بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 3 atsar yang
menunjukkan larangan mengingkari nama dan sifat Allah ‘azza wajalla.
Firman Allah ta’aalaa:
{وَهُمْ يَكْفُرُونَ
بِالرَّحْمَنِ قُلْ هُوَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَإِلَيْهِ مَتَابِ} [الرعد: 30]
“Dan mereka kafir (ingkar) kepada Ar-Rahman
(Dzat Yang Maha Pengasih). Katakanlah: “Dia adalah Tuhanku,
tiada sesembahan yang hak selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan
hanya kepada-Nya aku bertaubat.” [Ar-Ra’d: 30]
a. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
" حَدِّثُوْا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُوْنَ، أَتُرِيْدُوْنَ أَنْ
يُكَذَّبَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ؟ "
“Berbicaralah kepada orang-orang dengan apa
yang difahami oleh mereka, apakah kalian menginginkan Allah dan Rasul-Nya
didustakan?” [Shahih Bukhari]
b. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ia
melihat seseorang terkejut ketika mendengar hadits Nabi Muhammad ﷺ yang berkenaan dengan sifat-sifat
Allah –ta’aalaa-, karena merasa keberatan dengan hal tersebut, maka Ibnu
Abbas berkata:
" مَا فَرَقُ هَؤُلاَءِ؟ يَجِدُوْنَ رِقَّةً
عِنْدَ مُحْكَمِهِ وَيَهْلِكُوْهُ عِنْدَ مَتَشَابِهٍ "
“Apa yang dikhawatirkan oleh mereka itu?
Mereka mau mendengar dan menerima ketika dibacakan ayat-ayat yang muhkamat
(jelas pengertiannya), tapi mereka keberatan untuk menerimanya ketika dibacakan
ayat-ayat yang mutasyabihat (sulit difahami). [Mushannaf ‘Abdurrazaq:
Shahih]
c. Orang-orang Quraisy ketika mendengar Rasulullah ﷺ menyebut “Ar-Rahman”, mereka
mengingkarinya, maka terhadap mereka itu, Allah –ta’aalaa- menurunkan
firmanNya:
{وَهُمْ يَكْفُرُونَ
بِالرَّحْمَنِ} [الرعد: 30]
“Dan mereka kafir terhadap Ar-Rahman”.
[Asbabun Nuzul karya Al-Wahidiy]
Dari ayat dan atsar di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 5 poin penting:
1. Dinyatakan
tidak beriman, karena mengingkari (menolak) sebagian dari Asma’ dan Sifat
Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف: 180]
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. [Al-A'raaf: 180]
{أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ
وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا
خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ
الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ} [البقرة: 85]
Apakah kamu beriman kepada sebagian
Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan
(yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan
dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab
yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
[Al-Baqarah: 85]
Ø Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar beberapa orang berselisih,
kemudian bersabda:
" إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِهَذَا، ضَرَبُوا
كِتَابَ اللهِ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، وَإِنَّمَا نَزَلَ كِتَابُ اللهِ يُصَدِّقُ
بَعْضُهُ بَعْضًا، فَلَا تُكَذِّبُوا بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَمَا عَلِمْتُمْ مِنْهُ
فَقُولُوا، وَمَا جَهِلْتُمْ، فَكِلُوهُ إِلَى عَالِمِهِ " [مسند
أحمد: صحيح]
"Sesungguhnya umat sebelum kalian
binasa karena ini, mereka membenturkan kitab suci Allah antara sebagian ayatnya
dengan sebagian yang lain, padahal sesungguhnya kitab suci Allah ini diturunkan
untuk membenarkan sebagiannya dengan sebagian yang lain, maka janganlah kalian
mendustakan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Apa yang kalian ketahui
darinya maka sampaikanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui maka serahkanlah
kepada orang yang mengetahuinya". [Musnad Ahmad: Sahih]
Penyimpangan terhadap nama-nama Allah adalah
penyelewengan terhadap apa yang seharusnya kita yakini dengan nama-nama
tersebut. Penyimpangan ini ada beberapa macam:
Pertama: Mengingkari salah satu dari nama-nama tersebut, atau mengingkari sifat
dan hukum yang dikandungnya.
Kedua: Menjadikan sifat yang dikandung nama-nama tersebut menyerupai sifat
makhluk.
Ketiga: Menamai Allah dengan nama yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an atau
hadits sahih.
Keempat: Mengambil nama-nama tersebut sebagai nama berhala.
Lihat: Asmaul Husna dalam Al-Qur'an dan Hadits
2. Penjelasan
tentang ayat yang terdapat dalam surat Ar-Ra’d (ayat 30).
Ayat ini
menunjukkah kewajiban mengimani segala Asma’ dan Sifat Allah, dan mengingkari
sesuatu darinya adalah kufur. Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا
لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ
نُفُورًا} [الفرقان: 60]
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Sujudlah
kepada Yang Maha Pengasih”, mereka menjawab, “Siapakah yang Maha Pengasih itu?
Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau (Muhammad) perintahkan kepada
kami (bersujud kepada-Nya)?” Dan mereka makin jauh lari (dari kebenaran). [Al-Furqan: 60]
Ø Dalam kisah perjanjian Hudaibaiyah diriwayatkan;
فَجَاءَ
سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فَقَالَ: هَاتِ اكْتُبْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابًا
فَدَعَا النَّبِيُّ ﷺ الكَاتِبَ،
فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ»، قَالَ سُهَيْلٌ: أَمَّا الرَّحْمَنُ،
فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا هُوَ وَلَكِنِ اكْتُبْ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ كَمَا
كُنْتَ تَكْتُبُ، فَقَالَ المُسْلِمُونَ: وَاللَّهِ لاَ نَكْتُبُهَا إِلَّا بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «اكْتُبْ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ» [صحيح البخاري]
"Maka Suhail bin 'Amru datang seraya
berkata, "Bawa kemari (kertas) dan buatlah surat perjanjian antara kami
dan kalian". Maka Nabi ﷺ memanggil seorang
penulis lalu Nabi ﷺ bersabda,
"(Tulislah) bismillahir rahmaanir rahim". Maka Suhail berkata,
"Tentang sebutan Ar-Rahman, demi Allah, aku tidak mengenalnya. Tetapi
tulislah Bismika Allahumma (Dengan namu-Mu ya Allah) sebagaimana
sebelumnya kamu biasa menuliskannya". Maka kaum Muslimun berkata,
"Demi Allah, janganlah ditulis melainkan bismillahir rahmaanir rahim".
Maka Nabi ﷺ berkata, "Tulislah, "Bismika
Allahumma". [Shahih Bukhari]
Golongan yang mengingkari nama dan
sifat Allah disebut al-mu'athilah, sama halnya pengingkaran itu secara
keseluruhan atau sebagiannya. Golongan ini terbagi menjadi empat kelompok:
1- Al-Asya'irah, Al-Maturidiyah dan yang sealiran
dengan mereka. Kelompok ini mengakui semua nama Allah namun mengingkari
sebagian sifat-Nya.
2- Al-Mu'tazilah dan yang sealiran dengannya dari ahli kalam,
mengakui semua nama Allah dan mengingkari semua sifat-Nya.
3- Fanatik Al-Jahmiyah, Al-Qaramitha, Al-Bathiniya,
dan yang sealiran dengan mereka. Kelompok ini mengaingkari semua nama dan sifat Allah.
4- Fanatik dari kaum falsafa, mereka tidak mengakui dan tidak juga
mengingkari.
Lihat:
Kaidah Nama dan Sifat Allah ‘azza wajalla
3. Tidak
dibenarkan menyampaikan kepada manusia hal-hal yang tidak difahami oleh mereka.
Mu'adz bin Jabal radhiallahu
'anhu berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ هَلْ
تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟»
قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى
الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ
عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» فَقُلْت: يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ َ قَال: «لَا تُبَشِّرْهُمْ
فَيَتَّكِلُوا»
"Aku pernah membonceng di
belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang
diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa
hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para
hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba
tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh
aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab:
"Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah
saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepadanya:
«يَا عَائِشَةُ، لَوْلاَ أَنَّ قَوْمَكِ حَدِيثُ عَهْدٍ
بِجَاهِلِيَّةٍ لَأَمَرْتُ بِالْبَيْتِ، فَهُدِمَ، فَأَدْخَلْتُ فِيهِ مَا
أُخْرِجَ مِنْهُ، وَأَلْزَقْتُهُ بِالأَرْضِ، وَجَعَلْتُ لَهُ بَابَيْنِ، بَابًا
شَرْقِيًّا، وَبَابًا غَرْبِيًّا، فَبَلَغْتُ بِهِ أَسَاسَ إِبْرَاهِيمَ»
"Seandainya bukan karena
keberadaan kaummu yang masih lekat dengan kejahiliyahan, tentu aku sudah
perintahkan agar Ka'bah Baitulloh dirabohkan lalu aku masukkan ke dalamnya apa
yang sudah dikeluarkan darinya dan aku akan jadikan (pintunya yang ada
sekarang) rata dengan permukaan tanah, lalu aku buat pintu timur dan pintu
barat dengan begitu aku membangunya diatas pondasi yang telah dibangun oleh
Nabi Ibrahim Alaihissalam". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu berkata:
«مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا
حَدِيثًا لَا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إِلَّا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً» [صحيح مسلم]
“Tidaklah kamu menyampaikan sesuatu kepada
satu kaum yang belum bisa mereka pahami kecuali hal itu akan menjadi fitnah
(cobaan dan masalah) bagi sebagian mereka”. [Sahih Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 48 dan 49; Memilih ilmu yang akan diamalkan dan disampaikan
4. Hal
itu disebabkan karena bisa mengakibatkan Allah dan Rasul-Nya didustakan,
meskipun ia tidak bermaksud demikian.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا
وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ} [البقرة: 39]
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. [Al-Baqarah: 39]
{وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ
آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (4) فَقَدْ
كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا
كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ} [الأنعام: 4، 5]
Dan setiap ayat dari ayat-ayat Tuhan yang sampai
kepada mereka (orang kafir), semuanya selalu diingkarinya. Sungguh, mereka
telah mendustakan kebenaran (Al-Qur'an) ketika sampai kepada mereka, maka kelak
akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka
perolok-olokkan. [Al-An'am: 4-5]
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ
الظَّالِمُونَ} [الأنعام: 21]
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya?
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak beruntung. [Al-An'am: 21]
{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ
كَذَّبَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا سَنَجْزِي الَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ
آيَاتِنَا سُوءَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ} [الأنعام:
157]
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak, Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan azab yang
keras, karena mereka selalu berpaling. [Al-An'am: 157]
5. Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma menolak sikap orang yang merasa keberatan
ketika dibacakan sebuah hadits yang berkenaan dengan sifat Allah dan menyatakan
bahwa sikap tersebut bisa mencelakakan dirinya.
Perkataan Ibnu Abbas disebutkan oleh
Syekh –rahimahullah- setelah perkataan Ali yang menyatakan bahwa
seyogyanya tidak usah dituturkan kepada orang-orang apa yang tidak mereka
mengerti, adalah untuk menunjukkan bahwa nash-nash Al-Qur’an maupun hadits yang
berkenaan sifat Allah tidak termasuk hal tersebut, bahkan perlu pula disebutkan
dan ditegaskan, karena keberatan sebagian orang akan hal tersebut bukanlah
menjadi faktor penghalang untuk menyebutkannya, sebab para ulama semenjak zaman
dahulu masih membacakan ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkenaan dengan sifat
Allah di hadapan orang-orang umum maupun khusus.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ
وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا
ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ} [الزمر: 45]
Dan apabila yang disebut hanya nama Allah, kesal
sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila
nama-nama sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi
bergembira. [Az-Zumar: 45]
Ø Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
كَانَ
النَّبِيُّ ﷺ سَاجِدًا
يَدْعُو: «يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ» فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ: هَذَا يَزْعُمُ
أَنَّهُ يَدْعُو وَاحِدًا، وَهُوَ يَدْعُو مَثْنَى مَثْنَى، فَأَنْزَلَ اللَّهُ
تَعَالَى: {قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا
فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى} [الإسراء: 110] الْآيَةَ [تفسير الطبري]
Pernah
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sujud dan berdo’a: “Ya Rahman .. Ya
Rahim ..!”, maka orang Musyrikin berkata: Orang ini menganggap bahwa dia
berdo’a kepada satu tuhan, sekangkan ia sekarang berdo’a kepada dua tuahan!
Maka Allah ta’aalaa menurunkan firmannya: {Katakanlah: "Serulah
Allah atau Serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik)"} [Al-Israa:110]
[Tafsir Ath-Thabariy]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (39); Berhakim kepada selain Allah dan RasulNya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...