بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ {وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ
المُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا} [الحجرات:
9] فَسَمَّاهُمُ
المُؤْمِنِينَ
Bab: {Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang
beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!}
[Al-Hujuraat: 9] Allah menamai mereka orang beriman.
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan
bahwa pelaku dosa besar tidak dihukumi kafir selama ia tidak menghalalkannya
karena Allah ‘azza wajallah tidak mencabut gelar iman kepada dua
kelompok yang saling berperang, sebagaimana dalam surah Al-Hujuraat ayat 9. Demikian
pula Nabi ﷺ tidak
mencabut gelar muslim kepada dua orang yang saling membunuh sebagaimana dalam
hadits Abu Bakrah yang diriwayatkan dalam bab ini.
A. Penjelasan
singkat ayat 9 surah Al-Hujuraat:
Haram
membunuh seorang muslim tanpa hak.
Allah -subhanahu wata'ala-
berfirman:
{وَمَن يَقْتُلْ
مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ
عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء:
93]
Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya. [An-Nisaa': 93]
Ø Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ النَّفْسُ بِالنَّفْسِ
وَالثَّيِّبُ الزَّانِي وَالْمَارِقُ مِنْ الدِّينِ التَّارِكُ لِلْجَمَاعَةِ»
"Darah seorang muslim yang
telah bersyahadat laa-ilaaha-illallah dan mengakui bahwa aku utusan
Allah terlarang ditumpahkan selain karena alasan diantara tiga; membunuh,
berzina dan dia telah menikah, dan meninggalkan agama, meninggalkan jamaah
muslimin." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ibnu 'Umar radhiallahu'anhuma mengatakan:
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَنْ يَزَالَ المُؤْمِنُ
فِي فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ، مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا» [صحيح البخاري]
"Seorang mukmin masih dalam
kelonggaran agamanya selama dia tidak menumpahkan darah haram tanpa alasan yang
dihalalkan." [Shahih Bukhari]
Lihat: ِSyarah Arba'in hadits (14) Ibnu Mas’ud; Haram darah seorang muslim
Larangan
bermusuhan dan berpecah.
Allah -subhanahu wata'ala-
berfirman:
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ
عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} [آل عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [Ali 'Imran:103]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ
بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ:
أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا،
أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا " [صحيح مسلم]
"Pintu-pintu
surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu diampuni dosa setiap hamba yang
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali orang yang ada permusuhan
antara ia dan saudaranya. Maka dikatakan: Belakangkan kedua orang ini sampai
keduanya berdamai, belakangkan kedua orang ini sampai keduanya berdamai,
belakangkan kedua orang ini sampai keduanya berdamai". [Sahih Muslim]
Keutamaan
mendamaikan orang yang bermusuhan.
Allah -subhanahu wata'ala-
berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} [الحجرات:
10]
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
[Al-Hujuraat:10]
{وَالصُّلْحُ خَيْرٌ} [النساء: 128]
Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka). [An-Nisa': 128]
{فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ} [الأنفال: 1]
Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan di antara sesamamu. [Al-Anfal: 1]
Ø Dari Ummu Kultsum binti 'Uqbah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَيْسَ الكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، فَيَنْمِي
خَيْرًا، أَوْ يَقُولُ خَيْرًا»
"Bukanlah disebut pendusta orang
yang menyelesaikan perselisihan diantara manusia lalu dia menyampaikan hal hal
yang baik (dari satu pihak yang bertikai) atau dia berkata, hal hal yang
baik". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dalam riwayat lain; Ummu Kultsum binti 'Uqbah radhiyallahu
'anha berkata:
«وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ
كَذِبٌ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ: الْحَرْبُ، وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ، وَحَدِيثُ
الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا» [صحيح مسلم]
'Saya tidak pernah mendengar
diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal,
yaitu; dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang
bertikai, dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk
meraih kebahagiaan atau menghindari keburukan). [Shahih Muslim]
Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan
B. Hadits
Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
31 - حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ المُبَارَكِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ
[السَّختياني]، وَيُونُسُ [بن عُبيد]، عَنِ الحَسَنِ [البصري]، عَنِ الأَحْنَفِ
بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: ذَهَبْتُ لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ، فَلَقِيَنِي أَبُو
بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ؟ قُلْتُ: أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ، قَالَ:
ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي
النَّارِ»، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا القَاتِلُ فَمَا بَالُ المَقْتُولِ
قَالَ: «إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ»
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman
bin Al-Mubarak, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Ayyub [As-Sakhtiyaniy] dan Yunus [bin
‘Ubaid], dari Al-Hasan [Al-Bashriy], dari Al-Ahnaf bin Qais berkata; Aku datang
untuk menolong orang ini (maksudnya Ali radhiyallahu ‘anhu), kemudian
bertemu Abu Bakrah, maka dia bertanya, "Kamu mau kemana?" Aku
jawab, "Hendak menolong orang ini!" Dia berkata: "Kembalilah,
karena aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda, "Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan
menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk
neraka". Aku pun bertanya, "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh,
tapi bagaimana dengan yang terbunuh?" Maka Nabi ﷺ
menjawab, "Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya".
Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (01) Ikhlash, hadits kesembilan
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abu Bakrah Nufai' bin Al-Harits Ats-Tsaqafiy radhiyallahu
‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Orang yang akan ditolong oleh Al-Ahnaf bin Qais –rahimahullah-
adalah Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu ‘anhu- sebagai khalifah yang sah
waktu itu pada perang Jamal tahun 36 hijriyah di Bashrah.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ
ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تَحْجُزُهُ، أَوْ تَمْنَعُهُ، مِنَ الظُّلْمِ
فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ» [صحيح البخاري]
"Tolonglah saudaramu baik ia
zalim atau dizalimi." Ada seorang laki-laki
bertanya; 'Ya Rasulullah, saya maklum jika ia dizalimi, namun bagaimana saya
menolong padahal ia zalim?' Nabi menjawab;
"Engkau mencegahnya atau menahannya dari kezaliman, itulah cara
menolongnya." [Shahih Bukhari]
3.
Perang Jamal terjadi karena kesalah-pahaman di antara
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidaklah mereka melakukan
hal itu kecuali untuk kebaikan.
Sebab peperangan ini adalah untuk menuntut
kematian ‘Utsman bin ‘Affan yang dipelopori oleh Az-Zubair dan Talhah bersama
Aisyah radhiyallahu ‘anhum. Namun ‘Ali radhiyallahu ‘anhu
menganggap hal itu belum bisa diwujudkan karena kondisi saat itu belum memungkinkan.
Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata;
لَمَّا أَتَتْ عَلَى الْحَوْأَبِ
سَمِعَتْ نُبَاحَ الْكِلَابِ، فَقَالَتْ: مَا أَظُنُّنِي إِلَّا رَاجِعَةٌ، إِنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَنَا: «أَيَّتُكُنَّ
تَنْبَحُ عَلَيْهَا كِلَابُ الْحَوْأَبِ؟» ، فَقَالَ لَهَا الزُّبَيْرُ:
تَرْجِعِينَ؟ عَسَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُصْلِحَ بِكِ بَيْنَ النَّاسِ!
Ketika dia datang ke Hauab, dia mendengar
gonggongan anjing. Lalu dia berkata, "Saya tidak berpikir (panjang)
kecuali (saya) langsung pulang, karena Rasulullah ﷺ
pernah bersabda kepada kami, "Layakkah diantara kalian digonggongi oleh
anjing Hau-ab?." Az-Zubair berkata Aisyah, "Apakah kamu hendaknya pulang? (Jangan), semoga
melalui perantaramu, Allah mendamaikan (perselisihan) yang terjadi diantara
manusia!" [Musnad Ahmad: Shahih]
4.
Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu memahami hadits ini
secara umum, namun dikhususkan jika saling membunuh tanpa hak.
Adapun jika ada alasan syar’iy untuk
membunuh maka dibolehkan seperti memerangi pemberontak. Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي
تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} [الحجرات:
9]
Dan kalau ada dua golongan dari mereka
yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau
yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu
berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
[Al-Hujuraat: 9]
Ø
Dari ‘Arfajah bin Syuraih Al-Asyja’iy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"سَيَكُونُ
بَعْدِي هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ، فَمَنْ رَأَيْتُمُوهُ فَارَقَ الْجَمَاعَةِ، أَوْ يُرِيدُ
أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ وَأَمْرُهُمْ جَمِيعٌ، فَاقْتُلُوهُ كَائِنًا مَنْ كَانَ،
فَإِنَّ يَدَ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ من فارق الجماعة
يرتكض" [صحيح ابن حبان]
“Akan
terjadi setelahku perkara baru dan kekacauan, maka siapa yang kalian lihat
menyelisihi jama’ah umat Islam atau ingin memecah-belah di antara umat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan urusan mereka telah disepakati,
maka perangilah mereka bagaimanapun keadaannya. Sesungguhnya tangan Allah
bersama jama'ah, dan sesungguhnya setan bersama orang yang menyalahi al-jama'ah
sambil berlari-lari”. [Sahih Ibnu Hibban]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
«جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ
رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي؟ قَالَ: فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ. قَالَ: أَرَأَيْتَ
إِنْ قَاتَلَنِي؟ قَالَ: قَاتِلْهُ. قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي؟ قَالَ:
فَأَنْتَ شَهِيدٌ. قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ؟ قَالَ: هُوَ فِي النَّارِ»
"Seorang laki-laki mendatangi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, 'Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seorang lelaki yang ingin merampas
harta bendaku? ' Beliau menjawab: 'Jangan kamu berikan hartamu kepadanya! '
Laki-laki itu bertanya lagi, 'Lalu bagaimana jika dia hendak membunuhku? '
Beliau menjawab: 'Bunuhlah dia! ' Laki-laki itu bertanya lagi, 'Lalu bagaimana
pendapatmu kalau dia berhasil membunuhku? ' Beliau menjawab: 'Maka kamu
syahid'. Dia bertanya lagi, 'Bagaimana pendapatmu jika aku yang berhasil
membunuhnya? ' Beliau menjawab: 'Dia yang akan masuk ke dalam api
neraka'." [Shahih Muslim]
5.
Perintah menghindari fitnah pertikaian antara sesama
muslim.
Utsman Asy-Syahham –rahimahullah-
berkata, Aku pergi bersama Farqad As-Sabakhiy untuk menemui Muslim bin Abu
Bakrah di kawasannya. Kami memasuki kediamannya lalu kami bertanya: Apakah kau
mendengar ayahmu menceritakan suatu hadits tentang tentang fitnah? Ia menjawab:
Ya, aku pernah mendengar Abu Bakrah menceritakan, ia berkata, Rasulullah
ﷺ bersabda:
" إِنَّهَا
سَتَكُونُ فِتَنٌ: أَلَا ثُمَّ تَكُونُ فِتْنَةٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ
الْمَاشِي فِيهَا، وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي إِلَيْهَا. أَلَا،
فَإِذَا نَزَلَتْ أَوْ وَقَعَتْ، فَمَنْ كَانَ لَهُ إِبِلٌ فَلْيَلْحَقْ
بِإِبِلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ لَهُ غَنَمٌ فَلْيَلْحَقْ بِغَنَمِهِ، وَمَنْ كَانَتْ
لَهُ أَرْضٌ فَلْيَلْحَقْ بِأَرْضِهِ " قَالَ فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ
اللهِ أَرَأَيْتَ مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ إِبِلٌ وَلَا غَنَمٌ وَلَا أَرْضٌ؟ قَالَ:
«يَعْمِدُ إِلَى سَيْفِهِ فَيَدُقُّ عَلَى حَدِّهِ بِحَجَرٍ، ثُمَّ لِيَنْجُ إِنِ
اسْتَطَاعَ النَّجَاءَ، اللهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟
اللهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟» قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ
إِنْ أُكْرِهْتُ حَتَّى يُنْطَلَقَ بِي إِلَى أَحَدِ الصَّفَّيْنِ، أَوْ إِحْدَى
الْفِئَتَيْنِ، فَضَرَبَنِي رَجُلٌ بِسَيْفِهِ، أَوْ يَجِيءُ سَهْمٌ
فَيَقْتُلُنِي؟ قَالَ: «يَبُوءُ بِإِثْمِهِ وَإِثْمِكَ، وَيَكُونُ مِنْ أَصْحَابِ
النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya akan terjadi
fitnah-fitnah, ingat, setelah itu terjadi fitnah, orang duduk saat itu lebih
baik daripada yang berjalan dan yang berjalan saat itu lebih baik dari yang
berlari kecil menujunya. Ingat, bila fitnah terjadi, barangsiapa memiliki unta,
hendaklah menyusul dengan untanya, barangsiapa memiliki kambing, hendaklah
menyusul dengan kambingnya dan barangsiapa memiliki tanah, hendaklah menyusul
dengan tanahnya." Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, menurut Tuan
bagaimana dengan orang yang tidak memiliki unta, kambing atau tanah? Beliau
menjawab, "Ia berpegangan pada pedangnya lalu memukulkan bagian tajamnya
ke batu kemudian hendaklah menyelamatkan diri bila mampu. Ya Allah, apakah
telah aku sampaikan, Ya Allah, apakah telah aku sampaikan, Ya Allah, apakah
telah aku sampaikan?" seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, menurut Tuan
bagaimana bila aku dipaksa hingga aku dibawa menuju salah satu dari kedua kubu
atau salah satu dari dua kelompok lalu seseorang menebasku dengan pedangnya
atau anak panah menimpaku lalu membunuhku? Beliau menjawab, "Ia datang
membawa dosanya dan dosamu dan ia termasuk penghuni neraka." [Shahih
Muslim]
Ø Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «يَا
أَبَا ذَرٍّ»، قُلْتُ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ، قَالَ:
«كَيْفَ أَنْتَ إِذَا أَصَابَ النَّاسَ مَوْتٌ يَكُونُ الْبَيْتُ فِيهِ
بِالْوَصِيفِ؟» يَعْنِي الْقَبْرَ، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، - أَوْ
قَالَ: مَا خَارَ اللَّهُ لِي وَرَسُولُهُ -، قَالَ: «عَلَيْكَ بِالصَّبْرِ» -
أَوْ قَالَ: «تَصْبِرُ» - ثُمَّ قَالَ لِي: «يَا أَبَا ذَرٍّ» قُلْتُ: لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ، قَالَ: «كَيْفَ أَنْتَ إِذَا رَأَيْتَ أَحْجَارَ الزَّيْتِ قَدْ
غَرِقَتْ بِالدَّمِ؟» قُلْتُ: مَا خَارَ اللَّهُ لِي وَرَسُولُهُ، قَالَ:
«عَلَيْكَ بِمَنْ أَنْتَ مِنْهُ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلَا آخُذُ
سَيْفِي وَأَضَعُهُ عَلَى عَاتِقِي؟ قَالَ: «شَارَكْتَ الْقَوْمَ إِذَنْ» قُلْتُ:
فَمَا تَأْمُرُنِي؟ قَالَ: «تَلْزَمُ بَيْتَكَ»، قُلْتُ: فَإِنْ دُخِلَ عَلَيَّ
بَيْتِي؟ قَالَ: «فَإِنْ خَشِيتَ أَنْ يَبْهَرَكَ شُعَاعُ السَّيْفِ، فَأَلْقِ ثَوْبَكَ
عَلَى وَجْهِكَ يَبُوءُ بِإِثْمِكَ وَإِثْمِهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Rasulullah ﷺ
bersabda kepadaku, "Wahai Abu Dzar!" Aku menjawab, "Wahai
Rasulullah, aku penuhi panggilanmu dan kebahagiaan semoga bersamamu, " Beliau bertanya, "Apa
yang akan kamu lakukan jika datang kematian kepada manusia, kemudian rumahnya
pindah ke kuburan?" Aku menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih
tahu." Atau ia menyebutkan, "(Aku akan melakukan) apa yang Allah dan
rasul-Nya kehendaki (pilih)." Beliau bersabda, "Hendaklah engkau sabar,
atau beliau mengatakan, "Bersabarlah." Kemudian beliau berkata lagi
kepadaku, "Wahai Abu Dzar!" aku menjawab, "Aku penuhi
panggilanmu dan kebahagiaan semoga bersamamu, "Apa pendapatmu jika Ahjar
Az Zait (nama suatu tempat di Madinah) berlumuran darah?" Aku menjawab,
"(Aku akan melakukan) apa yang Allah dan rasul-Nya kehendaki
untukku." Beliau bersabda, "Hendaklah engkau bergabung bersama orang
terdekatmu (keluarga, atau Imam yang kamu berbaiat kepadanya)." Aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, apa tidak lebih baik jika aku ambil pedangku,
lalu aku letakkan di atas pundakku?" beliau menjawab, "Kalau begitu
kamu telah ikut serta bersama orang-orang (dalam dosa)." Aku lalu bertanya
lagi, "Lantas apa yang engkau perintahkan untukku?" beliau menjawab,
"Berdiamlah engkau di rumahmu." Aku terus bertanya, "Bagaimana
jika ada seseorang yang masuk ke dalam rumahku!" beliau menjawab,
"Jika engkau merasa takut dengan kilauan pedang musuh, maka letakkanlah
kain baju di mukamu (pasrah), maka ia akan menanggung dosamu dan dosanya
sendiri." [Sunan Abi Daud: Shahih]
6.
Dosa besar selain syirik tidak mengeluarkan seseorang dari
keimanan.
Dari 'Ubadah bin Ash Shamit -radhiyallahu
'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلاَ تَسْرِقُوا،
وَلاَ تَزْنُوا، وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ
تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ، وَلاَ تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ،
فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ
شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ
ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللَّهُ فَهُوَ إِلَى اللَّهِ، إِنْ شَاءَ عَفَا
عَنْهُ وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ»
"Berbai'atlah kalian kepadaku untuk
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina,
tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan yang kalian
ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak bermaksiat dalam perkara yang
ma'ruf. Barangsiapa diantara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada
Allah dan barangsiapa yang melanggar dari hal tersebut lalu Allah menghukumnya
di dunia maka itu adalah kafarat baginya, dan barangsiapa yang melanggar dari
hal-hal tersebut kemudian Allah menutupinya (tidak menghukumnya di dunia) maka
urusannya kembali kepada Allah, jika Dia mau, dimaafkannya atau
disiksanya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:
أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ
أَبْيَضُ، وَهُوَ نَائِمٌ، ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَقَدِ اسْتَيْقَظَ، فَقَالَ: "
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ
إِلَّا دَخَلَ الجَنَّةَ " قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ:
«وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ
زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى
وَإِنْ سَرَقَ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ» وَكَانَ أَبُو ذَرٍّ إِذَا
حَدَّثَ بِهَذَا قَالَ: وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ [صحيح
البخاري ومسلم]
Aku mendatangi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, beliau memakai baju putih dan sedang tidur. Kemudian aku
mendatanginya lagi dan telah bangun sambil bersabda: "Tidak seorang hamba
pun yang mengatakan "tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah"
kemudaian mati dengan keyakinan itu kecuali ia akan masuk surga". Aku
bertanya: Sekalipun ia telah berzina dan mencuri? Rasulullah menjawab:
"Sekalipun ia telah berzina dan mencuri". Aku bertanya lagi: Sekalipun
ia telah berzina dan mencuri? Rasulullah menjawab: "Sekalipun ia telah
berzina dan mencuri". Aku bertanya lagi: Sekalipun ia telah berzina dan
mencuri? Rasulullah menjawab: "Sekalipun ia telah berzina dan mencuri,
hinalah Abi Dzar". Abu Dzar jika menyampaikan hadits ini selalu
mengatakan: Hinalah Abi Dzar. [Sahih Bukhari]
7.
Dua orang saling membunuh tapi masuk surga.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu;
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَضْحَكُ اللَّهُ
إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الآخَرَ يَدْخُلاَنِ الجَنَّةَ: يُقَاتِلُ
هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَيُقْتَلُ، ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى القَاتِلِ،
فَيُسْتَشْهَدُ "
"Allah -subhanahu wata'ala-
tertawa terhadap dua orang dimana yang satu membunuh yang lainnya namun
keduanya masuk surga. Yang satu berperang di jalan Allah hingga terbunuh.
Kemudian Allah menerima tobat orang yang membunuhnya lalu diapun (berperang)
hingga mati syahid". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (02) Taubat; Hadits keduabelas
8.
Istilah kufur tidak selamanya mengeluarkan seseorang dari
keimanan.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ
كُفْرٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Mencerca orang muslim adalah
fasiq dan memeranginya adalah kufur". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Jarir radhiyallahu 'anhu, Nabi ﷺ bersabda waktu haji wada’:
«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ
بَعْضٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Janganlah kalian kembali
menjadi kafir, karena kalian saling membunuh satu sama lain." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
9.
Ancaman neraka tidak selamanya berarti kafir.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي»
“Syafa'atku untuk pelaku dosa besar dari
umatku". [Sunan Abi Daud: Sahih]
10.
Berniat melakukan suatu keburukan
dan telah berusahan namun tidak berhasil karena ada halangan, maka dicatat
baginya dosa keburukan tersebut secara sempurna.
Dari Abu Kabsyah Al-Anmaariy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، ... وَعَبْدٍ
رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ
بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا
يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ
يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا
لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
" [ سنن الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya dunia itu untuk empat
orang; ... Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak
diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak
takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya
serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk,
Keempat, selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia
bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si
fulan (yang serampangan mengelola hartanya), karena niatnya benar, maka dosa
keduanya sama." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Adapun jika hanya sebatas keinginan tapi belum
berusaha mewujudkanya maka tidak mendapakan dosa, bahkan dicatat kebaikan jika
ia tinggalkan karena Allah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ
أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah memaafkan apa yang
dikatakan oleh hati mereka, selama tidak melakukan atau pun
mengungkapnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللَّهُ: إِذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً،
فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا
بِمِثْلِهَا، وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً " [صحيح
البخاري]
“Allah berfirman: 'Jika seorang hamba-Ku
ingin melakukan kejahatan maka janganlah kalian catat hingga ia melakukannya,
dan jika ia melakukannya maka catatlah semisalnya. Jika ia meninggalkannya
karena Aku maka catatlah kebaikan baginya." [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. [An-Nisaa': 93]
BalasHapusBerarti banyak umat Islam yang bakal kekal masuk neraka..dari jaman khalifa rasyidin sampai saat ini kubu umat Islam yang berbeda aliran masih saling gebug2an contoh sunni syiah gak bosan2 musuhan saling bunuh heran gue kapan damainya. Kristen katolik dan protestan yang dulunya berantem uda bisa damai
1. Umat Islam tidak akan kekal dalam neraka.
Hapus2. Umat Islam tidak akan berhenti saling bermusuhan sampai semuanya kembali kepada agama Islam yang benar sesuali dengan Al-Qur'an, hadits, dan pemahaman sahabat dan salaf yang shalih.
Wallahu a'lam!