Senin, 08 Agustus 2022

Syarah Kitab Tauhid bab (45); Siapa yang mencaci masa maka dia telah menyakiti Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat dan 1 hadits yang menunjukkan larangan seseorang mencaci masa atau waktu karena itu termasuk perbuatan meyakiti Allah ‘azza wajalla.

Firman Allah ta’aalaa:

{وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ} [الجاثية: 24]

“Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” [Al-Jatsiah: 24]

Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«قَالَ اللهُ تَعَالَى: يُؤْذِيْنِي ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ»

 “Allah ta’aalaa berfirman: “Anak Adam (manusia) menyakiti Aku, mereka mencaci masa, padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang menjadikan malam dan siang silih berganti”.

Ø  Dan dalam riwayat yang lain dikatakan:

«لاَ تَسُبُّوْا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ»

“Janganlah kalian mencaci masa, karena Allah ta’aalaa adalah Pemilik dan Pengatur masa.”.

Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 4 poin penting:

1.      Larangan mencaci masa.

Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

«لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ؛ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Janganlah kalian mencela masa karena Allah adalah masa." [Musnad Ahmad: Shahih]

Mencela masa ada tiga macam:

Pertama: Hanya bermaksud memberitakan tentang kondisi masa tersebut tanpa ada maksud mencacinya, seperti ucapan: Hari ini sangat panas atau sangat dingin atau cuaca buruk. Ini hukumnya boleh seperti ucapan Nabi Luth ‘alaihissalam:

{وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ} [هود: 77]

Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (Lut) berkata, “Ini hari yang sangat sulit.” [Hud: 77]

Kedua: Mencaci masa dengan keyakinan bahwa masa itu adalah pengatur keadaan, baik atau buruk. Maka ini adalah kesyirikan karena meyakini ada yang mengatur di alam semesta ini selain Allah ‘azza wajalla.

Ketiga: Mencaci masa dengan meyakini bahwa Allah adalah pengaturnya, ia mencacinya karena ketidak puasa atau ketetapan Allah ‘azza wajalla. Maka ini hukumnya haram, tidak sampai pada kesyirikan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ» [سنن الترمذي: حسن]

"Sesungguhnya besar suatu pahala tergantung besarnya cobaan, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum akan ditimpakan bencana, maka barangsiapa yang ridha maka untuknya keridhaan Allah, dan barangsiapa yang murka maka untuknya pula murka Allah". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

2.      Mencaci masa berarti menyakiti Allah ta’aalaa.

Orang-orang Jahiliyah, kalau mereka tertimpa suatu musibah, bencana atau malapetaka, mereka mencaci masa. Maka Allah melarang hal tersebut, karena yang menciptakan dan mengatur masa adalah Allah Yang Maha Esa. Sedangkan menghina pekerjaan seseorang berarti menghina orang yang melakukannya. Dengan demikian, mencaci masa berarti mencela dan menyakiti Allah sebagai Pencipta dan Pengatur masa.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ} [آل عمران: 140]

Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim. [Ali 'Imran: 140]

{يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ} [النور: 44]

Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (yang tajam). [An-Nur: 44]

Adakah sesuatu yang menyakiti Allah?

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا} [الأحزاب: 57]

Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka. [Al-Ahzab: 57]

Ø  Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi bersabda:

«مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ، يَدَّعُونَ لَهُ الوَلَدَ، ثُمَّ يُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak ada seorang pun yang lebih bersabar atas gangguan yang didengarnya daripada Allah, ada manusia mengaku Allah mempunyai anak (yaitu orang Nasrani), namun Allah masih juga memberi mereka kesehatan dan rejeki." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jabir bin 'Abdullah radhiallahu'anhuma bahwa Nabi berkata:

«مَنْ لِكَعْبِ بْنِ الأَشْرَفِ، فَإِنَّهُ قَدْ آذَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ»، قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ: أَتُحِبُّ أَنْ أَقْتُلَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: فَأَتَاهُ، فَقَالَ: إِنَّ هَذَا - يَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَدْ عَنَّانَا وَسَأَلَنَا الصَّدَقَةَ، قَالَ: وَأَيْضًا، وَاللَّهِ لَتَمَلُّنَّهُ، قَالَ: فَإِنَّا قَدِ اتَّبَعْنَاهُ فَنَكْرَهُ أَنْ نَدَعَهُ، حَتَّى نَنْظُرَ إِلَى مَا يَصِيرُ أَمْرُهُ، قَالَ: فَلَمْ يَزَلْ يُكَلِّمُهُ حَتَّى اسْتَمْكَنَ مِنْهُ فَقَتَلَهُ [صحيح البخاري ومسلم]

"Siapa yang dapat menghadapi Ka'ab bin Al Asyrof karena dia telah menyakiti Allah dan rasul-Nya?". Muhammad bin Maslamah berkata, "Apakah Baginda suka bila aku membunuhnya, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Ya". Dia berkata, "Maka aku mendatanginya lalu Ka'b berkata, "Orang ini, maksudnya Nabi telah meminta tolong dan meminta shodaqoh kepada kita". Dia berkata, "Dan juga, demi Allah, pasti kamu akan meninggalkannya". Kata Muhammad: "Sungguh kami telah mengikutinya dan kami tidak mau bila meninggalkannya hingga kami melihat apa yang akan terjadi dengan urusannya". Dia berkata, "Dia terus saja berkata-kata hingga setelah ada kesempatan Muhammad membunuhnya. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ada beberapa jawaban ulama tentang makna “menyakiti Allah”, diantaranya:

a)      Menyakiti di sini maksudnya membuat Allah tidak senang (murka).

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 28]

Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 28]

Karena tidak ada sesuatu yang bisa menyakiti Allah ‘azza wajalla.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا} [آل عمران: 144]

Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. [Ali 'Imran: 144]

{وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا} [آل عمران: 176]

Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir; sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah. [Ali 'Imran: 176]

{إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا} [آل عمران: 177]

Sesungguhnya orang-orang yang membeli kekafiran dengan iman, sedikit pun tidak merugikan Allah. [Ali 'Imran: 177]

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 32]

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah ada petunjuk yang jelas bagi mereka, mereka tidak akan dapat memberi mudarat (bahaya) kepada Allah sedikit pun. Dan kelak Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 32]

Ø  Dalam hadits Qudsi yang diriwatkan oleh Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, Allah ta’aalaa berfirman:

«يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِي» [صحيح مسلم]

“Wahai hamba-Ku .. jika kalian merasakan kesulitan dari-Ku maka kalian tidak akan bisa membalasku dengan kesulitan, dan jika kalian merasakan kenikmatan dari-Ku maka kalian tidak akan bisa membalasku dengan kenikmatan”. [Shahih Muslim]

Lihat: Syarah Arba'in Nawawiy, hadits (24) Abu Dzar; Keharaman perbuatan dzalim

b)      Menyakiti Allah tidak sama dengan menyakiti makhluk, dan tidak semua yang menyakiti itu membahayakan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى: 11]

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]

Lihat: Kaedah Nama dan Sifat Allah ‘azza wajalla

3.      Perlu renungan akan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: “Karena Allah sesungguhnya adalah Pemilik dan Pengatur masa”.

Sabda beliau itu menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah dengan takdir Allah, karena itu wajib bagi seorang muslim untuk beriman dengan qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ} [الأعراف: 54]

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [Al-A'raaf: 54]

Larangan memukul wajah, karena Allah yang menciptakannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi bersabda:

«إِذَا قَاتَلَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ، فَلْيَجْتَنِبِ الْوَجْهَ، فَإِنَّ اللهَ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ» [صحيح مسلم]

"Apabila salah seorang darimu berkelahi dengan saudaranya yang muslim, maka hendaklah ia menghindari bagian wajah, karena Allah telah menciptakan Adam dengan rupa dan bentuk wajahnya.'" [Shahih Muslim]

4.      Mencaci mungkin saja dilakukan seseorang, meskipun ia tidak bermaksud demikian dalam hatinya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat, ia tidak memikirkan kandungannya, akan menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

«إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ» [صحيح البخاري]

"Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat yang diridhai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan Allah mengangkat derajatnya. Dan sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat yang dimurkai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka jahannam". [Sahih Bukhari]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (44); Ucapan seseorang: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...