بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits
keenam:
6/6- وَعَنْ أبي إِسْحَاقَ سعْدِ بْنِ أبي
وَقَّاصٍ مَالك بنِ أُهَيْبِ بْنِ عَبْدِ مَنَافِ بْنِ زُهرةَ بْنِ كِلابِ بْنِ
مُرَّةَ بْنِ كعْبِ بنِ لُؤىٍّ الْقُرشِيِّ الزُّهَرِيِّ رضِي اللَّهُ عَنْهُ،
أَحدِ الْعَشرة الْمَشْهودِ لَهمْ بِالْجَنَّة، رضِي اللَّهُ عَنْهُم قَالَ: "جَاءَنِي
رسولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَعُودُنِي عَامَ حَجَّة الْوَداعِ مِنْ
وَجعٍ اشْتدَّ بِي فَقُلْتُ: يَا رسُول اللَّهِ إِنِّي قَدْ بلغَ بِي مِن الْوجعِ
مَا تَرى، وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلاَ يَرثُنِي إِلاَّ ابْنةٌ لِي، أَفأَتصَدَّق
بثُلُثَىْ مالِي؟ قَالَ: لا، قُلْتُ: فالشَّطُر يَارسوُلَ اللهِ؟ فقالَ: لا،
قُلْتُ فالثُّلُثُ يَا رَسُولَ اللَّه؟ قَالَ: الثُّلثُ والثُّلُثُ كثِيرٌ -أَوْ
كَبِيرٌ - إِنَّكَ إِنْ تَذرَ وَرثتك أغنِياءَ خَيْرٌ مِن أَنْ تذرهُمْ عالَةً
يَتكفَّفُونَ النَّاس، وَإِنَّكَ لَنْ تُنفِق نَفَقةً تبْتغِي بِهَا وجْهَ اللهِ
إِلاَّ أُجرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى ما تَجْعلُ فِيِّ امْرَأَتكَ قَال: فَقلْت: يَا
رَسُولَ اللهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي؟ قَال: إِنَّك لَنْ تُخَلَّفَ فتعْمَل
عَمَلاً تَبْتغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ إلاَّ ازْددْتَ بِهِ دَرجةً ورِفعةً ولعَلَّك
أَنْ تُخلَّف حَتَى ينْتفعَ بكَ أَقَوامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخرُونَ. اللَّهُمَّ
أَمْضِ لأِصْحابي هجْرتَهُم، وَلاَ ترُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهم، لَكن الْبائسُ
سعْدُ بْنُ خوْلَةَ، يرْثى لَهُ رسولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَن
مَاتَ بمكَّةَ" متفقٌ عليهِ.
Dan dari Abu Ishaq Sa'ad bin Abu Waqash
Malik bin Uhaib bin ‘Abdi Manaf bin Zahrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin
Luaiy Al-Qurasyiy radhiallahu'anhu -salah seorang dari sepuluh yang
dijamin bagi mereka surga radhiyallahu ‘anhum-, ia berkata; Rasulullah ﷺ pernah mengunjungiku pada hari Haji Wada'
(perpisahan) saat sakitku sudah sangat parah, lalu aku berkata: " Sakitku
sudah sangat parah (menjelang kematianku) dan aku banyak memiliki harta sedangkan
tidak ada yang akan mewarisinya kecuali anak perempuanku. Bolehkah aku
menyedekahkan dua pertiga dari hartaku ini? Beliau menjawab, "Tidak
boleh". Aku katakan lagi, "Bagaimana kalau setengahnya?" Beliau
menjawab, "Tidak boleh". Aku katakan lagi, "Bagaimana kalau
sepertiganya?" Beliau menjawab: "Sepertiga dan sepertiga itu sudah
besar atau banyak. Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan berkecukupan (kaya) itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka
serba kekurangan sehingga nantinya mereka akan meminta-minta kepada manusia.
Dan kamu tidaklah menginfaqkan suatu harta yang hanya kamu niatkan mencari
ridha Allah kecuali kamu pasti diberi balasan pahala atasnya bahkan sekalipun
nafkah yang kamu berikan untuk mulut istrimu". Lalu aku bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur panjang setelah sahabat-sahabatku?
Beliau berkata: "Tidaklah sekali-kali engkau diberi umur panjang lalu kamu
beramal shalih mengharapkan wajah Allah melainkan akan bertambah derajat dan
kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat
mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi
kaum yang lain. Ya Allah sempurnakanlah pahala hijrah sahabat-sahabatku dan
janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang (meninggalkan hijrah)".
Namun yang menyedihkan adalah Sa'ad bin Khaulah”. Rasulullah ﷺ menyayangkan
karena dia (Sa’ad bin Khaulah) meningal dunia di Makkah. [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Biografi Abu
Ishaq Sa'ad bin Abu Waqash radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Sa’ad bin Abi Waqqash
2) Keutamaan
menjenguk orang sakit.
Diantaranya:
a.
Salah satu hak muslim atas muslim lainnya
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
" حَقُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلاَمِ،
وَعِيَادَةُ المَرِيضِ، وَاتِّبَاعُ الجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ،
وَتَشْمِيتُ العَاطِسِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam,
menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan
orang yang bersin". [Shahih Bukhari dan Muslim]
b.
Mendekatkan diri kepada Allah.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي، قَالَ: يَا
رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ؟ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ، قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ
أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ
عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ؟ "
Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla
berkata pada hari kiamat: “Hai anak Adam! Aku sakit, mengapa kamu tidak
menjenguk-Ku?" Jawab anak Adam, "Wahai Rabb-ku, bagaimana mengunjungi
Engkau, padahal Engkau Tuhan semesta alam?" Allah Ta'ala berfirman,
"Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa kamu tidak
mengunjunginya? Apakah kamu tidak tahu, seandainya kamu kunjungi dia kamu akan
mendapati-Ku di sisinya?" [Shahih Muslim]
c.
Mendapatkan do’a para malaikat.
Dari 'Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ عَادَ أَخَاهُ إِلا ابْتَعَثَ اللهُ لَهُ
سَبْعِينَ أَلْفَ مَلَكٍ يُصَلُّونَ عَلَيْهِ مِنْ أَيِّ سَاعَاتِ النَّهَارِ،
كَانَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمِنْ أَيِّ سَاعَاتِ اللَّيْلِ كَانَ حَتَّى يُصْبِحَ
" [مسند أحمد: صحيح]
"Tidaklah seorang muslim menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan
mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu
siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh."
[Musnad Ahmad: Sahih]
d. Mendapatkan rahmat.
Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ عَادَ مَرِيضًا،
لَمْ يَزَلْ يَخُوضُ فِي الرَّحْمَةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ اغْتَمَسَ
فِيهَا» [مسند أحمد: صحيح]
"Barangsiapa yang menjenguk orang yang
sakit maka dia telah menceburkan diri ke dalam rahmat sampai dia duduk. Jika
dia telah duduk maka dia diliputinya". [Musnad Ahmad: Shahih]
e. Berada dalam jaminan Allah.
Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata;
«عَهِدَ إِلَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَمْسٍ مَنْ فَعَلَ
مِنْهُنَّ كَانَ ضَامِنًا عَلَى اللَّهِ: مَنْ عَادَ مَرِيضًا، أَوْ خَرَجَ مَعَ
جَنَازَةٍ، أَوْ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَوْ دَخَلَ عَلَى إِمَامٍ
يُرِيدُ بِذَلِكَ تَعْزِيرَهُ وَتَوْقِيرَهُ، أَوْ قَعَدَ فِي بَيْتِهِ فَيَسْلَمُ
النَّاسُ مِنْهُ وَيَسْلَمُ» [مسند أحمد: حسن]
“Rasulullah ﷺ
mewasiatkan lima hal pada kami, barangsiapa melaksanakannya akan mendapat
jaminan dari Allah; barangsiapa menjenguk orang sakit, pergi mengantar jenazah,
pergi berperang di jalan Allah, mengunjungi pemimpin dengan maksud menguatkan
dan memuliakannya atau tinggal di rumahnya hingga orang-orang selamat dari
(ganggugannya) dan ia pun selamat." [Musnad Ahmad: Hasan]
f.
Mendapatkan tempat di surga
Dari Tsauban –mantan budak
Rasulullah ﷺ- radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ عَادَ مَرِيضًا
لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ»، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا خُرْفَةُ
الْجَنَّةِ؟ قَالَ: «جَنَاهَا» [صحيح مسلم]
"Siapa yang mengunjungi seorang yang
sakit, maka orang itu senantiasa berada dalam khurfah surga. Beliau ditanya; Apa itu khurfah surga itu?
Beliau menjawab, 'Taman yang penuh dengan buah-buahan yang dapat dipetiknya.' [Shahih
Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ
مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا» [سنن
الترمذي: حسن]
"Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya
semata-mata karena Allah, maka seorang penyeru akan menyeru: Engkau telah
berbuat baik dan berjalanmu pun baik serta engkau telah memesan sebuah tempat
di surga." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
3) Mendo’akan
orang yang sakit ketika menjenguk.
Dari Ibnu
'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: Jika seseorang datang menjenguk orang sakit maka bacalah:
«اللَّهُمَّ اشْفِ عَبْدَكَ، يَنْكَأُ لَكَ عَدُوًّا، أَوْ يَمْشِي
لَكَ إِلَى صَلَاةٍ»
“Ya
Allah berilah kesembuhan pada hamba-Mu, agar ia dapat melawan musuh demi
Engkau, atau berjalan demi Engkau untuk mendirikan shalat”. [Sunan Abu Daud:
Sahih]
Lihat:
Ruqyah, do'a kesembuhan
4) Kewajiban
menafkahi keluarga.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ» [سنن أبي
داود: حسنه الألباني]
"Cukuplah seseorang itu berdosa jika menelantarkan orang yang berada
dalam tanggungannya". [Sunan Abi Daud: Hasan]
5) Keutamaan
berinfak.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahul 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ
فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ
أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى
أَهْلِكَ» [صحيح مسلم]
"Dinar (uang) yang kau infakkan di jalan Allah, dan dinar yang kau
infakkan untuk memerdekakan budak, dan dinar yang kau sedekahkan kepada orang
miskin, dan dinar yang kau nafkahkan kepada keluargamu, yang paling besar
pahalanya adalah yang kau nafkahkan kepada keluargamu". [Sahih Muslim]
Lihat:
Keutamaan zakat, infak, dan sedekah.
6) Keutamaan
menikah.
Dari 'Irbadh
bin Sariyah radhiyallahul 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
" إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَقَى امْرَأَتَهُ مِنَ الْمَاءِ أُجِرَ
" [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya seorang suami jika memberi menum istrinya seteguk air akan
diberi pahala"
'Irbadh berkata: Maka aku datangi istriku lalu aku beri minum kemudian
aku sampaikan padanya apa yang aku dengar dari Rasulullah. [Musnad Ahmad:
Hasan]
Lihat:
Keutamaan menikah.
7) Keutamaan
umur panjang yang disertai amal shalih.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
«مَنْ
طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ»
"Orang yang panjang umurnya dan baik
amalannya"
Ia bertanya lagi: Lalu siapakah orang yang
paling buruk?
Rasulullah menjawab:
«مَنْ
طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Orang yang panjang umurnya dan buruk
amalannya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Lihat:
Do’a panjang umur.
8) Keutamaan
berwasiat tidak lebih dari sepertiga harta.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا
حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ
وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ} [البقرة: 180]
Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak
menjemput seseorang di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat
untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban
bagi orang-orang yang bertakwa. [Al-Baqarah: 180]
9) Wasiat tidak
boleh diberikan kepada ahli waris.
Dari 'Amr
bin Kharijah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ أَعْطَى
كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، وَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya
Allah telah memberikan kepada semua yang berhak apa yang menjadi haknya. Karena
itu, tidak ada lagi wasiat bagi ahli waris." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Hadits
ketujuh:
7/7- وَعَنْ أبي هُريْرة عَبْدِ الرَّحْمن
بْنِ صخْرٍ رضي الله عَنْهُ قَالَ: قالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم: "إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ،
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ "رواه مسلم.
Dan dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin
Shakhr radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallau
'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menilai kalian
dari jasad dan penampilan, akan tetapi Allah menilai isi hati kalian".
[Diriwayatkan oleh imam Muslim]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Biografi Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Kisah Abu Hurairah dan semangkuk susu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
2) Allah
menilai suatu amalan dari niat dan ketulusannya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ
وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ} [الشعراء:
87 - 89]
Dan janganlah Engkau hinakan aku pada
hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
[Asy-Syu'araa': 87 - 89]
Ø Bakr bin Abdillah Al-Muzaniy rahimahullah berkata:
«إِنَّ أَبَا بَكْرٍ لَمْ يَفْضُلِ النَّاسَ بِأَنَّهُ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ صَلَاةً وَصَوْمًا، إِنَّمَا فَضَلَهُمْ بِشَيْءٍ كَانَ فِي قَلْبِهِ»
"Sungguh Abu Bakr tidak
mengalahkan kemuliaan manusia karena ia yang paling banyak shalatnya atau
puasanya, akan tetapi mengalahkan kemuliaan mereka dengan sesuatu yang ada di
dalam hatinya (iman)". [Fadhail Ash-Shahabah karya Imam Ahmad]
3) Apabila hati
baik maka jasad dan penampilan akan baik.
Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu
'anhuma, Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:
«أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْب»
"Sesungguhnya dalam tubuh
manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh tubuhnya juga akan baik,
dan jika ia rusak maka seluruh tubuhnya juga akan rusak, sesungguhnya ia adalah
HATI" . [Sahih Bukhari dan Muslim]
4) Pentingnya
menjaga hati.
Ummu Salamah radhiyallahu 'anha
berkata; Do’a Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam yang paling
sering adalah:
«يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي
عَلَى دِينِكَ»
“Wahai
Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu”.
Ummu Salamah berkata; wahai Rasulullah,
betapa sering anda berdoa: "YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA
DIINIKA"
Beliau berkata:
«يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ
إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ
أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ»
"Wahai
Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun melainkan hatinya
berada diantara dua jari diantara jari-jari Allah, barang siapa yang Allah kehendaki
maka Dia akan meluruskannya dan barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan
membelokkannya." [Sunan Tirmidzi: Shahih]
Hadits
kedelapan:
8/8- وعَنْ أبي مُوسَى عبْدِ اللَّهِ بْنِ
قَيْسٍ الأَشعرِيِّ رضِي الله عنه قالَ: سُئِلَ رسولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم عَنِ الرَّجُلِ يُقاتِلُ شَجَاعَةً، ويُقاتِلُ حَمِيَّةً ويقاتِلُ رِياءً،
أَيُّ ذلِك في سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم: "مَنْ قاتَلَ لِتَكُون كلِمةُ اللَّهِ هِي الْعُلْيَا فهُوَ في
سَبِيلِ اللَّهِ" مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
Dan dari Abu Musa Abdillah bin Qais
Al-Asy’ariy -radhiallahu 'anhu-, ia berkata; Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- ditanya tenang seseorang berperang karena ingin
memperlihatkan keberaniannya, atau berperang karena fanatisme, atau berparang untuk dilihat orang, manakah yang
disebut fii sabilillah?"
Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat
Allah dialah yang disebut fii sabilillah". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Jihad harus ikhlas
karena Allah dan berdasarkan ilmu.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu
'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ أَوَّلَ
النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ
فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ:
قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ
لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى
وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ " [صحيح
مسلم]
"Sesungguhnya manusia yang pertama
kali dihisab pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu
diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas,
lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia
menjawab, 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati
syahid.' Allah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena
untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu
telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka”. [Shahih Muslim]
2) Keutamaan
jihad.
Lihat hadits ketiga dalam bab ini.
3) Perang bukan
tujuan utama.
Usamah bin Zaid radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutuskan
kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami sampai di Al-Huruqat, yakni suatu
tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku berjumpa seorang lelaki, lelaki
tersebut lalu mengucakan LAA ILAAHA ILLAALLAH (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah), namun aku tetap menikamnya. Lalu aku merasa ada
ganjalan dalam diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan
kepada Rasulullah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
lalu bertanya:
«أَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ؟»
'Kenapa kamu membunuh orang yang
telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaah? '
Aku menjawab, "Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang."
«أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا؟»
"Sudahkah kamu membelah
dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau
tidak?"
Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu
kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat
itu." [Shahih Muslim]
Ø Ali radhiyallahu 'anhu bertanya ketika diberi
bendera pasukan melawan Khaibar: "Apakah aku perangi mereka hingga mereka
menjadi seperti kita (Muslim)?"
Beliau menjawab:
انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ
ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ فَوَاللَّهِ
لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ
النَّعَمِ
"Melangkahlah ke depan hingga
kamu memasuki tempat tinggal mereka lalu serulah mereka ke dalam Islam dan beritahu
kepada mereka tentang apa yang diwajibkan atas mereka. Demi Allah, bila ada
satu orang saja yang mendapat petunjuk melalui dirimu maka itu lebih baik
bagimu dari pada unta-unta merah (yang paling bagus) ". [Shahih Bukhari
dan Muslim]
Hadits
kesembilan:
9/9- وعن أبي بَكْرَة نُفيْعِ بْنِ الْحارِثِ
الثَّقفِي رَضِي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ:
"إِذَا الْتقَى الْمُسْلِمَانِ بسيْفيْهِمَا فالْقاتِلُ والمقْتُولُ في
النَّارِ"، قُلْتُ: يَا رَسُول اللَّهِ، هَذَا الْقَاتِلُ فمَا بَالُ
الْمقْتُولِ؟ قَال: "إِنَّهُ كَانَ حَرِيصاً عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ"
متفقٌ عليه.
Dan dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits
Ats-Tsaqafiy radhiallahu 'anhu; Bahwasanya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jika dua
orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang
masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka".
Aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah,
ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Dia juga sebelumnya sangat ingin membunuh temannya".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Biografi Abu
Bakrah Nufai’ bin Al-Harits Ats-Tsaqafiy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2) Ancaman bagi
seorang pembunuh.
Allah
-subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ
خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا
عَظِيمًا} [النساء: 93]
Dan
barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya. [An-Nisaa': 93]
Lihat: ِSyarah Arba'in hadits (14) Ibnu Mas’ud; Haram darah seorang muslim
3) Membunuh
tanpa hak adalah dosa besar tapi tidak mengeluarkan seseorang dari keislaman
selama tidak menghalalkannya.
Allah
-subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا} [الحجرات: 9]
Dan
kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu
damaikan antara keduanya!
[Al-Hujuraat:9]
Adapun hadits yang
menunjukkan bahwa pembunuh itu kafir maka yang dimaksud adalah kafir
(mengingkari) nikmat atau membunuh karena menghalalkan darah seorang muslim.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"
Mencerca orang muslim adalah fasiq dan memeranginya adalah
kufur". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Jarir radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda waktu haji wada’:
«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ
بَعْضٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Janganlah kalian kembali menjadi kafir,
karena kalian saling membunuh satu sama lain." [Shahih Bukhari dan Muslim]
4) Berniat
melakukan suatu keburukan dan telah berusahan namun tidak berhasil karena ada
halangan, maka dicatat baginya dosa keburukan tersebut secara sempurna.
Dari Abu Kabsyah Al-Anmaariy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، ... وَعَبْدٍ
رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ
بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا
يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ
يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا
لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
" [ سنن الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya dunia itu untuk empat
orang; ... Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak
diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak
takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya
serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk,
Keempat, selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia
bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan
si fulan (yang serampangan mengelola hartanya), karena niatnya benar, maka dosa
keduanya sama." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
5) Adapun jika
hanya sebatas keinginan tapi belum berusaha mewujudkanya maka tidak mendapakan
dosa, bahkan dicatat kebaikan jika ia tinggalkan karena Allah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ
أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah memaafkan
apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama tidak melakukan atau pun
mengungkapnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللَّهُ: إِذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ
سَيِّئَةً، فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا، فَإِنْ عَمِلَهَا
فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا، وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي فَاكْتُبُوهَا لَهُ
حَسَنَةً " [صحيح البخاري]
"Allah berfirman: 'Jika
seorang hamba-Ku ingin melakukan kejahatan maka janganlah kalian catat hingga
Ia melakukannya, dan jika ia melakukannya maka catatlah semisalnya. Jika ia
meninggalkannya karena Aku maka catatlah kebaikan baginya." [Sahih
Bukhari]
Hadits
kesepuluh:
10/10- وَعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله
عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "صَلاَةُ
الرَّجُلِ في جماعةٍ تزيدُ عَلَى صَلاَتِهِ في سُوقِهِ وَبَيْتِهِ بضْعاً
وعِشْرينَ دَرَجَةً، وذلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ،
ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِد لا يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ، لا يُرِيدُ إِلاَّ
الصَّلاَةَ، لَمْ يَخطُ خُطوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِها دَرجةٌ، وَحُطَّ عَنْهُ
بِهَا خَطيئَةٌ حتَّى يَدْخلَ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كانَ في
الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاةُ هِيَ تحبِسُهُ، وَالْمَلائِكَةُ يُصَلُّونَ
عَلَى أَحَدكُمْ مَا دَامَ في مَجْلِسهِ الَّذي صَلَّى فِيهِ، يقُولُونَ:
اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مالَمْ
يُؤْذِ فِيهِ، مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ "متفقٌ عليه، وهَذَا لَفْظُ مُسْلمٍ.
Dan dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu katanya; Rasulullah ﷺ bersabda:
"Shalat seseorang dengan berjamaah melebihi dua puluh lima atau dua puluh
tujuh derajat dari shalat seseorang yang dikerjakan di rumahnya dan di pasarnya
(sendirian), demikian itu karena bila salah seorang diantara mereka berwudhu
dengan menyempurnakan wudhunya, lalu mendatangi masjid, dan tidak ada yang
mendorongnya kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah satu langkah,
kecuali akan ditinggikan derajatnya dan dihapus kesalahannya, hingga ia masuk
masjid, jika ia telah masuk masjid, maka ia dihitung dalam shalat selama ia
tertahan oleh shalat, dan malaikat terus mendoakan salah seorang diantara
kalian selama ia dalam majelisnya yang ia pergunakan untuk shalat, malaikat
akan berdoa, "Ya Allah, rahmatilah dia, Ya Allah, ampunilah dia, Ya
Allah maafkanlah dia!" selama ia tidak melakukan gangguan dan belum
berhadats."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Keutamaan
shalat berjama’ah.
Diantaranya:
a. Pahalanya
lebih banyak.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«صَلاَةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ
الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً» [صحيح البخاري ومسلم]
“Shalat jama'ah melebihi
pahala shalat sendiri sebanyak 27 derajat”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dan dari Abu Sa'id
Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«صَلاَةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ
الفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً» [صحيح البخاري]
“Shalat jama'ah melebihi
pahala shalat sendiri sebanyak 25 derajat”. [Sahih Bukhari]
b. Setiap
langkahnya mengangkat derajat dan menghapuskan dosa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ
مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ،
كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً»
[صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang bersuci di
rumahnya kemudian berjalan menuju mesjid rumah Allah untuk menunaikan shalat
fardhu yang telah diwajibkan oleh Allah, maka kedua langkahnya salah satunya
menghapuskan dosa dan yang satunya lagi mengangkat derajatnya (di surga)”.
[Sahih Muslim]
c. Malaikat
mendo’akan selama di dalam mesjid.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لَا يَزَالُ الْعَبْدُ فِي
صَلَاةٍ مَا كَانَ فِي مُصَلَّاهُ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ، وَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ:
اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللهُمَّ ارْحَمْهُ، حَتَّى يَنْصَرِفَ، أَوْ يُحْدِثَ
" [صحيح مسلم]
“Seorang hamba masih terhitung
dalam shalat selama ia masih di tempat shalatnya (mesjid) menunggu shalat
berikutnya, dan malaikat berdo'a: "Ya Allah ampunilah ia, Ya Allah
rahmatilah ia", sampai ia beranjak atau berhadats (wudhunya batal)”.
[Sahih Muslim]
Lihat: Keutamaan shalat berjama’ah.
2) Hukum shalat
berjama’ah.
Lihat:
Kewajiban shalat berjama’ah.
Hadits
kesebelas:
11/11- وَعَنْ أبي الْعَبَّاسِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلب رَضِي اللهُ عنهما، عَنْ رَسُول الله
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، فِيما يَرْوى عَنْ ربِّهِ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى
قَالَ: "إِنَّ اللهَ كتَبَ الْحسناتِ والسَّيِّئاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلِكَ:
فمَنْ همَّ بِحَسَنةٍ فَلمْ يعْمَلْهَا كتبَهَا اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلةً وَإِنْ همَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَشْر
حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمَائِةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كثيرةٍ، وَإِنْ هَمَّ
بِسيِّئَةِ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً،
وَإِنْ هَمَّ بِها فعَمِلهَا كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً" متفقٌ
عليهِ.
Dan dari Abu Al-‘Abbas Abdullah bin
Abbas bin Abdil Muthalih radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabnya tabaraka
wa ta’aalaa, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah menulis kebaikan dan
kejahatan," selanjutnya beliau jelaskan: "Siapa yang berniat kebaikan
lantas tidak jadi ia amalkan, Allah tabaraka wa ta’aalaa mencatat satu
kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan,
Allah mencatatnya sepuluh kebaikan, bahkan hingga dilipat-gandakan tujuh ratus
kali, bahkan lipat-ganda yang tidak terbatas, sebaliknya barangsiapa yang
berniat melakukan kejahatan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah menulis satu
kebaikan disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat kejahatan dan jadi ia
lakukan, Allah menulisnya sebagai satu kejahatan saja." [Muttafaqun
‘alaihi]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (37) Ibnu ‘Abbas; Bagaimana Allah mencatat kebaikan dan keburukan
Hadits
keduabelas:
12/12- وعن أبي عَبْد الرَّحْمَن عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخطَّابِ، رضيَ اللهُ عنهما قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ: "انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ
مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى آوَاهُمُ الْمبِيتُ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ،
فانْحَدَرَتْ صَخْرةٌ مِنَ الْجبلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمْ الْغَارَ، فَقَالُوا:
إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا الله تعالى بصالح
أَعْمَالكُمْ قَالَ رجلٌ مِنهُمْ: اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوانِ شَيْخَانِ
كَبِيرانِ، وكُنْتُ لاَ أَغبِقُ قبْلهَما أَهْلاً وَلا مالاً فنأَى بِي طَلَبُ
الشَّجرِ يَوْماً فَلمْ أُرِحْ عَلَيْهمَا حَتَّى نَامَا فَحَلبْت لَهُمَا
غبُوقَهمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِميْنِ، فَكَرِهْت أَنْ أُوقظَهمَا وَأَنْ
أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدِى
أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُما حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ وَالصِّبْيَةُ يَتَضاغَوْنَ
عِنْدَ قَدَمى فَاسْتَيْقظَا فَشَربَا غَبُوقَهُمَا. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ
فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ
هَذِهِ الصَّخْرَة، فانْفَرَجَتْ شَيْئاً لا يَسْتَطيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهُ.
قَالَ الآخر: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانتْ لِيَ ابْنَةُ عمٍّ كانتْ
أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ"وفي رواية: "كُنْتُ أُحِبُّهَا كَأَشد مَا
يُحبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءِ، فَأَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّى
حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ فَجَاءَتْنِى فَأَعْطَيْتُهِا
عِشْرينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّىَ بَيْنِى وَبَيْنَ نَفْسِهَا
ففَعَلَت، حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا"وفي رواية: "فَلَمَّا
قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْليْهَا، قَالتْ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفُضَّ الْخاتَمَ إِلاَّ
بِحَقِّهِ، فانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهِىَ أَحَبُّ النَّاسِ إِليَّ وَتركْتُ
الذَّهَبَ الَّذي أَعْطَيتُهَا، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعْلتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ
وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ، فانفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ
أَنَّهُمْ لا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا.
وقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجرَاءَ
وَأَعْطَيْتُهمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذي لَّه وَذَهبَ
فثمَّرت أجْرَهُ حَتَّى كثرت منه الأموال فجائنى بَعدَ حِينٍ فَقالَ يَا عبدَ
اللهِ أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى منْ أَجْرِكَ: مِنَ
الإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَم وَالرَّقِيق فقالَ: يا عَبْدَ اللَّهِ لا
تَسْتهْزيْ بي، فَقُلْتُ: لاَ أَسْتَهْزيُ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فاسْتاقَهُ
فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْه شَيْئاً، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتغَاءَ
وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فخرَجُوا يَمْشُونَ
"متفقٌ عليه.
Dan dari Abu ‘Abdirrahman 'Abdullah bin
'Umar bin Al-Khathab radhiallahu'anhuma berkata; Aku mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda, "Ada
tiga orang dari kalangan orang sebelum kalian yang sedang bepergian hingga
ketika mereka singgah dalam gua lalu mereka memasuki gua tersebut hingga
akhirnya ada sebuah batu yang jatuh dari gunung hingga metutupi gua. Mereka
berkata; Tidak akan ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali
bila kalian berdoa meminta kepada Allah dengan perantaraan kebaikan amal kalian!
Maka seorang diantara mereka berkata, "Ya Allah, aku memiliki kedua
orangtua yang sudah renta. Dan aku tidaklah pernah memberi minum susu
keluargaku pada akhir siang sebelum keduanya. Suatu hari aku keluar untuk
mencari sesuatu dan aku tidak beristirahat mencarinya hingga keduanya tertidur,
aku pulang namun aku dapati keduanya sudah tertidur dan aku tidak mau
mendahului keduanya meminum susu untuk keluargaku. Maka kemudian aku terlena
sejenak dengan bersandar kepada kedua tanganku sambil aku menunggu keduanya
bangun sampai fajar terbit, lalu keduanya terbangun dan meminum susu jatah malamnya.
Ya Allah seandainya aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah
celah batu ini. Maka batu itu sedikit bergeser namun mereka belum dapat keluar.
Nabi ﷺ
berkata, Kemudian berkata, yang lain, "Ya Allah, bersamaku ada putri
pamanku yang menjadi orang yang paling mencintaiku. Suatu hari aku
menginginkannya namun dia menolak aku. Sampai ia ditimpa kesulitan hidup
kemudian dia datang kepadaku lalu aku berikan dia seratus dua puluh dinar agar
aku dan dia bersenang-senang lalu dia setuju hiingga ketika aku sudah
menguasainya dia berkata; “Bertakwalah kepada Allah, tidak dihalalkan bagimu
merusak kesucian kecuali dengan cara yang haq!”. Lalu aku pergi meninggalkannya
padahal dia wanita yang paling aku cintai dan aku tinggalkan pula emas
perhiasan yang aku berikan kepadanya. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan
itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah celah pintu gua ini dimana kami
terjebak di dalamnya. Maka terbukalah sedikit batu itu namun mereka tetap belum
bisa keluar.
Bersabda Nabi ﷺ:
Kemudian orang yang ketiga berkata, Ya Allah aku pernah memperkerjakan
orang-orang lalu aku memberi upah mereka kecuali satu orang dari mereka yang meninggalkan
haknya lalu dia pergi. Kemudian upah orang tersebut aku kembangkan hingga
beberapa waktu kemudian ketika sudah banyak harta dari hasil yang aku
kembangkan tersebut orang itu datang kepadaku lalu berkata, "Wahai
'Abdullah, berikanlah hak upah saya!" Lalu aku katakan kepadanya; Itulah
semua apa yang kamu lihat adalah upahmu berupa unta, sapi, kambing dan
pengembalanya". Dia berkata, "Wahai 'Abdullah, kamu jangan
mengolok-olok aku!" Aku katakan: Aku tidak mengolok-olok!" Maka orang
itu mengambil seluruhnya dan tidak ada yang disisakan sedikitpun. Ya Allah
seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah
celah batu gua yang kami terjebak di dalamnya". Maka batu itu terbuka
akhirnya mereka dapat keluar dan pergi". [Muttafaqun 'alaihi]
Lihat: Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...