Selasa, 17 Mei 2022

Syarah Kitab Tauhid bab (40); Mengingkari sebagian nama dan sifat Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 3 atsar yang menunjukkan larangan mengingkari nama dan sifat Allah ‘azza wajalla.

Firman Allah ta’aalaa:

{وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ قُلْ هُوَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ} [الرعد: 30]

 “Dan mereka kafir (ingkar) kepada Ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pengasih). Katakanlah: “Dia adalah Tuhanku, tiada sesembahan yang hak selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat.” [Ar-Ra’d: 30]

a.       Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

" حَدِّثُوْا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُوْنَ، أَتُرِيْدُوْنَ أَنْ يُكَذَّبَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ؟ "

“Berbicaralah kepada orang-orang dengan apa yang difahami oleh mereka, apakah kalian menginginkan Allah dan Rasul-Nya didustakan?” [Shahih Bukhari]

b.       Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ia melihat seseorang terkejut ketika mendengar hadits Nabi Muhammad yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah –ta’aalaa-, karena merasa keberatan dengan hal tersebut, maka Ibnu Abbas berkata:

" مَا فَرَقُ هَؤُلاَءِ؟ يَجِدُوْنَ رِقَّةً عِنْدَ مُحْكَمِهِ وَيَهْلِكُوْهُ عِنْدَ مَتَشَابِهٍ "

“Apa yang dikhawatirkan oleh mereka itu? Mereka mau mendengar dan menerima ketika dibacakan ayat-ayat yang muhkamat (jelas pengertiannya), tapi mereka keberatan untuk menerimanya ketika dibacakan ayat-ayat yang mutasyabihat (sulit difahami). [Mushannaf ‘Abdurrazaq: Shahih]

c.       Orang-orang Quraisy ketika mendengar Rasulullah menyebut “Ar-Rahman”, mereka mengingkarinya, maka terhadap mereka itu, Allah –ta’aalaa- menurunkan firmanNya:

{وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ} [الرعد: 30]

“Dan mereka kafir terhadap Ar-Rahman”. [Asbabun Nuzul karya Al-Wahidiy]

Dari ayat dan atsar di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 5 poin penting:

1.      Dinyatakan tidak beriman, karena mengingkari (menolak) sebagian dari Asma’ dan Sifat Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف: 180]

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. [Al-A'raaf: 180]

{أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ} [البقرة: 85]

Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. [Al-Baqarah: 85]

Ø  Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar beberapa orang berselisih, kemudian bersabda:

" إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِهَذَا، ضَرَبُوا كِتَابَ اللهِ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، وَإِنَّمَا نَزَلَ كِتَابُ اللهِ يُصَدِّقُ بَعْضُهُ بَعْضًا، فَلَا تُكَذِّبُوا بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَمَا عَلِمْتُمْ مِنْهُ فَقُولُوا، وَمَا جَهِلْتُمْ، فَكِلُوهُ إِلَى عَالِمِهِ " [مسند أحمد: صحيح]

"Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena ini, mereka membenturkan kitab suci Allah antara sebagian ayatnya dengan sebagian yang lain, padahal sesungguhnya kitab suci Allah ini diturunkan untuk membenarkan sebagiannya dengan sebagian yang lain, maka janganlah kalian mendustakan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Apa yang kalian ketahui darinya maka sampaikanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui maka serahkanlah kepada orang yang mengetahuinya". [Musnad Ahmad: Sahih]

Penyimpangan terhadap nama-nama Allah adalah penyelewengan terhadap apa yang seharusnya kita yakini dengan nama-nama tersebut. Penyimpangan ini ada beberapa macam:

Pertama: Mengingkari salah satu dari nama-nama tersebut, atau mengingkari sifat dan hukum yang dikandungnya.

Kedua: Menjadikan sifat yang dikandung nama-nama tersebut menyerupai sifat makhluk.

Ketiga: Menamai Allah dengan nama yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an atau hadits sahih.

Keempat: Mengambil nama-nama tersebut sebagai nama berhala.

Lihat: Asmaul Husna dalam Al-Qur'an dan Hadits

2.      Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam surat Ar-Ra’d (ayat 30).

Ayat ini menunjukkah kewajiban mengimani segala Asma’ dan Sifat Allah, dan mengingkari sesuatu darinya adalah kufur. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا} [الفرقان: 60]

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih”, mereka menjawab, “Siapakah yang Maha Pengasih itu? Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau (Muhammad) perintahkan kepada kami (bersujud kepada-Nya)?” Dan mereka makin jauh lari (dari kebenaran).  [Al-Furqan: 60]

Ø  Dalam kisah perjanjian Hudaibaiyah diriwayatkan;

فَجَاءَ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فَقَالَ: هَاتِ اكْتُبْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابًا فَدَعَا النَّبِيُّ الكَاتِبَ، فَقَالَ النَّبِيُّ : «بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ»، قَالَ سُهَيْلٌ: أَمَّا الرَّحْمَنُ، فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا هُوَ وَلَكِنِ اكْتُبْ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ كَمَا كُنْتَ تَكْتُبُ، فَقَالَ المُسْلِمُونَ: وَاللَّهِ لاَ نَكْتُبُهَا إِلَّا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، فَقَالَ النَّبِيُّ : «اكْتُبْ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ» [صحيح البخاري]

"Maka Suhail bin 'Amru datang seraya berkata, "Bawa kemari (kertas) dan buatlah surat perjanjian antara kami dan kalian". Maka Nabi memanggil seorang penulis lalu Nabi bersabda, "(Tulislah) bismillahir rahmaanir rahim". Maka Suhail berkata, "Tentang sebutan Ar-Rahman, demi Allah, aku tidak mengenalnya. Tetapi tulislah Bismika Allahumma (Dengan namu-Mu ya Allah) sebagaimana sebelumnya kamu biasa menuliskannya". Maka kaum Muslimun berkata, "Demi Allah, janganlah ditulis melainkan bismillahir rahmaanir rahim". Maka Nabi berkata, "Tulislah, "Bismika Allahumma". [Shahih Bukhari]

Golongan yang mengingkari nama dan sifat Allah disebut al-mu'athilah, sama halnya pengingkaran itu secara keseluruhan atau sebagiannya. Golongan ini terbagi menjadi empat kelompok:

1-      Al-Asya'irah, Al-Maturidiyah dan yang sealiran dengan mereka. Kelompok ini mengakui semua nama Allah namun mengingkari sebagian sifat-Nya.

2-      Al-Mu'tazilah dan yang sealiran dengannya dari ahli kalam, mengakui semua nama Allah dan mengingkari semua sifat-Nya.

3-      Fanatik Al-Jahmiyah, Al-Qaramitha, Al-Bathiniya, dan yang sealiran dengan mereka. Kelompok ini mengaingkari semua nama dan  sifat Allah.

4-      Fanatik dari kaum falsafa, mereka tidak mengakui dan tidak juga mengingkari.

Lihat: Kaidah Nama dan Sifat Allah ‘azza wajalla

3.      Tidak dibenarkan menyampaikan kepada manusia hal-hal yang tidak difahami oleh mereka.

Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟» قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» فَقُلْت: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ َ قَال: «لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya:

«يَا عَائِشَةُ، لَوْلاَ أَنَّ قَوْمَكِ حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ لَأَمَرْتُ بِالْبَيْتِ، فَهُدِمَ، فَأَدْخَلْتُ فِيهِ مَا أُخْرِجَ مِنْهُ، وَأَلْزَقْتُهُ بِالأَرْضِ، وَجَعَلْتُ لَهُ بَابَيْنِ، بَابًا شَرْقِيًّا، وَبَابًا غَرْبِيًّا، فَبَلَغْتُ بِهِ أَسَاسَ إِبْرَاهِيمَ»

"Seandainya bukan karena keberadaan kaummu yang masih lekat dengan kejahiliyahan, tentu aku sudah perintahkan agar Ka'bah Baitulloh dirabohkan lalu aku masukkan ke dalamnya apa yang sudah dikeluarkan darinya dan aku akan jadikan (pintunya yang ada sekarang) rata dengan permukaan tanah, lalu aku buat pintu timur dan pintu barat dengan begitu aku membangunya diatas pondasi yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لَا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إِلَّا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً» [صحيح مسلم]

“Tidaklah kamu menyampaikan sesuatu kepada satu kaum yang belum bisa mereka pahami kecuali hal itu akan menjadi fitnah (cobaan dan masalah) bagi sebagian mereka”. [Sahih Muslim]

Lihat: Kitab Ilmu bab 48 dan 49; Memilih ilmu yang akan diamalkan dan disampaikan

4.      Hal itu disebabkan karena bisa mengakibatkan Allah dan Rasul-Nya didustakan, meskipun ia tidak bermaksud demikian.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ} [البقرة: 39]

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. [Al-Baqarah: 39]

{وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (4) فَقَدْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ} [الأنعام: 4، 5]

Dan setiap ayat dari ayat-ayat Tuhan yang sampai kepada mereka (orang kafir), semuanya selalu diingkarinya. Sungguh, mereka telah mendustakan kebenaran (Al-Qur'an) ketika sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. [Al-An'am: 4-5]

{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ} [الأنعام: 21]

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak beruntung. [Al-An'am: 21]

{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَّبَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا سَنَجْزِي الَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ آيَاتِنَا سُوءَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ} [الأنعام: 157]

Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan azab yang keras, karena mereka selalu berpaling. [Al-An'am: 157]

5.      Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menolak sikap orang yang merasa keberatan ketika dibacakan sebuah hadits yang berkenaan dengan sifat Allah dan menyatakan bahwa sikap tersebut bisa mencelakakan dirinya.

Perkataan Ibnu Abbas disebutkan oleh Syekh –rahimahullah- setelah perkataan Ali yang menyatakan bahwa seyogyanya tidak usah dituturkan kepada orang-orang apa yang tidak mereka mengerti, adalah untuk menunjukkan bahwa nash-nash Al-Qur’an maupun hadits yang berkenaan sifat Allah tidak termasuk hal tersebut, bahkan perlu pula disebutkan dan ditegaskan, karena keberatan sebagian orang akan hal tersebut bukanlah menjadi faktor penghalang untuk menyebutkannya, sebab para ulama semenjak zaman dahulu masih membacakan ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkenaan dengan sifat Allah di hadapan orang-orang umum maupun khusus.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ} [الزمر: 45]

Dan apabila yang disebut hanya nama Allah, kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi bergembira. [Az-Zumar: 45]

Ø  Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

كَانَ النَّبِيُّ سَاجِدًا يَدْعُو: «يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ» فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ: هَذَا يَزْعُمُ أَنَّهُ يَدْعُو وَاحِدًا، وَهُوَ يَدْعُو مَثْنَى مَثْنَى، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى} [الإسراء: 110] الْآيَةَ [تفسير الطبري]

Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sujud dan berdo’a: “Ya Rahman .. Ya Rahim ..!”, maka orang Musyrikin berkata: Orang ini menganggap bahwa dia berdo’a kepada satu tuhan, sekangkan ia sekarang berdo’a kepada dua tuahan! Maka Allah ta’aalaa menurunkan firmannya: {Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik)"} [Al-Israa:110] [Tafsir Ath-Thabariy]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (39); Berhakim kepada selain Allah dan RasulNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...