بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat yang menunjukkan wajibnya menetapkan Al-Asma’ Al-Husna hanya
untuk Allah dan larangan menyelewengkannya.
Firman Allah ta’aalaa:
{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ
مَا كَانُوا يَعْمَلُون} [الأعراف: 180]
Hanya milik Allah asmaa-ul husna
(nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
[Al-A'raaf: 180]
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang maksud firman Allah:
{يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ} [الأعراف:
180]
Artinya: “menyelewengkan Asma-Nya”
ia mengatakan, bahwa maksudnya adalah: “berbuat syirik (dalam Asma-Nya)”.
Dari Ibnu ‘Abbas juga; Mereka menjadikan nama
Al-Lata yang berasal dari kata Al-Ilah, dan Al-‘Uzza dari kata Al-‘Aziz.”
Dan diriwayatkan dari Al-A’masy
dalam menafsirkan ayat tersebut ia mengatakan: “Mereka memasukkan ke dalam
Asma-Nya nama-nama yang bukan dari Asma-Nya.”
Dari ayat di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 6 poin penting:
1.
Wajib menetapkan nama-nama Allah, sesuai dengan keagungan
dan kemuliaan-Nya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ قُلْ هُوَ
رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ} [الرعد:
30]
"Dan
mereka kafir (ingkar) kepada Ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pengasih). Katakanlah:
"Dia adalah Tuhanku, tiada sesembahan yang hak selain Dia, hanya
kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat." [Ar-Ra'd:
30]
Nama-nama Allah, jika mengandung sifat
muta'addi, maka syarat mengimaninya ada tiga:
Pertama: Mengakui nama tersebut bagi
Allah.
Kedua: Mengakui sifat yang dikandung
nama tersebut bagi Allah.
Ketiga: Mengakui hukum yang
dikandung sifat tersebut.
Contoh: "العليم"
(Yang Maha Mengetahui), adalah salah satu dari nama-nama Allah yang husna,
menunjukkan bahwasanya Allah memiliki sifat mengetahui, dan Allah mengetahui segala
sesuatu tampa terkecuali.
Contoh lain: "السميع ، البصير ، الخالق " .
Ø Dan jika nama-nama Allah mengandung sifat tidak muta'addi,
maka syarat mengimaninya hanya dua:
Pertama:
Mengakui nama tersebut bagi Allah.
Kedua:
Mengakui sifat yang dikandung nama tersebut bagi Allah.
Contoh: Nama Allah "الحي"
(Yang Hidup), adalah salah satu dari nama-nama Allah yang husna,
menunjukkan bahwasanya Allah memiliki sifat hidup. Contoh lain: "العظيم ، المتعال ، الأعلى ، الجميل ، الواحد
، الأحد ، الوتر " .
Yang dimaksud dengan nama Alah yang
mengandung sifat muta'adi adalah nama yang ada hubungannya dengan
makhluk, sedangkan yang tidak muta'adi adalah nama yang tidak ada
hubungannya dengan makhluk.
Lihat:
Syarah Kitab Tauhid bab (40); Mengingkarisebagian nama dan sifat Allah
2.
Semua nama-nama Allah adalah husna (Maha Indah).
Semua nama dan sifat Allah adalah nama dan
sifat yang sempurna tanpa kekurangan dan cacat sedikit pun. Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [النحل: 60]
Dan Allah mempunyai sifat yang Maha
Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An-Nahl: 60]
Selain karena nama-nama tersebut mengandung
sifat-sifat yang sempurna bagi Allah yang tiada celanya sedikitpun, juga
dikarenakan nama-nama tersebut sangat indah didengar dan punya pengaruh yang
kuat bagi perasaan.
Diantara nama Allah, ada yang sempurnah
jika berpasangan seperti: القابض والباسط , dalam bentuk pemberitaan seperti : الضار النافع ، المعز المذل ، الخافض الرافع .
Nama dan sifat Allah tidak terbatas:
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا قَالَ عَبْدٌ قَطُّ،
إِذَا أَصَابَهُ هَمٌّ أَوْ حُزْنٌ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ
ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ
قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ
أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ
اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ
رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ بَصَرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا
أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا»، قَالُوا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ؟
قَالَ: «أَجَلْ، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهُنَّ أَنْ يَتَعَلَّمَهُنَّ»
“Tidak seorang hambapun yang membaca do'a
ini ketika susah atau sedih; (Ya
Allah .. sesungguhnya aku ini adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki Mu, dan
anak hamba perempuan Mu. Ubun-ubunku di tangan-Mu, telah ditetapkan hukum-Mu
padaku, maha adil ketetapan-Mu padaku, aku meminta kepada-Mu dengan semua nama
untuk-Mu, Engkau beri nama diri-Mu sendiri, atau Engkau turunkan dalam
kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seseorang dari makluk-Mu, atau Engkau
simpan dalam ilmu gaib-Mu, agar Engkau menjadikan Al-Qur'an sebagai
penyejuk hatiku, cahaya pandanganku, pelipur kesedihanku, dan penghilang
kesusahanku.)
Kecuali Allah akan menghilangkan kesusahannya dan menggantikan
kesedihannya dengan kebahagiaan”.
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah ..
seharusnya kami mempelajari do'a ini.
Rasulullah bersabda: “Tentu, orang yang
mendengar do'a ini seharusnya mempelajarinya”. [Sahih Ibnu Hibban]
Ø Adapun hadits: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا،
مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّةَ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah memiliki
sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang
menguasainya (memahami maknanya dan mengamalkan kewajiban-kewajiban yang
dikandungnya), ia akan masuk surga".
Hadits ini tidak menunjukkan bahwa nama
Allah hanya sebatas itu, akan tetapi menunjukkan bahwa orang yang menguasai 99
nama Allah akan mendapatkan surga.
Lihat: 108 Asmaul husna
3.
Diperintahkan untuk berdoa dengan menyebut nama-nama Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا
الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ
بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا} [الإسراء:
110]
Katakanlah: "Serulah Allah atau
serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai
Al-Asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu". [Al-Israa’: 110]
Lihat: Tawassul
syar'iy dan syirkiy
4.
Diperintahkan meninggalkan orang-orang yang menentang nama-nama
Allah dan menyelewengkannya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ
أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا
تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا
مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ
جَمِيعًا} [النساء: 140]
Dan sungguh Allah telah menurunkan
kepada kamu di dalam Al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir dan munafiq), maka
janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka mengganti pembicaraan yang
lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik
dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]
{وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي
آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا
يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ} [الأنعام: 68]
Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu
sesudah teringat (akan larangan itu). [Al-An'aam:68]
5.
Penjelasan tentang bentuk penyelewengan nama-nama Allah.
Penyimpangan terhadap nama-nama Allah
adalah penyelewengan terhadap apa yang seharusnya kita yakini dengan nama-nama
tersebut. Penyimpangan ini ada beberapa macam:
Pertama:
Mengingkari salah satu dari nama-nama tersebut, atau mengingkari sifat dan
hukum yang dikandungnya.
Kedua: Menjadikan sifat yang dikandung nama-nama
tersebut menyerupai sifat makhluk.
Ketiga: Menamai Allah dengan nama yang tidak disebutkan
dalam Al-Qur'an atau hadits sahih.
Keempat: Mengambil nama-nama tersebut sebagai nama
berhala.
6.
Ancaman terhadap orang-orang yang menyelewengkan nama-nama
Al-Husna Allah dari kebenaran.
Penyimpangan dalam nama-nama Allah dengan
segala bentuknya hukumya haram karena Allah mengancam pelakunya dengan siksaan.
Dan bisa jadi masuk dalam kategori kesyirikan atau kekafiran, tergantung dalil
syar'I yang menunjukkan hal itu.
Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (50); Nama yang diperhambakan kepada selain Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...