada di taman yang hijau. Diluaskan kuburnya tujuh puluh hasta dan
diterangkan kuburnya seperti malam dengan langit purnama. Tahukah kalian
tentang apakah ayat ini turun? {Maka sesungguhnya baginya kehidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta}
[Thaha: 124] Tahukah kalian apa itu kehidupan yang sempit? Mereka menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Yaitu azab
orang kafir di kuburnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, dia akan
diserang oleh sembilan puluh sembilan naga. Tahukah kalian apa itu naga? Yaitu sembilan
puluh sembilan ular, setiap ular memiliki tujuh kepala yang meniup pada
badannya, mengigitnya, dan mengoyaknya sampai hari kiamat." [Musnad Abi
Ya’la: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya:
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ!
قَال: َ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ. قِيل: َ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي
أَخِي مَا أَقُول؟ ُ قَال: َ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَه، ُ
وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kamu, apakah ghibah itu?”
Para sahabat menjawab; 'Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu.'
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu
yang tidak ia sukai.'
Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah,
bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai
dengan yang saya ucapkan’?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata: 'Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti
kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada
padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.' [Shahih
Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya:
«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»
“Tahukah kalian apa itu bangkrut?”
Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut
dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!
Rasulullah bersabda:
«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا،
وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ
حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ
يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ
فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya orang yang
bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala
salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini,
memakan harta si Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul
si Ini. Maka pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian
jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka
dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka".
[Sahih Muslim]
- Ancaman bagi wanita yang
meratapi orang mati.
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (29); Ilmu Nujum (Perbintangan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...