Rabu, 21 September 2022

Kitab Iman bab 38, 39, 40 dan 41

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 38.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ سُؤَالِ جِبْرِيلَ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ الإِيمَانِ، وَالإِسْلاَمِ، وَالإِحْسَانِ، وَعِلْمِ السَّاعَةِ

“Bab: Pertanyaan Jibril kepada Nabi tentang iman, Islam, ihsan, dan pengetahuan hari kiamat”

وَبَيَانِ النَّبِيِّ ﷺ لَهُ، ثُمَّ قَالَ: «جَاءَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ» فَجَعَلَ ذَلِكَ كُلَّهُ دِينًا، وَمَا بَيَّنَ النَّبِيُّ ﷺ لِوَفْدِ عَبْدِ القَيْسِ مِنَ الإِيمَانِ، وَقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ} [آل عمران: 85]

Dan penjelasan Nabi kepada Jibril kemudian bersabda: “Jibril ‘alaihissalam datang mengajarkan kalian tentang agama kalian”. Maka beliau menjadikan semua itu sebagai agama, demikan pula yang Nabi jelaskan kepada rombongan tami Abdil Qais tentang iman, dan firman Allah ta’aalaa: {Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu daripadanya}. [Ali 'Imran: 85]

Dalam bab ini imam Bukhari ingin menjelaskan mazhabnya yang mana beliau berpendapat bahwa kata iman, islam, dan ihsan adalah satu makna yang menunjukkan tentang agama, dengan menyebutkan beberapa dalil berupa ayat 85 surah Ali Imran, hadits Abu Hurairah, dan hadits Ibnu ‘Abbas tentang rombongan Abdul Qais radhiyallahu ‘anhum.

1)      Firman Allah ta’aalaa surah Ali ‘Imran ayat 85.

Imam Bukhari menyebutkan ayat ini sebagai dalil bahwa Islam dan imam adalah semakna karena keduanya bermakna agama.

Diantara faidah ayat ini, bahwasanya agama yang diterima oleh Allah hanya agama Islam, agama para Nabi dan Rasul seluruhnya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ} [آل عمران: 19]

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. [Ali 'Imran:19]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ» [صحيح مسلم]

"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nasrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Jabir bin Abdullah -radhiallahu 'anhuma-; Nabi bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa 'alaihissalam hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Keistimewaan agama Islam

2)      Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

50 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ [ابن عُلَيَّة]، أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ [يحيى بن سعيد بن حيان]، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ [بن عمرو بن جرير]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ؟ قَالَ: «الإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَبِلِقَائِهِ، وَرُسُلِهِ، وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ». قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ؟ قَالَ: " الإِسْلاَمُ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ، وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ المَفْرُوضَةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ ". قَالَ: مَا الإِحْسَانُ؟ قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»، قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: " مَا المَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ البُهْمُ فِي البُنْيَانِ، فِي خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ " ثُمَّ تَلاَ النَّبِيُّ ﷺ: {إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللهِ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [لقمان: 34] الآيَةَ، ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: «رُدُّوهُ» فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا، فَقَالَ: «هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ»

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim [Ibnu ‘Ulayyah], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At-Taimiy [Yahya bin Sa’id bin Hayyan], dari Abu Zur'ah [bin ‘Amr bin Jarir], dari Abu Hurairah, ia berkata: Pada suatu hari Nabi pernah nampak bermajelis dengan para sahabat, lalu datanglah malaikat Jibril 'alaihissalam yang kemudian bertanya, "Apakah iman itu?" Nabi menjawab, "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, pada perjumpaan dengan-Nya, kepada para Rasul-Nya, dan engkau juga beriman kepada hari kebangkitan." (Jibril 'alaihissalam) melanjutkan, "Apakah Islam itu?" Jawab Nabi , "Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, engkau dirikan salat, engkau juga tunaikan zakat yang diwajibkan, serta engkau berpuasa di bulan Ramadan." (Jibril 'alaihissalam) melanjutkan, "Apakah Ihsan itu?" Nabi menjawab, "Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dialah yang melihatmu." (Jibril 'alaihissalam) melanjutkan, "Kapan terjadinya hari Kiamat?" Nabi menjawab, "Yang ditanya tentang hal itu tidak lebih tahu dari yang bertanya, namun aku akan terangkan tanda-tandanya, yaitu: Jika seorang budak melahirkan majikannya, dan jika para penggembala unta yang tidak diketahui (nasabnya) berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Ada lima hal yang tidak diketahui kecuali oleh Allah." Kemudian Nabi membaca ayat, {"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan-Nya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"} [Luqman: 34]. Setelah itu Jibril 'alaihissalam pergi, kemudian Nabi bersabda, "Bawalah dirinya kembali ke sini!" Namun para sahabat tak melihatnya lagi, lantas Nabi bersabda, "Dia adalah malaikat Jibril yang datang kepada orang-orang untuk mengajarkan agama mereka."

قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: جَعَلَ ذَلِكَ كُلَّهُ مِنَ الإِيمَانِ

Abu Abdillah [Al-Bukhari] berkata, "Semua hal yang diterangkan beliau dijadikan sebagai iman.

Nb: Lihat penjelasan hadits ini pada Syarah Arba’in Nawawiy, hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat

Boleh menjadikan tempat khusus untuk seorang ulama agar bisa dikenali oleh orang awam.

Dalam riwayat lain:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَجْلِسُ بَيْنَ ظَهْرَيْ أَصْحَابِهِ، فَيَجِيءُ الْغَرِيبُ فَلَا يَدْرِي أَيُّهُمْ هُوَ حَتَّى يَسْأَلَ، فَطَلَبْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنْ نَجْعَلَ لَهُ مَجْلِسًا يَعْرِفُهُ الْغَرِيبُ إِذَا أَتَاهُ، قَالَ: فَبَنَيْنَا لَهُ دُكَّانًا مِنْ طِينٍ، فَجَلَسَ عَلَيْهِ، وَكُنَّا نَجْلِسُ بِجَنْبَتَيْهِ [سنن أبي داود: صحيح]

"Ketika Rasulullah duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datang orang asing dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, hingga ia minta untuk bertemu (beliau). Lalu kami minta izin kepada beliau untuk membuat tempat duduk, hingga orang-orang asing dapat berjumpa dengannya. Kemudian kami membuatkan beliau tempat duduk dari tanah liat yang agak tinggi, lalu beliau duduk di atasnya sementara kami duduk di sampingnya”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

3)      Hadits Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang rombongan tamu Abdil Qais.

Hadits ini akan diriwayatkan oleh imam Bukhari secara utuh dengan sanad muttashil pada tiga bab berikutnya. Ibnu 'Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata;

أَمَرَهُمْ ﷺ بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ، قَالَ: «هَلْ تَدْرُونَ مَا الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ؟» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامُ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، وَتُعْطُوا الخُمُسَ مِنَ المَغْنَمِ»

Nabi memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah satu-satunya, beliau berkata, "Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?" Mereka menjawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui.

Nabi menjelaskan, "Persaksian tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan kalian mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang".

Nb: Hadits ini dijadikan dalil oleh imam Bukhari bahwa lafadz iman dan Islam adalah sama karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan makna iman dengan rukun Islam.

B.     Bab 39.

Dalam bab ini, imam Bukhari tidak mencantumkan judul karena hanya sebagai pelengkap bab sebelumnya dengan menyebutkan hadits Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

51 - حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ [الزبيري]، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ [الزهري]، عَنْ صَالِحٍ [بن كيسان]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ [بن عتية بن مسعود]، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ، أَخْبَرَهُ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ، " أَنَّ هِرَقْلَ، قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ؟ فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ حَتَّى يَتِمَّ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ؟ فَزَعَمْتَ أَنْ لاَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ، حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ القُلُوبَ لاَ يَسْخَطُهُ أَحَدٌ "

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah [Az-Zubairiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad [Az-Zuhriy], dari Shalih [bin Kaisan], dari Ibnu Syihab, dari Ubaidullah bin Abdillah [bin ‘Utbah bin Mas’ud]; Bahwa Abdullah bin 'Abbas mengabarkan kepadanya, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Abu Sufyan bin Harb, bahwasanya Heraklius pernah berkata kepadanya, "Telah kutanyakan kepadamu, apakah jumlah mereka bertambah atau berkurang? Lalu kau akui bahwa mereka bertambah. Begitulah iman akan terus berkembang hingga sempurna. Dan juga telah kutanyakan kepadamu, apakah ada orang yang murtad karena benci terhadap agamanya? Kemudian kau akui bahwasanya tidak demikian. Begitulah juga iman bila sudah tumbuh bersemi dalam hati tidak akan ada yang benci terhadapnya".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas

2.      Biografi Abu Sufyan Shakhr bin Harb radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

3.      Pertemuan Heraklius dengan Abi Sufyan terjadi saat masa perjanjian antara Umat Islam dengan Quraisy pada tahun 6 hijriyah setelah Nabi mengirim surah kepada raja-raja.

4.      Hubungan bab ini dengan bab sebelumnya adalah penjelasa bahwa iman itu adalah agama.

5.      Iman senantiasa bertambah dengan ketaatan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ} [يونس: 9]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk (kemudahan dalam beribadah) oleh Tuhan mereka karena keimanannya. [Yunus:9]

6.      Orang yang kuat keimanannya tidak akan murtad.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} [ابراهيم: 27]

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. [Ibrahim: 27]

C.     Bab 40.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ فَضْلِ مَنِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ

“Bab: Keutamaan orang yang menjaga agamanya”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa sifat wara’ meninggalkan perkara yang meragukan adalah bagian dari keimanan.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

52 - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ [الفضل بن دكين]، حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ [بن أبي زائدة]، عَنْ عَامِرٍ [الشعبي]، قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: " الحَلاَلُ بَيِّنٌ، وَالحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى المُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ: كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ "

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim [Al-Fadhl bin Dukain], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Zakariya [bin Zaidah], dari 'Amir [Asy-Sya’biy], ia berkata: Aku mendengar An-Nu'man bin Basyir berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun di antara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barang siapa yang menjauhkan dirinya dari yang syubhat berarti telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Dan barang siapa yang sampai jatuh pada perkara-perkara syubhat, sungguh ia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir tempat terlarang untuk menggembala yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal daging yang apabila baik, maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak, maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati".

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan dalam Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat

D.    Bab 41.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

"بَابٌ: أَدَاءُ الخُمُسِ مِنَ الإِيمَانِ"

“Bab: Menunaikan pembagian seperlima bagian ghanimah merupakan bagian dari iman”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa menyerahkan seperlima dari harta rampasan perang adalah bagian dari keimanan karena termasuk amalan yang bisa memasukkan ke dalam surga.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

53 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الجَعْدِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي جَمْرَةَ [نصر بن عمران الضُبَعي]، قَالَ: كُنْتُ أَقْعُدُ مَعَ ابْنِ عَبَّاسٍ يُجْلِسُنِي عَلَى سَرِيرِهِ فَقَالَ: أَقِمْ عِنْدِي حَتَّى أَجْعَلَ لَكَ سَهْمًا مِنْ مَالِي فَأَقَمْتُ مَعَهُ شَهْرَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ القَيْسِ لَمَّا أَتَوُا النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «مَنِ القَوْمُ؟ - أَوْ مَنِ الوَفْدُ؟ -» قَالُوا: رَبِيعَةُ. قَالَ: «مَرْحَبًا بِالقَوْمِ، أَوْ بِالوَفْدِ، غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى»، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا لاَ نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيكَ إِلَّا فِي الشَّهْرِ الحَرَامِ، وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ، فَمُرْنَا بِأَمْرٍ فَصْلٍ، نُخْبِرْ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا، وَنَدْخُلْ بِهِ الجَنَّةَ، وَسَأَلُوهُ عَنِ الأَشْرِبَةِ: فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ، وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ، أَمَرَهُمْ: بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامُ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصِيَامُ رَمَضَانَ، وَأَنْ تُعْطُوا مِنَ المَغْنَمِ الخُمُسَ» وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنِ الحَنْتَمِ وَالدُّبَّاءِ وَالنَّقِيرِ وَالمُزَفَّتِ "، وَرُبَّمَا قَالَ: «المُقَيَّرِ» وَقَالَ: «احْفَظُوهُنَّ وَأَخْبِرُوا بِهِنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ»

Telah menceritakan kepada kami Ali bin al-Ja'di, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah, dari Abu Jamrah [Nashr bin ‘Imran Adh-Dhuba’iy], ia berkata: Aku pernah duduk bersama Ibnu 'Abbas saat ia mempersilakan aku duduk di di ranjang miliknya, lalu ia berkata, "Tinggallah bersamaku hingga aku memberimu sebagian dari hartaku." Maka aku tinggal mendampinginya selama dua bulan, kemudian ia berkata: Ketika utusan Abdul Qais pernah datang menemui Nabi , beliau bertanya kepada mereka, "Kaum manakah ini atau utusan siapakah ini? Mereka menjawab: "Rabi'ah." Beliau bersabda : "Selamat datang wahai para utusan yang takkan pernah kecewa dan menyesal." Para utusan itu berkata : "Wahai Rasulullah, kami tidak dapat mendatangimu kecuali di bulan suci, karena antara kami dan engkau ada suku Mudlar yang kafir. Oleh karena itu, ajarkanlah kami dengan satu pelajaran yang jelas yang dapat kami amalkan dan dapat kami ajarkan kepada orang-orang di kampung kami, yang dengan begitu kami dapat masuk surga." Di samping itu mereka juga bertanya kepada Nabi tentang minuman, maka Nabi memerintahkan mereka dengan empat hal dan melarang dari empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Kemudian beliau bertanya, "Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah Yang Maha Esa?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Nabi menjelaskan: Persaksian tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang."

Dan Nabi melarang mereka dari empat perkara, yaitu meminum dari al-hantam (bejana yang terbuat dari tanah liat), ad-dubbaa` (bejana yang terbuat dari labu) dan al-muzaffaat (bejana yang dilapisi dengan ter/aspal).

Syu'bah menerangkan; Terkadang beliau menyebutkan "an-naqir" (bejana yang terbuat dari batang pohon kurma), dan terkadang "al-muqoyyir" (bukan naqir). Kemudian Nabi bersabda, "Jagalah semuanya dan beritahukanlah kepada orang-orang di kampung kalian".

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan dalam Kitab Ilmu bab 25; Motifasi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada utusan Abdul Qais untuk menjaga iman dan ilmu

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Iman bab 37; Kekhawatiran seorang mukmin bila amalnya terhapus tanpa sadar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...