Rabu, 10 Februari 2021

Kitab Ilmu bab 22; Kelebihan ilmu

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ فَضْلِ العِلْمِ

"Bab; Kelebihan ilmu"

Pada bab pertama, imam Bukhari telah menyebutkan satu bab dengan judul yang sama tapi maknanya berbeda. Bab pertama bermakna keutamaan ilmu, sedangkan pada bab ini bermakna kelebihan atau tambahan ilmu (fardhu kifayah) yang melebihi batas kewajiban untuk dirinya (fardhu ‘ain) sehingga bisa ia bagikan kepada orang lain.

Dalam bab ini Imam Bukhari menyebutkan satu hadits tentang kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan diberikan kepada Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

82 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ [بن خالد الأيلي]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ، أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبْتُ حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخْرُجُ فِي أَظْفَارِي، ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِي عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ» قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «العِلْمَ»

82 - Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Al-Laits, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Uqail [bin Khalid Al-Ailiy], dari Ibnu Syihab, dari Hamzah bin Abdullah bin Umar; bahwa Ibnu Umar berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat susu yang diminum tersebut keluar dari kuku-kukuku, kemudian aku berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al Khaththab".

Orang-orang bertanya: "Apa ta'wilnya wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab, "Ilmu".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Keistimewaan Umar bin Khatahab radhiyallahu ‘anhu.

Diantara keistimewaannya:

a)      Memiliki sifat kenabian

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لَوْ كَانَ نَبِيٌّ بَعْدِي لَكَانَ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ»

“Seandainya ada nabi setelahku maka itu adalah Umar bin Khathab”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]

b)      Kekuatan agamanya

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ، رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ، مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِيَّ، وَمِنْهَا مَا دُونَ ذَلِكَ، وَعُرِضَ عَلَيَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ يَجُرُّهُ». قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الدِّينَ» [صحيح البخاري ومسلم]  

"Ketika aku tidur, aku bermimpi melihat orang-orang dihadapkan kepadaku. Mereka mengenakan baju, diantaranya ada yang sampai kepada buah dada dan ada yang kurang dari itu. Dan dihadapkan pula kepadaku Umar bin Al Khaththab dan dia mengenakan baju dan menyeretnya.

Para sahabat bertanya: "Apa maksudnya hal demikian menurut engkau, ya Rasulullah?"

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Agama". [Shahih Bukhari dan Muslim]

c)       Perintah meneladaninya

Hudzaifah -radhiyallahu 'anhu- berkata; Kami sedang duduk di dekat Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-, lalu beliau bersabda:

«إِنِّي لَا أَدْرِي مَا قَدْرُ بَقَائِي فِيكُمْ فَاقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي -وَأَشَارَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ-، وَاهْتَدُوا بِهَدْيِ عَمَّارٍ، وَمَا حَدَّثَكُمْ ابْنُ مَسْعُودٍ فَصَدِّقُوهُ»

"Aku tidak tahu seberapa lama lagi aku hidup bersama kalian, oleh karena itu, teladanilah dua orang ini sepeninggalku." -Sambil menunjuk Abu Bakar dan 'Umar-. (sabdanya lagi): "Berpeganglah dengan petunjuk 'Ammar, dan benarkanlah apa yang disampaikan Ibnu Mas'ud kepada kalian." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab

3.      Keutamaan susu.

Diantaranya:

a.       Pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika isra’.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata;

" أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ بِإِيلِيَاءَ بِقَدَحَيْنِ مِنْ خَمْرٍ، وَلَبَنٍ فَنَظَرَ إِلَيْهِمَا فَأَخَذَ اللَّبَنَ، قَالَ جِبْرِيلُ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَاكَ لِلْفِطْرَةِ، لَوْ أَخَذْتَ الخَمْرَ غَوَتْ أُمَّتُكَ " [صحيح البخاري ومسلم]

Pada malam Rasulullah diisra'kan di Iliya’, dihidangkan kepada beliau dua bejana; khamer dan susu. Lalu beliau memandangi keduanya seraya mengambil bejana yang berisi susu. Jibril 'alaihissalam pun berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjukimu kepada fitrah, sekiranya engkau mengambil khamer maka umatmu tersesat." [Shahih Bukhari dan Muslim]

b.      Berfungsi sebagai makanan.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;

أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ، وَإِذَا سُقِيَ لَبَنًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَزِدْنَا مِنْهُ، فَإِنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ يُجْزِئُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ إِلَّا اللَّبَنُ "

Ibnu Abbas berkata, Rasulullah diberi susu, lalu beliau meminumnya. Setelah itu Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian makan suatu makanan, maka hendaknya ia mengucapkan: (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan berilah kami makan yang lebih baik darinya!) ', dan apabila ia diberi minum susu maka hendaknya ia mengucapkan: (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkanlah kami darinya!) '. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang mencukupkan dari makan dan minum kecuali susu." [Sunan Abu Daud: Hadits hasan]

Lihat: Do'a makan dan minum

c.       Berfugsi sebagai obat.

Dari Thariq bin Syihabrahimahullah-; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً، فَعَلَيْكُمْ بِأَلْبَانِ الْبَقَرِ، فَإِنَّهَا تَرُمُّ مِنْ كُلِّ الشَّجَرِ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya. Karena itu, hendaklah kalian minum susu sapi, sebab ia makan dari beragam jenis dedaunan”. [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Takhrij hadits: "Daging sapi adalah penyakit"

4.      Ilmu bertambah jika diajarkan kepada orang lain.

Seperti harta bertambah dengan diinfaqkan, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ " . [صحيح البخاري ومسلم]

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: Berinfaqlah maka Aku akan berinfaq kepadamu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Bagaimana menuntut ilmu

5.      Mimpi para Nabi adalah wahyu.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

«رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ وَحْيٌ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]

“Mimpi para Nabi adalah wahyu” [Al-Mu’jam Al-Kabiir: Hasan]

Ø  Ubaid bin ‘Umairrahimahullah- berkata:

" رُؤْيَا الأَنْبِيَاءِ وَحْيٌ، ثُمَّ قَرَأَ {إِنِّي أَرَى فِي المَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ} [الصافات: 102] " [صحيح البخاري: معلق]

“Mimpi para Nabi adalah wahyu”, kemudian ia membaca firman Allah: (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.” [Ash-Shaffat: 102] [Shahih Bukhari: Mu’allaq]

6.      Jenis-jenis mimpi.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ، مِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ، جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ» [صحيح البخاري]

“Mimpi yang baik dari orang yang shalih adalah bagian dari empatpuluh enam bagian dari kenabian”. [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

" إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ، وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا، وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ، وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ اللهِ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ، فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ، وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ " [صحيح مسلم]

"Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan mimpi yang paling benar diantara kalian adalah mimpinya seseorang yang selalu berbicara jujur. Mimpi seorang muslim adalah bagian dari empat puluh lima macam Nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari setan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayalan seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian Shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain." [Shahih Muslim]

Ø  Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللَّهِ، وَالحُلُمُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلُمًا يَخَافُهُ فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ، وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ»

"Mimpi baik dari Allah sedangkan mimpi buruk datangnya dari setan, maka apabila salah seorang dari kalian mimpi sesuatu yang dibencinya, hendaknya ia menidupkan tiga kali tiaupan ketika bangun, lalu meminta perlindungan dari kejahatannya, sebab kejahatan tersebut tidak akan membahayakan dirinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا، فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا، وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ» [صحيح مسلم]

"Apabila salah seorang kamu bermimpi dengan mimpi yang tidak disenanginya, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali, kemudian berlindunglah kepada Allah dari gangguan setan tiga kali, sesudah itu mengubah tidurnya dari posisi semula." [Shahih Muslim]

7.      Tidak menceritakan mimpi kepada sembarang orang.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قَالَ يَابُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [يوسف: 5]

Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". [Yusuf: 5]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«لَا تُقَصُّ الرُّؤْيَا إِلَّا عَلَى عَالِمٍ أَوْ نَاصِحٍ» [سنن الترمذي: صحيح]

“Mimpi tidak boleh diceritakan kecuali kepada seorang ulama atau pemberi nasehat”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

8.      Menceritakan mimpi kepada orang yang shalih

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِين} [يوسف: 36]

Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang diantara keduanya: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur." Dan yang lainnya berkata: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung." berikanlah kepada kami ta'birnya; Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi). [Yusuf: 36]

{يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَمَّا أَحَدُكُمَا فَيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَأْسِهِ قُضِيَ الْأَمْرُ الَّذِي فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ} [يوسف: 41]

Hai kedua penghuni penjara: "Adapun salah seorang diantara kamu berdua, akan memberi minuman tuannya dengan khamar; adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)." [Yusuf: 41]

Ø  Samrah bin Jundab radiyallahu 'anhu berkata; Sudah menjadi kebiasaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila selesai melaksanakan suatu shalat, Beliau menghadapkan wajahnya kepada kami lalu berkata:

«مَنْ رَأَى مِنْكُمُ اللَّيْلَةَ رُؤْيَا؟»

"Siapa diantara kalian yang tadi malam bermimpi?"

Samrah bin Jundab berkata: Jika ada seorang yang bermimpi maka orang itu akan menceritakan, saat itulah Beliau berkata:

«مَا شَاءَ اللَّهُ»

"Atas kehendak Allah".

Pada suatu hari yang lain Beliau bertanya kepada kami:

«هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رُؤْيَا؟»

"Apakah ada diantara kalian yang bermimpi?".

Kami menjawab: "Tidak ada".

Beliau berkata:

«لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي، فَأَخْرَجَانِي إِلَى الأَرْضِ المُقَدَّسَةِ، ... قَالاَ: انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِهِ بِفِهْرٍ - أَوْ صَخْرَةٍ - فَيَشْدَخُ بِهِ رَأْسَهُ، فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهْدَهَ الحَجَرُ، فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ، فَلاَ يَرْجِعُ إِلَى هَذَا حَتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وَعَادَ رَأْسُهُ كَمَا هُوَ، فَعَادَ إِلَيْهِ، فَضَرَبَهُ، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالاَ: انْطَلِقْ ... قُلْتُ: طَوَّفْتُمَانِي اللَّيْلَةَ، فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ، قَالاَ: نَعَمْ، ... وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ ... » [صحيح البخاري]

"Tetapi aku tadi malam bermimpi yaitu ada dua orang laki-laki yang mendatangiku kemudian keduanya memegang tanganku lalu membawaku ke negeri yang disucikan, ... (kemudian Rasulullah dibawa berkeliling neraka)

Kedua orang yang membawaku berkata: "Berangkatlah". Maka kami berangkat ke tempat lain dan sampai kepada seorang laki-laki yang sedang berbaring bersandar pada tengkuknya, sedang ada laki-laki lain yang berdiri diatas kepalanya memegang batu atau batu besar untuk menghancurkan kepalanya. Ketika dipukulkan, batu itu menghancurkan kepala orang itu, Maka orang itu menghampirinya untuk mengambilnya dan dia tidak berhenti melakukan ini hingga kepala orang itu kembali utuh seperti semula, kemudian dipukul lagi dengan batu hingga hancur. Aku bertanya: "Siapakah orang ini?". Keduanya menjawab: "Berangkatlah" ...

Aku berkata: "Kalian telah membawa aku keliling malam ini maka terangkanlah tentang apa yang aku sudah lihat tadi". Maka keduanya berkata: "Baiklah ...

Dan adapun orang yang kamu lihat kepalanya dipecahkan adalah seorang yang telah diajarkan Al Qur'an oleh Allah lalu dia tidur pada suatu malam namun tidak melaksanakan Al Qur'an pada siang harinya, lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari qiyamat. [Sahih Bukhari]

9.      Hati-hati dalam menerjemahkan mimpi.

Dari Abu Razin radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«الرُّؤْيَا عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ، مَا لَمْ تُعَبَّرْ فَإِذَا عُبِّرَتْ وَقَعَتْ، وَلَا تَقُصَّهَا إِلَّا عَلَى وَادٍّ، أَوْ ذِي رَأْيٍ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Mimpi itu akan tetap berada bersama kaki burung (mengambang) selama tidak ditafsirkan, jika ditafsirkan maka akan terjadi. Janganlah ia ceritakan kecuali kepada orang yang terdekat, atau orang yang bisa memberi nasihat." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Aisyah -istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam- berkata:

كَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَهَا زَوْجٌ تَاجِرٌ يَخْتَلِفُ، فَكَانَتْ تَرَى رُؤْيَا كُلَّمَا غَابَ عَنْهَا زَوْجُهَا، وَقَلَّمَا يَغِيبُ إِلَّا تَرَكَهَا حَامِلًا، فَتَأْتِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَقُولُ: إِنَّ زَوْجِي خَرَجَ تَاجِرًا، فَتَرَكَنِي حَامِلًا، فَرَأَيْتُ فِيمَا يَرَى النَّائِمُ أَنَّ سَارِيَةَ بَيْتِي انْكَسَرَتْ، وَأَنِّي وَلَدْتُ غُلَامًا أَعْوَرَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «خَيْرٌ، يَرْجِعُ زَوْجُكِ عَلَيْكِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى صَالِحًا، وَتَلِدِينَ غُلَامًا بَرًّا» فَكَانَتْ تَرَاهَا مَرَّتَيْنِ، أَوْ ثَلَاثًا كُلُّ ذَلِكَ، تَأْتِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولُ: ذَلِكَ لَهَا، فَيَرْجِعُ زَوْجُهَا، وَتَلِدُ غُلَامًا، فَجَاءَتْ يَوْمًا كَمَا كَانَتْ تَأْتِيهِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَائِبٌ، وَقَدْ رَأَتْ تِلْكَ الرُّؤْيَا، فَقُلْتُ لَهَا: عَمَّ تَسْأَلِينَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَمَةَ اللَّهِ؟ فَقَالَتْ: رُؤْيَا كُنْتُ أُرَاهَا، فَآتِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْأَلُهُ عَنْهَا؟ فَيَقُولُ: خَيْرًا، فَيَكُونُ كَمَا قَالَ: فَقُلْتُ: فَأَخْبِرِينِي مَا هِيَ؟ قَالَتْ: حَتَّى يَأْتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْرِضَهَا عَلَيْهِ، كَمَا كُنْتُ أَعْرِضُ، فَوَاللَّهِ مَا تَرَكْتُهَا حَتَّى أَخْبَرَتْنِي، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَئِنْ صَدَقَتْ رُؤْيَاكِ لَيَمُوتَنَّ زَوْجُكِ، وَتَلِدِينَ غُلَامًا فَاجِرًا، فَقَعَدَتْ تَبْكِي، وَقَالَتْ: مَا لِي حِينَ عَرَضْتُ عَلَيْكِ رُؤْيَايَ، فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ تَبْكِي، فَقَالَ لَهَا: مَا لَهَا يَا عَائِشَةُ؟ فَأَخْبَرْتُهُ الْخَبَرَ، وَمَا تَأَوَّلْتُ لَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَهْ يَا عَائِشَةُ «إِذَا عَبَرْتُمْ لِلْمُسْلِمِ الرُّؤْيَا فَاعْبُرُوهَا عَلَى الْخَيْرِ، فَإِنَّ الرُّؤْيَا تَكُونُ عَلَى مَا يَعْبُرُهَا صَاحِبُهَا، فَمَاتَ، وَاللَّهِ زَوْجُهَا، وَلَا أُرَاهَا إِلَّا وَلَدَتْ غُلَامًا فَاجِرًا» [سنن الدارمي: حسن]

"Seorang wanita dari penduduk Madinah memiliki suami seorang pedagang. Wanita itu sering bermimpi setiap kali suaminya pergi, dan suaminya tidak pernah meninggalkannya kecuali dalam keadaan hamil. Kemudian wanita itu datang kepada Rasulullah dan berkata, "Sesungguhnya suamiku keluar berdagang dan meninggalkanku dalam keadaan hamil, kemudian aku bermimpi seperti orang tidur yang bermimpi, bahwa tiang rumahku patah dan saya melahirkan anak yang buta." Rasulullah bersabda, "Itu adalah kebaikan, suamimu akan kembali kepadamu dengan izin Allah Ta'ala dalam keadaan baik, dan engkau akan melahirkan anak yang berbakti." Wanita tersebut bermimpi hingga dua atau tiga kali, setiap ia bermimpi, ia langsung datang menemui Rasulullah , beliau pun mengatakan hal yang sama kepada wanita itu. Setelah itu suaminya kembali dan wanita itu melahirkan anak laki-laki, Suatu hari wanita itu datang sebagaimana dahulu ia datang, sementara Rasulullah tidak berada di tempat. Sementara dirinya telah mengalami mimpi itu, kemudian aku katakan kepadanya, "Apa yang pernah engkau tanyakan kepada Rasulullah wahai hamba Allah?" Wanita itu menjawab, "Mimpi yang diperlihatkan kepadaku, kemudian aku datang kepada Rasulullah dan bertanya kepada beliau mengenai mimpi tersebut, beliau bersabda, "Baik." Ternyata mimpi itu telah terjadi seperti yang telah beliau ucapkan." Aku bertanya, "Beritahukan kepadaku apa mimpi itu?" Wanita itu menjawab, "Nanti setelah Rasulullah datang, hingga aku dapat menyampaikannya kepada beliau sebagaimana dahulu pernah aku sampaikan." Demi Allah aku masih tetap menungguinya hingga ia memberitahukan kepadaku. Lalu aku katakan, "Demi Allah, seandainya mimpimu itu benar niscaya suamimu akan meninggal dan engkau melahirkan anak yang durhaka." Lalu wanita tersebut duduk sambil menangis, dan berkata, "Kenapa aku mendapatkan hal ini ketika menyampaikan mimpiku kepadamu?" Kemudian Rasulullah masuk, sementara wanita itu masih saja menangis. Beliau bertanya, "Ada apa dengannya wahai Aisyah?" Aku memberitahukan berita tersebut kepada beliau, dan apa yang aku tafsirkan kepadanya. Kemudian Rasulullah bersabda, "Tahanlah perkataan itu wahai Aisyah! Apabila engkau menafsirkan (mimpi) seorang muslim untuk muslim lainnya, maka tafsirkanlah dengan kebaikan, karena sesungguhnya mimpi akan terjadi sesuai yang ditafsirkan orang yang menafsirkannya." Demi Allah, setelah itu suaminya meninggal dan tidaklah diperlihatkan kepadaku kecuali ia melahirkan anak yang durhaka." [Sunan Ad-Darimiy: Hasan]

10.  Ancaman bagi orang yang berdusta tentang mimpinya

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ» [صحيح البخاري]

“Siapa yang mengaku bermimpi dengan satu mimpi yang ia tidak lihat maka ia akan dibebankan untuk mengikat dua gandum, dan ia tidak akan bisa melakukannya”. [Shahih Bukhari]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 21; Diangkatnya ilmu dan nampaknya kebodohan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...