بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat dan 1 hadits yang menunjukkan kewajiban mensyukuri nikmat Allah
dan larangan menginkarinya dengan menyandarkan ni’mat kepada selain Allah ‘azza
wajalla.
a) Firman Allah ta’aalaa:
{وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ
رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي} [فصلت: 50]
“Dan jika Kami melimpahkan kepadanya
sesuatu rahmat dari Kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata
“ini adalah hakku.” [Fushshilat: 50]
Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan: “ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya.” [Al-Wasith karya Al-Wahidiy 4/40]
Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan: Maksudnya
“ini adalah dari diriku sendiri”. [Tafsir Al-Qurthubiy 15/373]
b) Firman Allah ta’aalaa:
{قَالَ إِنَّمَا
أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي} [القصص: 78]
“(Qarun) berkata: sesungguhnya aku diberi
harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku.” [Al-Qashash:
78]
Qotadah -dalam menafsirkan ayat ini-
mengatakan: “Maksudnya: Karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha”.
[Tafsir Ibnu ‘Athiyah 4/536]
Ahli tafsir lainnya mengatakan: “Karena
Allah mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta kekayaan itu”, dan
inilah makna yang dimaksudkan oleh Mujahid: “Aku diberi harta kekayaan
ini atas kemuliaanku”.
Ø Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
Bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ ثَلاَثَةً مِنْ بَنِيْ
إِسْرَائِيْلَ: أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى، فَأَرَادَ اللهُ أَنْ
يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ: أَيُّ
شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ
عَنِّيْ الَّذِيْ قَذَرَنِي النَّاسُ بِهِ، قَالَ: فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ
قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا، قَالَ: فَأَيُّ الْمَالِ
أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الإِبِلُ أَوْ البَقَرُ – شك إسحاق – فَأُعْطِيَ نَاقَةً
عَشْرَاءَ، فَقَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا، قَالَ: فَأَتَى الأَقْرَعَ،
فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ
عَنِّيْ الَّذِيْ قَذَرَنِي النَّاسُ بِهِ، فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ،
وَأُعْطِيَ شَعْرًا حَسَنًا، فَقَالَ: أَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ:
البَقَرُ أَوْ الإِبِلُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلاً، قَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ
فَيْهَا، فَأَتَى الأَعْمَى، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْ
يَرُدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِيْ فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ، فَمَسَحَهُ فَرَدَّ
اللهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ: فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ:
الغَنَمُ، فَأُعْطِيَ شَاةً وَالِدًا، فَأَنْتَجَ هَذَانِ وَوَلَدَ هَذَا، فَكَانَ
لِهَذَا وَادٍ مِنَ الإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ البَقَرِ وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ
الغَنَمِ"
“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani
Israil, yaitu: penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta.
Kemudian Allah ta’aalaa ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah
kepada mereka seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang
pertama yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu
yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rupa yang bagus, kulit yang indah,
dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka
diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa
yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya:
“Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?”, ia menjawab: “onta atau sapi”,
maka diberilah ia seekor onta yang sedang bunting, dan iapun didoakan: “Semoga
Allah memberikan berkah-Nya kepadamu dengan onta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang
kepalanya botak, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu
inginkan?”, ia menjawab: “Rambut yang
indah, dan apa yang menjijikkan di kepalaku ini hilang”, maka diusaplah
kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut
yang indah, kemudian malaikat tadi bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang
kamu senangi?”. ia menjawab: “sapi atau onta”, maka diberilah ia seekor sapi
yang sedang bunting, seraya didoakan: “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi
ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang
yang buta, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”,
ia menjawab: "Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga
aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu
dikembalikan oleh Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi
kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?”, ia menjawab: “kambing”,
maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembang biaklah onta, sapi dan
kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua
memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda nabi ﷺ
berikutnya:
"ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ فِيْ
صُوْرَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، قَالَ: رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيْ
الحِبَالُ فِيْ سَفَرِيْ، فَلاَ بَلاَغَ لِيْ اليَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ،
أَسْأَلُكَ بِالَّذِيْ أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الحَسَنَ وَالجِلْدَ الحَسَنَ
وَالْمَالَ، بَعِيْرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِيْ سَفَرِيْ، فَقَالَ: الحُقُوْقُ
كَثِيْرَةٌ، فَقَالَ لَهُ: كَأَنِّيْ أَعْرِفُكَ! أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ
يَقْذِرُكَ النَّاسُ، فَقِيْرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ تعالى المَالَ؟ فَقَالَ: إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا المَالَ كَابِرًا
عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.
قَالَ: وَأَتَى الأَقْرَعَ فِيْ صُوْرَتِهِ، فَقَالَ لَهُ: مِثْلَ مَا قَالَ
لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا، فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ
كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. قَالَ: وَأَتَى الأَعْمَى فِيْ
صُوْرَتِهِ فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ وَابْنُ سَبِيْلٍ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيْ
الحِبَالُ فِيْ سَفَرِيْ، فَلاَ بَلاَغَ لِيْ اليَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ،
أَسْأَلُكَ بِالَّذِيْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِيْ
سَفَرِيْ، فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِيْ، فَخُذْ
مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ
أَخَذْتَهُ لِلَّهِ، فَقَالَ: أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيْتُمْ، فَقَدْ
رَضِيَ اللهُ عَنْكَ وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ"
Kemudian datanglah malaikat itu kepada
orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya di
saat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya: “Aku
seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam
perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini
kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah
yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang
banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan
perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab: “Hak hak
(tanggunganku) masih banyak”, kemudian
malaikat tadi berkata kepadanya: “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah
anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat
jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan
kepada anda harta kekayaan? Dia malah menjawab: “Harta kekayaan ini warisan
dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata
kepadanya: “jika anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda
kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang
sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya di saat masih botak, dan
berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita
penyakit lepra, serta ditolaknya pula permintaannya sebagaimana ia ditolak oleh
orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata: “jika anda berkata bohong
niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti keadaan semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang
yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu di saat ia masih buta,
dan berkata kepadanya: “Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal
dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki)
dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku
hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan anda. Demi
Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja
untuk bekal melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab: “Sungguh aku
dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang
anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak
akan mempersulit anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil karena
Allah”. Maka malaikat tadi berkata: “Tahanlah harta kekayaan anda, karena
sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah ta’aalaa, Allah telah
ridha kepada anda, dan murka kepada kedua teman anda.” [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 4 poin penting:
1. Penjelasan
tentang ayat di atas.
Ayat di atas
menunjukkan kewajiban mensyukuri ni’mat Allah dan mengakui bahwa ni’mat
tersebut semata-mata berasal dari Allah, dan menunjukkan pula bahwa kata-kata
seseorang terhadap ni’mat Allah yang dikaruniakan kepadanya: “Ini adalah hak
yang patut kuterima, karena usahaku” adalah dilarang dan tidak sesuai dengan
kesempurnaan tauhid.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ} [البقرة: 172]
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. [Al-Baqarah:172]
{فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ} [النحل: 114]
Maka makanlah yang halal lagi baik dari
rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; Dan syukurilah nikmat Allah, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. [An-Nahl:114]
{كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ} [سبأ:
15]
Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. [Saba':15]
Ø Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu; Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di atas mimbar:
" مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ، لَمْ يَشْكُرِ
الْكَثِيرَ، وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ، لَمْ يَشْكُرِ اللهَ. التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ
اللهِ شُكْرٌ، وَتَرْكُهَا كُفْرٌ، وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
" [زوائد مسند أحمد:
حسنه الشيخ الألباني]
"Barangsiapa yang tidak mensyukuri
yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak. Dan
barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak akan bersyukur
kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah termasuk syukur, sedangkan
meninggalkannya merupakan perbuatan kufur. Hidup berja'amah adalah rahmat,
sedangkan perpecahan adalah adzab." [Zawaid Musnad Ahmad: Hasan]
2. Pengertian
firman Allah: “… Pastilah ia berkata: ini adalah hakku”.
Ungkapan seperti ini menunjukkan tidak ada
rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang Allah berikan, karena mensyukuri
nikmat ada tiga tahapan:
Pertama:
Mensyukuri dalam hati dengan mengakui bahwa nikmat tersebut murni karunia dari
Allah.
Kedua:
Menyukuri secara lisan dengan memuji Allah atas segala nikmatnya.
Ketiga: Mensyukuri secara perbuatan dengan beramal sesuai
yang diridhai oleh Allah ‘azza wajalla.
Lihat: Sifat mukmin yang menakjubkan; Bersyukur dan bersabar
3. Pengertian
firman Allah: “Sesungguhnya aku diberi kekayaan ini tiada lain karena ilmu yang
ada padaku”.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا
ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ
بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ} [الزمر:
49]
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia
menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia
berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena
kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu
tidak mengetahui. [Az-Zumar:49]
Padahal segala nikmat di alam semesta
ini datangnya dari Allah ‘azza wajalla, Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل:
53]
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,
maka dari Allah-lah (datangnya). [An-Nahl: 53]
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ
فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا } [هود: 6]
Dan tidak ada suatu binatang melata
(bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya. [Huud:6]
{وَكَأَيِّنْ
مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ} [العنكبوت: 60]
Dan berapa banyak binatang yang tidak
(dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki
kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
[Al-'Ankabuut:60]
{قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ
مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ} [سبأ: 24]
Katakanlah: "Siapakan yang memberi
rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah".
[Saba':24]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (41); Ingkar terhadap nikmat Allah
4. Kisah
menarik, sebagaimana yang terkandung dalam hadits ini, memuat
pelajaran-pelajaran yang berharga dalam kehidupan ini.
Lihat: Kisah si Kudisan, si Botak, dan si Buta yang diuji
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...