بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat dan 1 hadits yang menunjukkan larangan bergurau dengan menyebut
nama Allah, Al-Qur’an, atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Firman Allah ta’aalaa:
{يَحْذَرُ
الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي
قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ
وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ
كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ
نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ} [التوبة:
64 - 66]
Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan
suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka.
Katakanlah (kepada mereka), “Teruskanlah berolok-olok (terhadap Allah dan
Rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan mengungkapkan apa yang kamu takuti itu.
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab,
“Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah,
“Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?” Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah
beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya
Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang (selalu) berbuat dosa. [At-Taubah: 64-66]
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Muhammad
bin Kaab, Zaid bin Aslam, dan Qatadah, suatu hadits dengan
rangkuman sebagai berikut: “Bahwasanya
ketika dalam peperangan Tabuk (Rajab 9 hijriyah), ada seseorang yang berkata:
“Belum pernah kami melihat seperti para ahli membaca Alqur’an (qurra’)
ini, orang yang lebih buncit perutnya, dan lebih dusta mulutnya, dan lebih
pengecut dalam peperangan”, maksudnya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat yang ahli membaca Al-Qur’an. Maka berkatalah Auf
bin Malik kepadanya: “Kau pendusta, kau munafik, aku beritahukan hal ini kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, lalu berangkatlah Auf bin
Malik kepada Rasulullah untuk memberitahukan hal ini kepada beliau, akan tetapi
sebelum ia sampai , telah turun wahyu kepada beliau.
Dan ketika orang itu datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau sudah beranjak dari
tempatnya dan menaiki untanya, maka berkatalah ia kepada Rasulullah: “Ya
Rasulullah, sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan mengobrol sebagaimana
obrolan orang yang mengadakan perjalanan untuk menghilangkan penatnya
perjalanan”, kata Ibnu Umar: “Sepertinya aku melihat orang tadi berpegangan
sabuk pelana unta Rasulullah, sedang kedua kakinya tersandung-sandung batu,
sambil berkata : “kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”, kemudian
Rasulullah bersabda kepadanya:
{قُلْ
أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ}
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat -Nya, dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan seperti itu tanpa menoleh, dan tidak bersabda kepadanya lebih dari
pada itu.
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 5 poin penting:
1.
Masalah yang sangat penting sekali, bahwa orang yang
bersenda gurau dengan menyebut nama Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya adalah
kafir.
Ulama berselisih jika ia taubat, apakah
diterima atau tidak:
Pendapat pertama: Tidak diterima
taubahnya, akan tetapi ia mesti dibunuh karena telah murtad.
Dari Jabir bin 'Abdullah radhiallahu'anhuma;
Nabi ﷺ berkata:
«مَنْ لِكَعْبِ بْنِ
الأَشْرَفِ، فَإِنَّهُ قَدْ آذَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ»، قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ
مَسْلَمَةَ: أَتُحِبُّ أَنْ أَقْتُلَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Siapa yang dapat menghadapi Ka'ab bin
Al-Asyraf karena dia telah menyakiti Allah dan
rasul-Nya?" Muhammad bin Maslamah berkata, "Apakah Baginda suka bila
aku membunuhnya, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ya."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ali radhiallahu'anhu berkata:
«أَنَّ يَهُودِيَّةً
كَانَتْ تَشْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقَعُ فِيهِ،
فَخَنَقَهَا رَجُلٌ حَتَّى مَاتَتْ، فَأَبْطَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَمَهَا» [سنن أبي داود: حسن لغيره]
"Seorang wanita Yahudi mencela Nabi ﷺ, lalu seorang laki-laki mencekik lehernya
hingga mati. Rasulullah ﷺ lalu menjadikan
darahnya sia-sia." [Sunan Abi Daud: Hasan ligairih]
Pendapat kedua: Diterima taubatnya jika
nampak kejujuran darinya. Dengan dalil diantarnya:
Firman Allah ta’aalaa:
{قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ} [الزمر: 53]
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Az-Zumar: 53]
Dan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak orang kafir
yang menhina Allah dan RasulNya, kemudian diterima taubatnya.
Akan tetapi orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
di masa sekarang diterima taubatnya tapi wajib dibunuh, karena pembebasan hak
adalah milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
2.
Ini adalah penafsiran dari ayat di atas, untuk orang yang
melakukan perbuatan itu, siapapun dia.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ
يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا} [الأحزاب: 57]
Sesungguhnya
(terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan
melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi
mereka. [Al-Ahzab: 57]
Perintah mengagungkan
syi’ar agama Allah:
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا
مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]
Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah,
maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj:32]
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ} [المائدة: 2]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah". [Al-Maidah:2]
3.
Ada perbedaan yang sangat jelas antara menghasut dan setia
Allah dan Rasul-Nya.
Dan melaporkan perbuatan orang-orang fasik
kepada waliyul amr untuk mencegah mereka, tidaklah termasuk perbuatan
menghasut tetapi termasuk kesetiaan kepada Allah dan kaum muslimin seluruhnya.
Zaid bin Arqam -radhiyallahu
'anhu- berkata;
كُنْتُ مَعَ عَمِّي فَسَمِعْتُ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ أُبَيٍّ ابْنَ سَلُولَ، يَقُولُ: لاَ تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا، وَلَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى المَدِينَةِ
لَيُخْرِجَنَّ الأَعَزُّ مِنْهَا الأَذَلَّ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَمِّي، فَذَكَرَ
عَمِّي لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَدَعَانِي فَحَدَّثْتُهُ،
فَأَرْسَلَ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيٍّ وَأَصْحَابِهِ، فَحَلَفُوا مَا
قَالُوا، وَكَذَّبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَدَّقَهُمْ،
فَأَصَابَنِي غَمٌّ لَمْ يُصِبْنِي مِثْلُهُ قَطُّ، فَجَلَسْتُ فِي بَيْتِي،
وَقَالَ عَمِّي: مَا أَرَدْتَ إِلَى أَنْ كَذَّبَكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَقَتَكَ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {إِذَا جَاءَكَ
المُنَافِقُونَ قَالُوا: نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ} [المنافقون: 1] وَأَرْسَلَ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَرَأَهَا، وَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ قَدْ صَدَّقَكَ» [صحيح
البخاري]
Suatu ketika, aku bersama pamanku, lalu aku
mendengar Abdullah bin Ubbay bin Salul berkata, "Janganlah kalian
memberikan perbekalan kepada orang-orang yang berada di sisi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam hingga mereka lari daripadanya. Dan jika kita kembali ke
Madinah, niscaya orang-orang mulia akan mengeluarkan orang-orang yang hina
darinya."
Maka aku pun menuturkan hal itu pada
pamanku, dan pamanku menyampaikannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Kemudian beliau memanggilku, maka aku pun menceritakannya. Lalu
beliau mengirim utusan kepada Abdullah bin Ubbay dan para sahabatnya, namun
mereka bersumpah bahwa mereka tidak mengatakannya. Akhirnya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mendustakanku dan membenarkan mereka. Sejak itu, aku pun
tertimpa kesedihan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku hanya duduk di
dalam rumahku. Pamanku berkata, "Apa yang kamu inginkan hingga Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mendustakan dan memarahimu?"
Akhirnya Allah Ta'ala
menurunkan: (Ketika orang-orang munafik datang kepadamu, mereka
berkata, 'Kami bersaksi bahwa Anda adalah Rasulullah)." [Al-Munafiqun:
1] Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seseorang padaku dan
membacakannya kemudian berkata, "Sesungguhnya Allah telah
membenarkanmu." [Shahih Bukhari]
Lihat: 6 gibah yang dibolehkan
Larangan adu domba (namimah):
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10)
هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ} [القلم: 10، 11]
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang
yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari
menghambur fitnah. [Al-Qalam: 10 - 11]
Ø Dari Asma' binti Yazid radhiyallahu 'anha; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشِرَارِكُمْ؟
الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفْسِدُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ
لِلْبُرَآءِ الْعَنَتَ " [مسند أحمد: حسنه الألباني]
"Maukah aku beritahukan
kepada kalian orang yang paling buruk di antara kalian? Yaitu orang orang yang
suka menebar fitnah, yang merusak hubungan di antara dua orang bersaudara dan
menganiaya terhadap orang yang tidak bersalah dengan menyengsarakannya."
[Musnad Ahmad: Hasan]
Ø Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewati dua kubur dan berkata:
«إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» [صحيح البخاري]
"Kedua orang ini sedang
disiksa dalam kuburnya, dan mereka tidak disiksa pada suatu yang besar (sulit
ditinggalkan). Adapun salah satu dari keduanya karena ia tidak menghalagi
dirinya dari kencing, dan yang satunya lagi karena selalu berjalan meyebarkan
adu domba". [Sahih Bukhari]
Ø Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
"
Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba
(namimah)". [Sahih Bukhari dan Muslim]
4.
Ada perbedaan yang cukup jelas antara sikap memaafkan yang
dicintai Allah dengan bersikap tegas terhadap musuh-musuh Allah.
Memaafkan jika ada maslahat, Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ} [الشورى:
40]
Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada
orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang-orang zalim. [Asy-Syura: 40]
Adapun jika memaafkan akan semakin buruk
maka tidak boleh dimaafkan, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ} [الفتح: 29]
Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka. [Al-Fath: 29]
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ
وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ} [التحريم: 9] [التوبة: 73]
Hai nabi, perangilah orang-orang kafir
dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.
[At-Tahriim: 9] [At-Taubah: 73]
5.
Tidak setiap permintaan maaf dapat diterima.
Ada juga permintaan maaf yang harus
ditolak, seperti kesalahan pada hak Allah dan RasulNya. Aisyah radhiyallahu
'anha berkata:
«مَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا»
"Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak pernah marah demi harga dirinya jika ia dihina,
kecuali jika sudah melanggar ketentuan Allah, maka ia marah demi Allah".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Adapun kesalahan pada hak pribadi maka
sebaiknya dimaafkan, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ
لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [النور: 22]
Dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nuur: 22]
{خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199]
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah
orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
bodoh. [Al-A'raaf:199]
{فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [المائدة: 13]
Maka maafkanlah mereka dan biarkan
mereka, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.
[Al-Maidah:13]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu'anhu-; Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
"مَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا"
"Allah tidak menambah bagi
seorang hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan." [Sahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (47); Memuliakan nama-nama Allah dan mengganti nama untuk tujuan ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...