Rabu, 31 Agustus 2022

Kitab Iman bab 37; Kekhawatiran seorang mukmin bila amalnya terhapus tanpa sadar

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

"بَابُ خَوْفِ المُؤْمِنِ مِنْ أَنْ يَحْبَطَ عَمَلُهُ وَهُوَ لاَ يَشْعُرُ"

“Bab: Kekhawatiran seorang mukmin bila amalnya terhapus tanpa sadar”

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa diatara kesempurnaan iman seseorang adalah senantiasa takut dari hal-hal yang bisa menghapuskan pahala kebaikannya tanpa disadari, seperti sifat nifaq. Dan juga merupakan bantahan terhadap kaum Murji’ah yang menganggap keimanan itu stabil tidak mengalami perubahan walau dengan melakukan maksiat.

Imam Bukhari menyebutkan dalam bab ini beberapa atsar dari Ibrahim At-Taimiy, Ibnu Abi Mulaikah, dan Al-Hasan Al-Bashriyrahimahumullah-. Dan meriwayatkan dua hadits dari Abdullah bin Mas’ud dan ‘Ubadah bin Ash-Shamitradhiyallahu ‘anhuma- tentang bahaya sifat nifaq.

A.    Atsar Ibrahim bin Yazid bin Syarik At-Taimiy (w.192H) -rahimahullah-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وَقَالَ إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ: «مَا عَرَضْتُ قَوْلِي عَلَى عَمَلِي إِلَّا خَشِيتُ أَنْ أَكُونَ مُكَذِّبًا»

“Dan Ibrahim At-Taimiy berkata: “Aku tidak mencocokkan ucapanku dengan amalanku kecuali aku khawatir amalanku akan mendustakan (ucapanku)”

Takhrij atsar ini:

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya (7/160) no.34970, ia berkata:

مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ سُفْيَانَ [الثوري]، عَنْ أَبِي حَيَّانَ [التَّيْمِيَّ]، قَالَ: سَمِعْت إبْرَاهِيمَ التَّيْمِيَّ، يَقُولُ: «مَا عَرَضْت قَوْلِي عَلَى عَمَلِي إلَّا لَخَشِيت أَنْ أَكُونَ مُكَذِّبًا»

Muhammad bin Abdillah bin Az-Zubair meriwayatkan dari Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Abi Hayyan [At-Taimiy], ia berkata: Aku mendengar Ibrahim At-Taimiy berkata: “Aku tidak mencocokkan ucapanku dengan amalanku kecuali aku khawatir amalanku akan mendustakan (ucapanku)”

Penjesalasan singkat atsar ini:

1.      Ucapan mesti sesuai dengan perbuatan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ} [الصف: 2، 3]

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. [Ash-Shaff: 2-3]

{أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [البقرة: 44]

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? [Al-Baqarah:44]

Ø  Dari Jundub bin Abdillah Al-Azdiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ ويَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ ويَحْرِقُ نَفْسَهُ» [المعجم الكبير للطبراني: صححه الألباني]

"Perumpamaan orang berilmu yang mengajarkan kebaikan pada manusia dan melupakan dirinya, seperti lampu yang menerangi untuk orang lain tapi membakar dirinya sendiri". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]

Lihat: Kewajiban mengamalkan ilmu

2.      Diantara sifat orang munafiq, ucapannya tidak sesuai perbuatan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ} [البقرة: 8 - 9]

"Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar". [Al-Baqarah: 8 - 9]

Lihat: Surah Al-Munaafiquun; Sifat orang munafiq

B.     Atsar Abdullah bin ‘Ubaidillah bin Abi Mulaikah (w.117H) -rahimahullah-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وَقَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ: " أَدْرَكْتُ ثَلاَثِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ، كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ، مَا مِنْهُمْ أَحَدٌ يَقُولُ: إِنَّهُ عَلَى إِيمَانِ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ "

Dan Ibnu Abi Mulaikah berkata: “Aku mendapati tigapuluh dari sahabat Nabi semuanya takut dari kemunafikan terhadap dirinya, tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan bahwasanya ia memiliki iman seperti imannya Jibril dan Mikail”.

Takhrij atsar ini:

Diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab “At-Tarikh Al-Kabir” (5/137):

مُحَمد بْن سَعِيد، قَالَ: أَخبرنا يَحيى بْن اليَمان، عَنْ سُفيان [الثوري]، عَنِ ابْن جُرَيج، عَنِ ابْن أَبي مُلَيكَة؛ "أدركتُ ثلاثين مِنْ أصحابِ النَّبيِّ ، كلهم يخاف النِّفاق على نفسه، ما منهم أحدٌ يَقُولُ: إِنه على إيمان جبريل وميكائيل".

Muhammad bin Sa’id [Ibnu Al-Ashbahaniy] berkata: Yahya bin Al-Yaman mengabarkan kepada kami, dari Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata: “Aku mendapati tigapuluh dari sahabat Nabi semuanya takut dari kemunafikan pada dirinya, tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan bahwa ia memiliki iman seperti imannya Jibril dan Mikail”.

Penjesalasan singkat atsar ini:

1)      Tawadhu’ para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Handzalah Al-Usayyidiy radhiyallahu 'anhu -salah seorang juru tulis Rasulullah berkata:

لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: كَيْفَ أَنْتَ؟ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ: قُلْتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ مَا تَقُولُ؟ قَالَ: قُلْتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ، يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللهِ ، عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ ، قُلْتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، يَا رَسُولَ اللهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «وَمَا ذَاكَ؟» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ نَكُونُ عِنْدَكَ، تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ، عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، نَسِينَا كَثِيرًا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي، وَفِي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً» ثَلَاثَ مَرَّاتٍ [صحيح مسلم]

Abu Bakr -radhiyallahu 'anhu- menemuiku dan bertanya: Bagaimana kabarmu, wahai Handzalah? Aku menjawab: Handzalah telah menjadi munafiq. Abu Bakr berkata: Subhanallah, apa yang engkau katakan? Handzalah menjawab: Ketika kami berada di sisi Rasulullah beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga sampai seolah-olah kami melihatnya dengan mata secara langsung, lalu ketika kami keluar dari sisi Rasulullah , kami dilalaikan oleh istri, anak-anak, dan harta benda, dan kami banyak melupakan. Abu Bakr berkata: Demi Allah, sungguh kami juga merasakan hal seperti itu. Handzalah berkata: Lalu aku dan Abu Bakr pergi sampai kami menemui Rasulullah , aku berkata: Handzalah telah mejadi munafiq, wahai Rasulullah! Rasulllah berkata: Kenapa demikian? Handzalah menjawab: Ketika kami berada di sisimu engkau mengingatkan kami tentang neraka dan surga sampai seolah-olah kami melihatnya dengan mata secara langsung, lalu ketika kami keluar dari sisimu, kami dilalaikan oleh istri, anak-anak, dan harta benda, dan kami banyak melupakan. Maka Rasulullah bersabda: "Demi Yang jiwaku ditangan-Nya, jika kalian senantiasa demikian sebagaimana ketika kalian di sisiku, maka sungguh Malaikat akan senantiasa menemani kalian ketika kalian berada di ranjang kalaian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi wahai Handzalah, sesaat (dalam beribadah) dan sesaat (dalam hal yang hukumnya boleh)." Beliau mengucapkannya tiga kali. [Shahih Muslim]

2)      Takut amalan tidak diterima

Aisyah radhiyallahu 'anha istri Rasulullah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini { وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ } , Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, apakah mereka yang dimaksud adalah peminum khamar dan pencuri?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ {أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ} [سنن الترمذي: صحيح]

“Bukan wahai putri As-Siddiq, akan tetapi mereka adalah orang yang puasa, shalat, dan sedekah, dan mereka takut ibadah mereka tidak diterima, mereka itu adalah orang-orang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

C.     Atsar Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وَيُذْكَرُ عَنِ الحَسَنِ: " مَا خَافَهُ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَلاَ أَمِنَهُ إِلَّا مُنَافِقٌ.

“Dan disebutkan dari Al-Hasan: “Tidak ada yang takut nifaq kecuali mukmin, dan tidak ada yang merasa aman dari nifaq kecuali munafiq”.

Takhrij atsar ini:

Diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Al-Khallal dalam “As-Sunnah” (5/75) no.1656, ia berkata:

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: ثنا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، قَالَ: ثنا هِشَامٌ، قَالَ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ، يَقُولُ: «وَاللَّهِ مَا مَضَى مُؤْمِنٌ وَلَا تَقِيٌّ إِلَّا يَخَافُ النِّفَاقَ، وَمَا أَمِنَهُ إِلَّا مُنَافِقٌ»

Abu ‘Abdillah menceritakan kepada kami, ia berkata: Rauh bin ‘Ubadah menceritakan kepada kami, ia berkata: Hisyam menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Al-Hasan berkata: “Demi Allah, tidak ada seorang mu’min di masa lampau dan tidak juga orang yang bertakwa kecuali ia takut akan kemunafikan, dan tidak ada yang merasa aman darinya kecuali ia seorang munafiq”.

Seorang mu’min senantiasa takut akan dosa-dosanya.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"  إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ " [مسند أحمد: صحيح]

"Hati-hatilah kalian dari dosa kecil yang diremehkan, karena dosa-dosa tersebut akan berkumpul (menjadi besar) pada seseorang sampai membinasakannya". [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Anas radhiallahu'anhu mengatakan:

"إِنَّكُمْ لَتَعْملُونَ أَعْمَالاً هِيَ أَدقُّ في أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ، كُنَّا نَعْدُّهَا عَلَى عَهْدِ رسولِ اللَّهِ مِنَ الْمُوِبقاتِ"

"Sungguh kalian mengerjakan beberapa amalan yang menurut kalian lebih remeh daripada seutas rambut, padahal kami dahulu semasa Nabi menganggapnya diantara dosa-dosa besar (yang membinasakan)." [Shahih Bukhari]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ» فَقَالَ بِهِ هَكَذَا، بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ [صحيح البخاري]

"Sesungguhnya orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia khawatir gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menempel di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang." Menepis dengan tangannya di atas hidungnya. [Shahih Bukhari]

Kemudian Imam Bukhari -rahimahullah- melanjutkan keterangan tentang bab ini, ia berkata:

وَمَا يُحْذَرُ مِنَ الإِصْرَارِ عَلَى النِّفَاقِ وَالعِصْيَانِ مِنْ غَيْرِ تَوْبَةٍ، لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [آل عمران: 135]

“Dan suatu yang mesti dihindari dari tetap dalam kemunafikan dan kedurhakaan tanpa ada taubat, karena firman Allah ta’aalaa: {Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui}. [Ali 'Imran: 135]

Anjuran segera bertaubat:

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ} [الأعراف : 201]

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. [Al-A'raaf:201]

Ø  Dari Abu Bakr Ash-Shiddiiq radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [آل عمران: 135] إِلَى آخِرِ الْآيَةِ ". [سنن أبي داود: صحيح]

“Tidaklah seorang hamba melakukan satu dosa, kemudian ia memperbaiki wudhunya, kemudian ia berdiri dan melaksanakan shalat dua raka’at, kemudian memohon ampunan Allah, kecuali Allah akan memberi ampun untuknya. Kemudian beliau membaca ayat ini: {Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui}. [Ali 'Imran: 135] [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash mendengar Nabi bersabda di atas mimbar:

«ارْحَمُوا تُرْحَمُوا، وَاغْفِرُوا يَغْفِرِ اللَّهُ لَكُمْ، وَيْلٌ لِأَقْمَاعِ الْقَوْلِ، وَيْلٌ لِلْمُصِرِّينَ، الَّذِينَ يُصِرُّونَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ»

"Sayangilah maka kalian akan disayangi, dan ampunilah (kesalahan manusia) maka Allah akan mengampuni kesalahan kalian. Celakalah orang yang mendengarkan nasihat tapi tidak mau melaksanakannya. Celakalah orang-orang yang bersikukuh dalam kemaksiatan padahal mereka mengetahuinya." [Musnad Ahmad: Hasan]

Lihat: 4 Sifat orang bertakwa; Tafsir surah Ali 'Imran ayat 133 - 136

D.    Hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

48 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ زُبَيْدٍ [بن الحارث اليامي]، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا وَائِلٍ [شقيق بن سلمة] عَنْ المُرْجِئَةِ، فَقَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ: «سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Zubaid [bin Al-Harits Al-Yamiy], ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Abu Wa'il [Syaqiq bin Salamah] tentang Murji`ah, maka ia menjawab: Telah menceritakan kepadaku Abdullah, bahwa Nabi bersabda, "Mencerca orang muslim merupakan kefasikan, sementara memeranginya adalah suatu kekufuran".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Hadits ini adalah bantahan untuk kaum murjiah yang mengatakan bahwa maksiat tidak mempengaruhi keimanan.

Karena hadits ini menunjukkan bahwa maksiat bisa menyebabakan kefasikan bahkan kekufuran.

3.      Mencerca bukan sifat keimanan.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Orang beriman (yang sempurna imannya) tidak suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berlaku jelek, dan tidak berkata buruk". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

4.      Ancaman membunuh seorang muslim tanpa hak.

Dari Jarir radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda waktu haji wada’:

«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Janganlah kalian kembali menjadi kafir, karena kalian saling membunuh satu sama lain." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ulama berselisih tentang makna kufur dalam hadits ini:

a)       Kata kafir di sini sebagai bentuk mubalagah akan keharaman perbuatan ini, bukan berarti keluar dari Islam.

b)      Membunuh seorang muslim adalah sifat orang kafir.

c)       Kufur di sini bermakna bahasa yang berarti menutupi, karena hak seorang muslim adalah ditolong dan dilindungi, sehingga jika ia membunuhnya maka ia telah menutupi haki ini.

d)      Perbuatan ini mengantarkan kepada kekufuran.

e)      Kafir bagi orang menghalalkan perbuatan ini.

Lihat: Kitab Iman bab 23; {Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang}

E.     Hadits 'Ubadah bin Ash Shamit –radhiyallahu ‘anhu-.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

49 - أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ [الطويل]، حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ خَرَجَ يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ المُسْلِمِينَ فَقَالَ: «إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، وَإِنَّهُ تَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، التَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالخَمْسِ»

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far, dari Humaid [Ath-Thawil], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwasanya Rasulullah pernah keluar untuk memberitahu akan kepastian waktu Lailatulqadar, hanya saja pada saat itu ada dua orang muslim yang sedang berselisih. Maka Nabi bersabda, "Aku mendatangi kalian guna memberitahukan kepastian waktu Lailatulqadar, namun dikarenakan ada Fulan dan Fulan yang saling berselisih, sehingga kepastian waktunya ditiadakan (tidak diketahui). Semoga hal tersebut menjadi lebih baik untuk kalian. Oleh karena itu, carilah Lailatulqadar pada malam ketujuh, kesembilan dan kelima".

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2)      Imam Bukhari menyebutkan ‘Ubadah dalam bab ini karena berdebat dan mengangkat suara di hadapan Nabi dapat menghapuskan amal ibadah.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ} [الحجرات: 2]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu Berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. [Al-Hujuraat:2]

3)      Hal-hal yang bisa memusnahkan pahala amal ibadah.

Diantaranya:

a.       Melakukan kesyirikan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 88]

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'am:88]

{وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [الزمر: 65]

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". [Az-Zumar:65]

b.      Murtad.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ} [البقرة: 217]

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. [Al-Baqarah: 217]

c.       Mengingkari ayat-ayat Allah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا} [الكهف: 105]

Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. [Al-Kahfi: 103-105]

d.      Membenci hukum Allah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 8، 9]

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad: 8 - 9]

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 28]

Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 28]

e.       Kemunafikan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (52) وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ} [المائدة: 52، 53]

Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. [Al-Maidah: 51 - 53]

f.        Menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 32]

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah ada petunjuk yang jelas bagi mereka, mereka tidak akan dapat memberi mudarat (bahaya) kepada Allah sedikit pun. Dan kelak Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 32]

4)      Kapan turunnya lailatul qadr?

Lihat: Malam lailatul qadr

5)      Buruknya perselisihan.

Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Iman bab 35 dan 36; Zakat dan mengiringi jenazah bagian dari Islam dan iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...