بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits yang menunjukkan larangan memohon sesuatu dengan
menyebut wajah Allah ‘azza wajalla.
Jabir radhiyallahu ‘anhu
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" لاَ يُسْأَلُ بِوَجْهِ اللهِ إِلاَّ
الجَنَّةُ "
“Tidak boleh dimohon dengan menyebut wajah
Allah kecuali surga.” [Sunan Abu Daud: Sanadnya lemah]
Dari hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 2 poin penting:
1.
Larangan memohon sesuatu dengan menyebut wajah Allah
kecuali apabila yang dimohon itu adalah surga.
Hal ini, demi mengagungkan Allah serta
memuliakan Asma’ dan Sifat-Nya. Imam Ahmad rahimahullah berkata:
" فَيَنْبَغِي
لِلسَّائِلِ أَنْ يُعَظِّمَ أَسْمَاءَ اللهِ تَعَالَى وَلَا يَسْأَلُ بِشَيْءٍ
مِنْهَا مِنْ عَرَضِ الدُّنْيَا شَيْئًا، وَيَنْبَغِي لِلْمَسْئُولِ إِذَا سُئِلَ
بِاللهِ تَعَالَى أَنْ لَا يَمْنَعَ مَا اسْتَطَاعَ فَقَدْ " [شعب الإيمان للبيهقي]
“Maka mesti bagi yang meminta untuk
mengagungkan nama-nama Allah ta’aalaa dan tidak meminta sesuatu
dengannya dari kenikmatan dunia, dan mesti bagi yang dimintai jika dimintai
dengan nama Allah ta’aalaa untuk tidak menolak pada apa yang ia mampu saja”.
[Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy]
Ulama berselisih tentang maksud
larangan ini:
Pertama: Tidak meminta kepada siapa
pun dari makluk dengan menyebut wajah Allah, karena tidak ada yang bisa
memberikan surga kecuali Allah ‘azza wajalla.
Kedua:
Tidak meminta kepada Allah dengan menyebut wajahNya kecuali untuk urusan
akhirat.
Jabir radhiallahu'anhu
berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ: {قُلْ
هُوَ القَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} [الأنعام: 65]، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَعُوذُ بِوَجْهِكَ»، قَالَ: {أَوْ مِنْ
تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} [الأنعام: 65]، قَالَ: «أَعُوذُ بِوَجْهِكَ» {أَوْ
يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} [الأنعام: 65] قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «هَذَا أَهْوَنُ - أَوْ هَذَا أَيْسَرُ -» [صحيح البخاري]
Tatkala turun ayat, "Katakanlah,
"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu dari atas
kamu." Rasulullah ﷺ bersabda, "Saya
berlindung dengan Wajah-Mu." tatkala turun ayat, "Atau dari bawah
kakimu." Rasulullah ﷺ bersabda, "Saya
berlindung dengan Wajah-Mu." Tatkala turun ayat: 'Atau dia mencampurkan
kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada
sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.' Beliau bersabda, "Ini adalah
lebih ringan dan lebih mudah." [Shahih Bukhari]
Ø Dari ‘Atha’ –rahimahullah-;
«أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ
يَسْأَلَ بِوَجْهِ اللَّهِ، أَوْ بِالْقُرْآنِ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا» [مصنف ابن أبي شيبة: إسناده صحيح]
“Bahwasanya ia memakruhkan meminta dengan
wajah Allah atau dengan Al-Qur’an pada perkara dunia”. [Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah: Sanadnya shahih]
2.
Menetapkan kebenaran adanya Wajah bagi Allah ta’aalaa
(sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya).
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ} [الرحمن: 26 - 27]
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Wajah (Dzat) Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
[Ar-Rahman: 26-27]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (2): Keutamaan tauhid dan yang menghapuskan dosa-dosa
Takhrij hadits Jabir:
Diriwayatkan
oleh Abi Daud dalam Sunannya (2/127) no.1671, ia berkata;
حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ
الْقِلَّوْرِيُّ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَاقَ الْحَضْرَمِيُّ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُعَاذٍ التَّمِيمِيِّ، حَدَّثَنَا
ابْنُ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يُسْأَلُ بِوَجْهِ اللَّهِ، إِلَّا الْجَنَّةُ»
Telah
menceritakan kepada Kami Abu Al 'Abbas Al-Qillauriy, ia berkata: Telah
menceritakan kepada Kami Ya'qub bin Ishaq Al-Hadhramiy, dari Sulaiman bin Mu'adz At-Tamimiy, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Al-Munkadir, dari Jabir, ia berkata: Rasulullah ﷺ
bersabda, "Tidak boleh ada sesuatu yang diminta dengan wajah Allah kecuali
Surga."
Sanad
hadits ini lemah karena Sulaiman
bin Qarm bin Mu’adz At-Tamimiy[1],
periwayatan haditsnya buruk.
Ø Syekh Albaniy rahimahullah
berkata:
ويدل على تحريم السؤال به تعالى حديث:
" لا يُسأل بوجه الله إلا الجنة"، ولكنه ضعيف الإسناد
كما بيّنه المنذري وغيره، ولكن النظرَ الصحيحَ يشهد له، فإنه
إذا ثبتَ وجوبُ الإعطاء لمن سَأل به تعالى كما تقدّم، فسؤال السائلِ به، قد يعرض
المسؤول للوقوع في المخالفة وهي عدمُ إعطائه إياه ما سأل وهو حرام، وما أدّى
إلى محرّم فهو محرّم، فتأمّل. [سلسلة الأحاديث الصحيحة 1/ 513]
Diantara dalil yang menunjukkan keharaman
meminta dengan nama Allah adalah hadits: "Tidak meminta dengan wajah
Allah kecuali meminta surga", hanyasaja hadits ini lemah secara
sanad sebagaimana dijelaskan oleh Al-Mundziriy dan selainnya. Akan tetapi
logika yang benar menguatkan maknanya, karena jika ditetapkan wajibnya memberi
kepada orang yang meminta dengan nama Allah ta'aalaa sebagaimana terdahulu,
maka permintaan orang yang meminta denganNya akan menjerumuskan orang yang
dimintai pada pelanggaran yaitu tidak memberi apa yang ia minta dan itu
hukumnya haram, sedangkan apa yang mengantar kepada yang haram maka hukumnya
juga haram. Maka perhatikanlah! [Silsilah Ash-Shahihah 1/513]
Meminta-minta dibenci Allah subhanahu wata'ala
Dari Al-Mugirah bin Syu'bah –radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ
ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah membenci
tiga hal dari kalian: Banyak bicara (menukil perkataan orang), menghamburkan
harta, dan banyak meminta”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Bahaya meminta-minta
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ
تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang meminta
harta orang lain untuk memperbanyak hartanya sendiri (bukan karena
membutuhkan), maka sebenarnya ia telah meminta batu neraka. Maka silahkan ia
mempersedikit atau memperbanyak”. [Sahih Muslim]
Ø
Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu
‘anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ
النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ»
[صحيح البخاري ومسلم]
“Seseorang senantiasa meminta
kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya sekerat
daging”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abu Kabsyah
Al-Anmariy –radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
«ثَلَاثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ
وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ: مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ، وَلَا
ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلِمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ عِزًّا، وَلَا
فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ أَوْ
كَلِمَةً نَحْوَهَا» [سنن الترمذي: صحيح]
“Ada tiga hal aku bersumpah atasnya, dan aku
akan menyampaikan kepada kalian satu hadits maka hafalkanlah; Tidaklah
berkurang harta seorang hamba karena sedekah, dan tidaklah seorang hamba
didzalimi dengan satu kedzaliman kemudian ia bersabar atasnya kecuali Allah
menambahkan kepadanya kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu
meminta kecuali Allah membuka pintu kemiskinan padanya atau ucapan sepertinya”.
[Sunan At-Tirmidziy: Sahih]
Ø Dari 'Aidz bin 'Amru –radhiyallahu ‘anhu-; seseorang
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia meminta sesuatu kepada
beliau. Beliau memberinya. Tatkala ia meletakkan kakinya di depan pintu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَوْ تَعْلَمُونَ مَا فِي الْمَسْأَلَةِ،
مَا مَشَى أَحَدٌ إِلَى أَحَدٍ يَسْأَلُهُ شَيْئًا»
"Jika kalian tahu resiko meminta-minta,
tidak ada seorang pun yang pergi kepada seseorang untuk meminta sesuatu
kepadanya." [Sunan An-Nasa’i: Hasan]
Berusaha agar tidak meminta
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَنْ
يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ، فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ
يَأْتِيَ رَجُلًا، فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ» [صحيح البخاري]
“Demi (Allah) Yang jiwaku
berada di tangan-Nya, seseorang dari kalian mengambil talinya kemudian memikul
kayu bakar di atas pundaknya lebih baik baginya daripada mendatangi seseorang
kemudian meminta-minta kepadanya lalu ia diberi atau ditolak”. [Sahih Bukhari]
Ø Dari Tsauban -maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ يَكْفُلُ لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ
النَّاسَ شَيْئًا، وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ؟» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Siapa yang memberi jaminan
padaku untuk tidak meminta kepada manusia sesuatu pun, dan aku akan menjamin
untuknya dengan surga?”
Tsauban berkata: Saya.
Maka Tsauban tidak pernah meminta seseuatu pun
pada seseoang. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Sahl bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhuma
berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu
amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي
أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ»
"Berlakulah zuhud dalam
urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa
yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang." [Sunan
Ibnu Majah: Shahih]
Lihat: Syarah Arba'in
hadits (31) Sahl; Keutamaan zuhud
Meminta hanya kepada Allah
Dari Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ، فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ،
لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ، وَمَنْ أَنْزَلَهَا بِاللَّهِ، أَوْشَكَ اللَّهُ لَهُ بِالْغِنَى،
إِمَّا بِمَوْتٍ عَاجِلٍ، أَوْ غِنًى عَاجِلٍ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Siapa yang ditimpa kesusahan
lalu mengeluhkannya kepada manusia, maka tidaklah akan ditutupi kesusuahannya.
Dan siapa yang mengeluhkannya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan
kecukupan padanya, apakah dengan kematian yang segera, atau kecukupan yang
cepat”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Meminta saat membutuhkan
Nabi Musa dan Khidir
–‘alaihimassalam- minta diberi makan oleh penduduk kampung:
{فَانْطَلَقَا
حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا}
[الكهف: 77]
Maka
keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu. [Al-Kahfi: 77]
Ø Dari Samurah bin Jundab –radhiyallahu ‘anhu-;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
المَسْأَلَةَ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ، إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ
سُلْطَانًا، أَوْ فِي أَمْرٍ لَا بُدَّ مِنْهُ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
“Sesungguhnya
meminta adalah aib yang mencoreng wajah seseorang, kecuali seorang yang meminta
kepada penguasa (haknya), atau pada urusan yang mendesak (darurat)”. [Sunan
Tirmidziy: Sahih]
Ø
Dari Anas bin Malik -radhiyallahu
‘anhu-; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:
«مَا الَّذِي
يُعْطِي مِنْ سَعَةٍ بِأَعْظَمَ أَجْرًا مِنَ الَّذِي يَقْبَلُ إِذَا كَانَ مُحْتَاجًا»
“Tidaklah yang memberi dalam kondisi berkecukupan (kaya)
lebih besar pahalanya dari yang menerima jika ia membutukan”. [Hasan ligairih]
Lihat: Meminta, Memberi, dan Menerima
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (55); Larangan menolak permintaan orang yang menyebut nama Allah
[1]
Lihat biografi "
Sulaiman bin Mu’adz " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily
2/136, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 4/136, Adh-Dhu'afaa' karya
Ibnu Al-Jauziy 2/25, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 12/51, Miizaan
Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/219, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar
hal.253.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...