بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat yang menunjukkan larangan membari nama yang diperhambakan
kepada selain Allah ‘azza wajalla.
Firman Allah ta’aalaa:
{هُوَ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ
إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ
فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (189) فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلَا
لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الأعراف: 189، 190]
Dialah yang
menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan
pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya,
(istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan
(beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri)
bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka (seraya berkata), “Jika Engkau memberi kami
anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.” Maka setelah Dia
memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah
terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya itu. Maka Mahatinggi Allah dari
apa yang mereka persekutukan. [Al-A'raf:
189-190]
Ibnu Hazm –rahimahullah-
berkata: “
Ø Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma dalam menafsirkan ayat tersebut, ia mengatakan:
لَمَّا تَغَشَّاهَا آدَمُ حَمَلَتْ، فآتَاهُمَا
إِبْلِيسُ فَقَالَ: إِنِّي صاحبكما الذي أخرجتكما من الجنة لتطيعاني، أَوْ لأَجْعَلَنَّ
لَه قَرْنَيْ إِبِلٍ فَيَخْرُجُ مِنْ بَطْنِكِ فَيَشُقَّهُ، وَلأَفْعَلَنَّ
يُخَوِّفُهُمَا، سَمِّيَاهُ عَبْدَ الْحَارِثِ فَأَبَيَا أَنْ يُطِيعَاهُ فَخَرَجَ
مَيِّتًا، ثُمَّ حَمَلَتْ فَذَكَرَ لَهُمَا فَأَدْرَكَهُمَا حُبَّ الْوَلَدِ
فَسَمَّيَاهُ عَبْدَ الْحَارِثِ فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {جَعَلا
لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا}
“Setelah Adam menggauli istrinya Hawwa, ia
pun hamil, lalu iblis mendatangi mereka berdua seraya berkata: “Sungguh, aku
adalah kawanmu berdua yang telah mengeluarkan kalian dari surga. Demi Allah,
hendaknya kalian mentaati aku, jika tidak maka akan aku jadikan anakmu
bertanduk dua seperti rusa, sehingga akan keluar dari perut istrimu dengan
merobeknya, demi Allah, itu pasti akan ku lakukan ”, itu yang dikatakan iblis
dalam rangka menakut-nakuti mereka berdua, selanjutnya iblis berkata: “Namailah
anakmu dengan Abdul harits”. Tapi keduanya menolak untuk mentaatinya, dan
ketika bayi itu lahir, ia lahir dalam keadaan mati. Kemudian Hawwa hamil lagi,
dan datanglah iblis itu dengan mengingatkan apa yang pernah dikatakan
sebelumnya. Karena Adam dan Hawwa cenderung lebih mencintai keselamatan
anaknya, maka ia memberi nama anaknya dengan “Abdul Harits”, dan itulah penafsiran
firman Allah ta’aalaa: {mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap
anak yang telah dianugerahkan-Nya itu} [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam
Tafsirnya]
Ø Ibnu Abi Hatim meriwayatkan pula, dengan sanad yang shahih,
bahwa Qatadah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: “Yaitu,
menyekutukan Allah dengan taat kepada Iblis, bukan dalam beribadah kepadanya.”.
Dan dalam menafsirkan firman Allah:
{لَئِنْ
آتَيْتَنَا صَالِحًا}
Artinya: “Jika engkau mengaruniakan anak
laki-laki yang sempurna (wujudnya)” [Al-A’raf: 189], Mujahid berkata: “Adam
dan Hawwa khawatir kalau anaknya lahir tidak dalam wujud manusia”. [Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya]
Dan penafsiran yang sama diriwayatkannya
pula dari Al Hasan (Al-Basri), Sai'd (Ibnu Jubair) dan yang lainnya.
Dari ayat di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 5 poin penting:
1.
Dilarang memberi nama yang diperhambakan kepada selain
Allah.
Seperti Abdur-rasul, Abdun-nabi, Abdu Ali, Abdu Husain, Abdul Harits (nama manusia/setan), Abdu Syams, dan semisalnya.
Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu ‘anhu berkata:
«كَانَ اسْمِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ عَبْدَ عَمْرٍو فَسَمَّانِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ» [المستدرك للحاكم:
صحيح]
Namaku di masa Jahiliyah adalah "Abdu 'Amr", kemudian
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mengganti namaku dengan
"Abdurrahman". [Mustadrak Al-Hakim: Shahih]
Ø
Dari Hani' bin Yazid radhiyallahu ‘anhu;
سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا يُسَمُّونَ
رَجُلًا مِنْهُمْ: عَبْدَ الْحَجَرِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «مَا اسْمُكَ؟» قَالَ: عَبْدُ الْحَجَرِ، قَالَ: «لَا، أَنْتَ عَبْدُ
اللَّهِ» [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mendengar beberapa orang
menamai seseorang diantara mereka dengan nama Abdul Hajar, maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya kepada seseorang: “Siapa namamu?” Ia menjawab:
Abdul Hajar. Rasulullah bersabda: “Tidak, nama kamu adalah Abdullah”. [Al-Adab
Al-Mufrad: Shahih]
2.
Penjelasan tentang maksud ayat di atas.
Ayat ini
menunjukkan bahwa anak yang dikaruniakan Allah kepada seseorang termasuk ni’mat
yang harus disyukuri, dan termasuk kesempurnaan rasa syukur kepada-Nya bila
diberi nama yang baik, yang tidak diperhambakan kepada selain-Nya, karena
pemberian nama yang diperhambakan kepada selain-Nya adalah syirik.
Diantara bentuk penyekutuan kepada Allah
-‘azza wajalla- pada anak:
Pertama:
Meyakini bahwa yang memberi anak adalah selain Allah, maka ini syirik besar.
Kedua: Meyakini lahirnya anak dengan selamat adalah
dokter atau bidan, maka ini syirik kecil.
Ketiga: Cintanya kepada anak melebihi cintanya kepada
Allah ‘azza wajalla.
Keempat:
Menjadikan anaknya menyekutukan Allah.
Al-Hasan Al-Bashriy berkata:
«هُمُ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى، رَزَقَهُمُ اللَّهُ أَوْلَادًا فَهَوَّدُوا وَنَصَّرُوا» [تفسير الطبري = جامع البيان (10/ 629)]
“Mereka (yang dimaksud dalam ayat di atas)
adalah Yahudi dan Nashraniy, Allah menganugrahi mereka anak kemudian mereka
menjadikannya Yahudi dan Nashraniy”. [Tafsir Ath-Thabariy]
3.
Kemusyrikan ini -sebagaimana dinyatakan oleh ayat ini-
disebabkan hanya sekedar pemberian nama saja, tanpa bermaksud yang sebenarnya.
Kisah yang diriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma adalah kisah yang batil, dari beberapa sisi, diantaranya:
1)
Hadits ini sangat lemah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim
dalam tafsirnya (5/1634) no.8654;
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ
ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حَمْزَةَ، ثنا حَبَّانُ، عَنْ عَبْدِ الله ابن
الْمُبَارَكِ عَنْ شَرِيكٍ عَنْ خُصَيْفٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ في قوله {فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا
آتَاهُمَا} قَالَ: اللَّهُ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ،
وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا، فَلَمَّا تَغَشَّاهَا آدَمُ
حَمَلَتْ آتَاهُمَا إِبْلِيسُ فَقَالَ: إِنِّي صاحبكما الذي أخرجتكما من الجنة
لتطيعنني أَوْ لأَجْعَلَنَّ لَهَا قَرْنَيْ إِبِلٍ فَيَخْرُجُ مِنْ بَطْنِكِ
فَيَشُقَّهُ وَلأَفْعَلَنَّ وَلأَفْعَلَنَّ يُخَوِّفُهُمَا سَمِّيَاهُ عَبْدَ
الْحَارِثِ فَأَبَيَا أَنْ يُطِيعَاهُ فَخَرَجَ مَيِّتًا ثُمَّ حَمَلَتْ يَعْنِي
الثَّانِيَةَ فَأَتَاهُمَا أَيْضًا فَقَالَ: أَنَا صَاحِبُكُمَا الَّذِي فَعَلْتُ
مَا فَعَلْتُ لَتَفْعَلُنَّ أَوْ لأَفْعَلَنَّ وَلأَفْعَلَنَّ يُخَوِّفُهُمَا
فَأَبَيَا أَنْ يُطِيعَانِهِ فَخَرَجَ مَيِّتًا، ثُمَّ حَمَلَتِ الثَّالِثَةُ
فَأَتَاهُمَا أَيْضًا فَذَكَرَ لَهُمَا فَأَدْرَكَهُمَا حُبَّ الْوَلَدِ فَسَمَّيَاهُ
عَبْدَ الْحَارِثِ فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {جَعَلا
لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا}
Sanad
hadits ini lemah karena dua cacat:
Pertama: Syarik bin Abdillah
An-Nakha’iy[1], periwayatan
haditsnya lemah.
Kedua: Khushaif
bin Abdirrahman Al-Jazariy[2], periwayatan haditsnya juga lemah.
Ø Diriwayatkan juga
secara marfu’ dari Samurah radhiyallahu ‘anhu, dengan sanad yang lemah.
Diriwayatkan
oleh At-Tirmidziy dalam Sunannya (5/267) no.3077:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى
قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ الحَسَنِ، عَنْ سَمُرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " لَمَّا حَمَلَتْ حَوَّاءُ طَافَ بِهَا
إِبْلِيسُ وَكَانَ لَا يَعِيشُ لَهَا وَلَدٌ، فَقَالَ: سَمِّيهِ عَبْدَ الحَارِثِ،
فَسَمَّتْهُ عَبْدَ الحَارِثِ، فَعَاشَ، وَكَانَ ذَلِكَ مِنْ وَحْيِ الشَّيْطَانِ
وَأَمْرِهِ "
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mustanna, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abdush Shamad bin Abdulwarits, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Umar bin Ibrahim dari
Qatadah dari Al-Hasan dari Samurah dari
Nabi ﷺ bersabda, "Ketika Hawwa hamil, Iblis datang kepadanya dan
ia (Hawwa) sebelumnya tidak memiliki seorangpun dari anaknya yang hidup, karena
itu Iblis berkata padanya: Berilah nama Abdulharits. Ia pun hidup dan itulah
sebagian wahyu dan perintah setan."
Sanad
hadits ini sangat lemah karena dua cacat:
Pertama:
‘Umar bin Ibrahim Al-‘Abdiy[3],
periwayatan haditsnya dari Qatadah sangat lemah.
Imam Ahmad berkata: Ia meriwayatkan hadits mungkar dari Qatadah dan
menyelisihi.
Kedua:
Al-Hasan Al-Bashriy[4]
periwayatan haditsnya dari Samurah diperselisihkan, dan ia juga seorang mudallis
yang sering menjatuhkan gurunya dari sanad.
2)
Para Nabi –‘alaihimussalam-
maksum dari perbuata syirik.
Dalam riwayat ini Iblis mengancam akan
menjadikan anak yang dikandung memiliki tanduk, maka bagaimana mungkin nabi Adam
membenarkan hal tersebut padalah yang menciptakan hanya Allah ta’aalaa.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي
الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [آل
عمران: 6]
Dialah yang membentuk kamu dalam rahim
sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Ali Imran: 6]
3)
Dalam hadits
syafa’at, Nabi Adam ‘alaihissalam tidak menyebutkan hal ini ketika
menolak untuk memberi syara’at kepada seluruh manusia.
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (17); Syafa’at
4)
Dalam kisah ini syaitan
menyebutkan indentitasnya sebagai musuh untuk kembali menggoda Adam, dan ini
tidaklah masuk akal.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«لاَ يُلْدَغُ المُؤْمِنُ
مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Seorang mukmin itu jangan sampai
terperosok dua kali pada satu lubang yang sama." [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.
Pemberian anak perempuan dengan wujud yang sempurna
merupakan ni’mat Allah [yang wajib disyukuri].
Diantara keistimewaan anak perempuan:
a) Anak perempuan sebagai pelindung bagi kedua orang
tuanya dari neraka.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ
بِشَيْءٍ، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang diberi
cobaan dengan dikaruniahi anak perempuan, lau ia mendidiknya dengan baik, maka
anak itu akan menjadi pelindungnya dari api neraka". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
b) Anak perempuan penyebab masuk surga.
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" لَا يَكُونُ لِأَحَدٍ ثَلَاثُ
بَنَاتٍ، أَوْ ثَلَاثُ أَخَوَاتٍ، أَوْ ابْنَتَانِ، أَوْ أُخْتَانِ، فَيَتَّقِي اللهَ
فِيهِنَّ وَيُحْسِنُ إِلَيْهِنَّ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ " [مسند أحمد: صحيح]
"Tidaklah seseorang yang
memiliki tiga anak perempuan atau tiga saudari perempuan, atau dua anak
perempuan atau dua saudari perempuan, kemudian ia bertakwa kepada Allah pada
mereka dan berlaku baik terhadap mereka kecuali ia akan masuk surga".
[Musnad Ahmad: Sahih]
Ø
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى
تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang
menanggung nafkah dua anak gadis sampai balig maka ia akan datang pada hari
kiamat (masuk surga) bersamaku (seperti ini)", Rasulullah mendekatkan dua
jarinya. [Sahih Muslim]
Lihat: Anak adalah anugrah
5.
Ulama Salaf menyebutkan perbedaan antara kemusyrikan di
dalam taat dan kemusyrikan di dalam beribadah.
'Adiyy bin Hatim
radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membaca pada surah "Bara-ah":
{اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ} [التوبة: 31]
"Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah ... ". [At-Taubah:31] Kemudian Rasulullah bersabda:
«أَمَا إِنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَعْبُدُونَهُمْ، وَلَكِنَّهُمْ
كَانُوا إِذَا أَحَلُّوا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلُّوهُ، وَإِذَا حَرَّمُوا
عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوهُ» [سنن الترمذي: حسن]
"Sesungguhnya mereka (Yahudi
dan Nashrani) tidak betul-betul menyembah mereka (alim dan rahib), akan tetapi
jika mereka menghalalkan bagi mereka suatu yang haram mereka juga
menghalalkannya, dan jika mereka mengharamkan bagi mereka suatu yang halal
mereka juga menghalalkannya". [Sunan At-Tirmidziy: Hasan]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ
وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا
سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"
Kewajiban seorang muslim adalah patuh dan taat pada perintah yang
ia sukai maupun yang ia tidak sukai, kecuali jika diperintahkan kepada maksiat,
jika ia diperintahkan melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan
ketaatan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (49); Mensyukuri nikmat Allah
[1] Lihat
biografi " Syarik bin Abdillah " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa'
Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 2/193, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim
4/365, Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban 6/444, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 4/6,
Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 12/462, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar
hal.463.
[2] Lihat
biografi " Khushaif " dalam kitab:
Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 1/287, Al-Kaamil 3/522, Miizaan
Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 1/653, Taqriib At-Tahdziib hal.193.
[3] Lihat
biografi "Umar bin Ibrahim" dalam
kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 3/145, Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/98, Al-Majruhiin 2/89, Al-Kaamil 6/85, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/204, Tahdziib Al-Kamaal 21/269, Miizaan Al-I'tidaal 3/178, Taqriib
At-Tahdziib hal.410.
[4] Lihat biografi Al-Hasan Al-Bashriy dalam
kitab: Al-Maraasiil karya Ibnu Abi Hatim hal.32-33, Tahdzibul kamal 6/95, Siyar
A'lam An-Nubala' karya Adz-Dzahabiy 4/563, Jaami' At-Tahshiil karya Al-'Alaiy
hal.165, Tuhfatu-ttahshil karya Abu Zur'ah Al-'Iraqiy ha.76, Tahdiziib
At-Thadiziib karya Ibnu Hajar 1/388.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...