بسم الله الرحمن الرحيم
Allah
ta’aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا
لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ
عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ (36) وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي
كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ
وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ} [فاطر: 36، 37]
Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka
Jahanam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan
dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
(dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan
yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami
telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau
berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka
rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong
pun.” [Fatir: 36-37]
Makna firman Allah “Bukankah Kami
telah memanjangkan umurmu”:
a.
Selama enam puluh tahun, sebagaimana
hadits pertama yang akan disebutkan.
b.
Selama delapan belas tahun.
c.
Selama empat puluh tahun.
Allah
subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى
وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي
إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ
نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ
فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ} [الأحقاف:
15-16]
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat
baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya
sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri". Mereka itulah orang-orang yang kami
terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni
kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang
benar yang telah dijanjikan kepada mereka. [Al-Ahqaaf: 15-16]
Makna
firman Allah “telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan”:
a)
Yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah
subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً
لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [سبأ:
28]
Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan
kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba':28]
b)
Uban di kepala.
Allah
subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ
ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا
وَشَيْبَةً} [الروم: 54]
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. [Ar-Ruum: 54]
{قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي
وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا} [مريم:
4]
Ia (Zakariya) berkata "Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. [Maryam: 4]
Hadits
pertama:
1/112- وأمَّا الأحاديث فالأوَّل: عن أَبِي
هريرةَ رضي اللَّه عنه، عن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "أعْذَرَ
اللَّهُ إِلَى امْرِئ أخَّرَ أجلَه حَتَّى بلَغَ سِتِّينَ سَنَةً"، رواه
البخارى.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda, "Allah telah memberi udzur kepada
seseorang dengan menangguhkan ajalnya hingga umur enam puluh tahun."
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Batas umur
umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا
بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ» [سنن الترمذي: حسن]
"Umur umatku antara enam puluh hingga
tujuh puluh tahun, dan sedikit diantara mereka yang melebihi itu." [Sunan
Tirmidziy: Hasan]
3.
Keutamaan panjang umur
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«مَنْ
طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ»
"Orang
yang panjang umurnya dan baik amalannya"
Ia
bertanya lagi: Lalu siapakah orang yang paling buruk?
Rasulullah
menjawab:
«مَنْ
طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Orang
yang panjang umurnya dan buruk amalannya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا يَتَمَنَّيَنَّ
أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا وَإِمَّا
مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ» [صحيح البخاري]
"Janganlah seseorang dari kalian
mengharapkan kematian, jika ia orang baik maka semoga ia menambah kebaikannya,
dan jika ia orang buruk maka semoga ia bertobat". [Sahih Bukhari]
Ø Dari Jabir bin Abdillah radiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
لَا تَمَنَّوْا الْمَوْتَ، فَإِنَّ هَوْلَ الْمَطْلَعِ شَدِيدٌ، وَإِنَّ مِنَ السَّعَادَةِ
أَنْ يَطُولَ عُمْرُ الْعَبْدِ، وَيَرْزُقَهُ اللهُ الْإِنَابَةَ " [مسند أحمد: حسن]
"Jangan
kalian mendambakan kematian, karena puncak pendakian itu sangat berat
(sakaratul maut), dan sesungguhnya di antara kebahagiaan itu adalah umur
seorang hamba memanjang, dan Allah menganugrahinya taubat". [Musnad Ahmad:
Hasan]
Lihat: Do'a panjang umur
Hadits
kedua:
2/113-الثاني: عن ابن عَبَّاسٍ، رضي اللَّه
عنهما، قَالَ: كَانَ عمر رضي اللَّه عنه يُدْخِلُنى مَع أشْياخ بْدرٍ، فَكأنَّ
بعْضَهُمْ وجدَ فِي نفسِهِ فَقَالَ: لِمَ يَدْخُلُ هَذِا معنا ولنَا أبْنَاء
مِثْلُه؟ فَقَالَ عمرُ: إِنَّهُ منْ حيْثُ علِمْتُمْ، فدَعَانى ذاتَ يَوْمٍ
فَأدْخلَنى معهُمْ، فما رأَيْتُ أنَّه دعاني يوْمئِذٍ إِلاَّ لِيُرِيهُمْ قَالَ:
مَا تقُولُون في قول اللَّه تعالى: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ}
[النصر:1] فَقَالَ بَعضُهُمْ:
أمِرْنَا نَحْمَدُ اللَّهَ ونَسْتَغْفِره إذَا نَصرنَا وفَتَحَ علَيْنَا. وسكَتَ
بعضهُمْ فَلَمْ يقُلْ شَيئاً فَقَالَ لي: أكَذلك تقُول يَا ابنَ عباسٍ؟ فقلت: لا.
قَالَ فما تقول؟ قُلْتُ: هُو أجلُ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم،
أعْلمَه لَهُ قَالَ {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ} وذلك علامةُ أجلِك
{فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً} [النصر:3] فَقَالَ عمر رضي اللَّه عنه: مَا أعْلَم مِنْهَا إلاَّ مَا تَقُول.
رواه البخاري.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata; Suatu ketika Umar mengajakku masuk berkumpul bersama
para syaikh pemuka-pemuka Badar, dan sepertinya, sebagian dari mereka memendam
sesuatu pada dirinya. Maka salah seorang dari mereka pun bertanya, "Kenapa
Anda mengikutsertakan anak ini bersama kami, padahal kami juga memiliki
anak-anak yang sebaya dengannya?" Maka Umar pun berkata, "Sesungguhnya
anak itu mempunyai kecerdasan tersendiri seperti yang telah kalian kenal."
Kemudian pada suatu hari, Umar memangilnya dan mengingutsertakannya bersama
mereka. Ibnu Abbas berkata; Aku tahu, bahwa tidak ada maksud lain Umar
memanggilku, kecuali untuk memperlihatkan aku pada mereka. Umar berkata,
"Bagaimanakah pendapat kalian berkenaan dengan ayat ini: {Jika
pertolongan Allah dan kemenangan datang}" [An-Nashr: 1-3]? Maka
sebagian dari mereka berkata, "Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan
meminta ampunan-Nya, yakni ketika kita diberi pertolongan dan kekuatan untuk
menaklukkan suatu negeri." Lalu sebagian yang lain diam tak berkata
sepatah kata pun. Setelah itu, Umar bertanya padaku, "Apakah seperti itu
juga pendapatmu wahai Ibnu Abbas?" Aku menjawab, "Tidak." Umar
bertanya lagi, "Lalu bagaimanakah pendapatmu?" Aku menjawab,
"Hal itu terkait dengan ajal Rasulullah ﷺ,
Allah telah memberitahukan padanya. Firman Allah: {Jika pertolongan Allah
dan kemenangan datang} Itu adalah alamat akan ajalmu. {Karena itu,
sucikanlah Rabbu dengan memuji-Nya. Dan mintalah ampunan dari-Nya, sesungguhnya
Dia Maha Menerima tobat}.'" Umar berkata, "Aku tidak mengetahui
dari ayat ini, kecuali apa yang telah kamu katakan." [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Keutamaan
Umar bin Khathab -radhiyallahu 'anhu- yang memuliakan ahli ilmu.
Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab
2) Perintah
memuliakan ulama.
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَيْسَ مِنّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا،
وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ» [صحيح الصغير وزيادته]
"Tidak termasuk golongan kita
orang yang tidak menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan mengetahui hak
ulama". [Shahih Al-Jami' Ash-Shagir]
3) Keutamaan
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
Hadits
ketiga:
3/114-الثالث: عن عائشةَ رضي اللَّه
عنها قَالَتْ: مَا صَلَّى رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم صلاةً بعْد
أَنْ نزَلَت علَيْهِ {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ} إلاَّ يقول فِيهَا:
"سُبْحانك ربَّنَا وبِحمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لي" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari Aisyah radhiallahu'anha,
ia berkata; Nabi ﷺ tidak shalat setelah
turunnya ayat, {"IDZAA JAA`A NASHRULLAHI WAL FATH."} Kecuali di dalam
shalatnya membaca, "SUBHAANAKA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGH FIRLII
(Mahasuci Engkau, wahai Rabb kami, dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah ampunilah
aku)." [Muttafaqun ‘Alaihi]
وفي رواية الصحيحين عنها: كَانَ رَسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم يُكْثِر أنْ يَقُول فِي ركُوعِه وسُجُودِهِ: "سُبْحانَكَ اللَّهُمَّ
ربَّنَا وَبحمْدِكَ، اللَّهمَّ اغْفِرْ لِي" يتأوَّل الْقُرْآن.
Dan dalam riwayat Ash-Shahihaeni dari
Aisyah: Pada saat rukuk dan sujud, Rasulullah ﷺ
memperbanyak membaca, "ALLAHUMMA RABBANAA WABIHAMDIKA, ALLAHUMMAGHFIRLII
(Ya Allah, Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah
aku)." Beliau menerapkan perinah Al-Qur'an (surah An-Nashr).
وفي رواية لمسلم: كَانَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
يُكْثِرُ أنْ يَقولَ قبْلَ أَنْ يَمُوتَ: "سُبْحانَكَ اللَّهُمَّ وبِحْمدِكَ،
أسْتَغْفِركَ وأتُوبُ إلَيْكَ". قَالَتْ عائشةُ: قُلْتُ: يَا رسولَ اللَّه
مَا هذِهِ الكلِمَاتُ الَّتي أرَاكَ أحْدثْتَها تَقولها؟ قَالَ: "جُعِلَتْ
لِي علامةٌ في أمَّتي إِذَا رَأيتُها قُلتُها {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ
وَالْفَتْحُ} إِلَى آخِرِ السورة".
Dan dalam riwayat Muslim; "Dahulu
Rasulullah ﷺ sebelum meninggal memperbanyak membaca doa, 'SUBHAANAKA
WABIHAMDIKA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA Mahasuci Engkau, dan dengan
memuji-Mu, aku meminta ampun dan bertobat kepada-Mu'." Aisyah berkata,
"Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, kalimat inikah yang aku melihatmu barusan
membacanya? ' Beliau menjawab, 'Telah dijadikan suatu tanda untukku dalam
umatku, apabila aku melihatnya niscaya aku mengucapkannya, {'Idza Ja'a
Nashrullah wa al-Fath…} hingga akhir surat'."
وفي رواية لَهُ: كَانَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
يُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ: "سُبْحانَ اللَّهِ وبحَمْدِهِ. أسْتَغْفِرُ اللَّه
وَأَتُوبُ إلَيْه". قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رسولَ اللَّه، أَرَاكَ تُكْثِرُ
مِنْ قَوْل: سُبْحَانَ اللَّهِ وبحمْدِهِ، أسْتغْفِر اللَّه وأتُوبُ إليْهِ؟
فَقَالَ: "أخْبرني ربِّي أنِّي سَأرَى علاَمَةً فِي أُمَّتي فَإِذَا رأيْتُها
أكْثَرْتُ مِن قَوْلِ: سُبْحانَ اللَّهِ وبحَمْدِهِ، أسْتَغْفِرُ اللَّه وَأتُوبُ
إلَيْهِ: فَقَدْ رَأَيْتُها: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ} فَتْحُ
مَكَّةَ، {وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجاً،
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً}
Dan dalam riwayat Muslim; "Dahulu
Rasulullah ﷺ memperbanyak pertakataan, 'SUBHAANALLOOH WABIHAMDIHI
ASTAGHFIRULLAH WA ATUUBU ILAIHI Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, saya
memohon ampunan kepada Allah dan saya bertobat kepada-Nya'." Aisyah
berkata, "Lalu aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saya melihatmu memperbanyak
perkataan, 'Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, aku memohon ampunan kepada
Allah dan bertobat kepada-Nya'. Maka beliau menjawab, 'Rabb-ku telah mengabarkan
kepadaku bahwa aku akan melihat suatu tanda pada umatku, ketika aku melihatnya
maka aku memperbanyak membaca, 'Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, aku
memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya', maka sungguh aku telah
melihatnya, yaitu (ketika pertolongan Allah datang dan pembukaan-Nya) yaitu
pembukaan (fath) Makkah, dan dan kamu telah melihat manusia masuk ke dalam
agama Allah secara berbondong-bondong, lalu bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu
dan memohon ampunlah, sesungguhnya Dia Maha Pemberi tobat'."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya
2.
Keutamaan tasbih dan tahmid.
Lihat: Keutamaan tasbiih, tahmiid, dan takbiir.
3.
Keutamaan istigfar.
Diantaranya:
a)
Melapangkan rezki.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى
أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ} [هود: 3]
Dan hendaklah kamu meminta
ampun (istigfar) kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
[Huud:3]
{اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا .
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ
أَنْهَارًا } [نوح: 10- 12]
Mohonlah ampun (istigfar)
kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai. [Nuuh: 10-12]
b)
Menambah kekuatan.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
} [هود: 52]
Dan (dia berkata): "Hai
kaumku, mohonlah ampun (istigfar) kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya,
niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa." [Huud:52]
c)
Mencegah azab dunia dan akhirat.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَمَا
كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الأنفال: 33]
Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. [Al-Anfaal:33]
d)
Hati menjadi bersih.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ
كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ،
صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ
اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ} [المطففين: 14] "
Sesungguhnya seorang mu'min jika
melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia
bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih.
Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah.
Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah
dalam kitab-Nya: "Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka". [Sunan Ibnu Majah:
Hasan]
Lihat: Taubat .. Kenapa tidak ?
4.
Anjuran beristigfar setelah melaksanakan suatu ibadah.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ
خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [المزمل
: 20]
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat
untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan
yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Al-Muzzammil: 20]
{ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ
النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [البقرة
: 199]
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat
bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 199]
Ø Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata;
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا، وَقَال:َ " اللَّهُمَّ
أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ "
"Jika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam selesai shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan
memanjatkan doa: (Ya Allah, Engkau adalah Dzat Yang memberi keselamatan, dan
dari Engkaulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik
kebesaran dan kemuliaan)." [Shahih Muslim]
5.
Hikmah istigfar setelah beribadah:
Diantaranya:
a) Menutupi kekurangan yang dilakukan sewaktu beribadah.
b) Bentuk pengakuan bahwa seorang hamba tidak akan mampu beribadah secara
sempurna.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا
يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الذاريات
: 17-18]
Di dunia mereka sedikit sekali tidur
diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
[Adz-Dzaariyaat: 17-18]
Lihat: Hadits Tsauban; Istigfar dan dzikir setelah shalat
Hadits
keempat:
4/115-الرابع: عن أنسٍ رضي اللَّهُ
عنه قَالَ: إنَّ اللَّه عزَّ وجلَّ تَابعَ الوحْيَ عَلَى رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم قَبْلَ وَفَاتِهِ، حتَّى تُوُفِّى أكْثَرَ مَا كَانَ الْوَحْيُ [ثُمَّ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ]. متفقٌ عَلَيهِ.
Dari Anas radhiallahu'anhu,
ia berkata: Bahwa Allah ‘azza wajalla telah menurunkan wahyu secara
berturut-turut kepada Rasulullah ﷺ
sebelum wafatnya, setelah turunnya wahyu sempurnya, maka wafatlah Rasulullah ﷺ.
[Muttafaqun ‘Alaihi]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Jibril menyampaikan Al-Qur’an 2 kali sebelum wafat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Ibnu
'Abbas radhiallahu
'anhuma berkata:
"
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُ الْكِتَابَ عَلَى
جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ، فَإِذَا أَصْبَحَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ اللَّيْلَةِ الَّتِي يَعْرِضُ فِيهَا
مَا يَعْرِضُ، أَصْبَحَ وَهُوَ أَجْوَدُ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ، لَا
يُسْأَلُ عَنْ شَيْءٍ إِلا أَعْطَاهُ، فَلَمَّا كَانَ فِي الشَّهْرِ الَّذِي
هَلَكَ بَعْدَهُ، عَرَضَ عَلَيْهِ عَرْضَتَيْنِ " [مسند أحمد: صحيح]
"Rasulullah
ﷺ membacakan (mengecekkan) hafalan Qur'annya
kepada Jibril 'alaihissalam setiap bulan Ramadan. Maka saat pagi harinya
-setelah Rasulullah ﷺ mengecekkan hafalannya- beliau menjadi
orang yang lebih lembut dari angin yang bertiup, tidaklah beliau diminta sesuatu
kecuali memberinya. Maka ketika datang bulan Ramadan menjelang ajalnya beliau
mengecekkan hafalannya sebanyak dua kali." [Musnad Ahmad: Shahih]
Hadits
kelima:
5/116-الخامس: عن جابر رضي اللَّه عنه
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "يُبْعثُ كُلُّ
عبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ علَيْهِ" رواه مسلم.
Dari Jabir radhiallahu'anhu,
ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda,
"Setiap hamba dibangkitkan di atas kondisi saat ia meninggal."
[Diriwayatkan oleh Muslim]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Jabir bin Abidllah radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Diantara orang yang dibangkitkan sesuai dengan keadaan
matinya:
1) Orang yang mati dalam keadaan ihram.
Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma
berkata, "Ada seorang laki-laki ketika sedang wukuf di 'Arafah terjatuh
dari hewan tunggangannya sehingga ia terinjak dan mati seketika". Kemudian
Nabi ﷺ berkata:
«اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ
وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْنِ، وَلاَ تُحَنِّطُوهُ، وَلاَ تُخَمِّرُوا
رَأْسَهُ، فَإِنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ القِيَامَةِ مُلَبِّيًا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Mandikanlah dia dengan air yang
dicampur daun bidara dan kafanilah dengan dua helai kain dan janganlah diberi
wewangian dan jangan pula diberi tutup kepala (serban) karena dia nanti akan
dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyyah". [Shahih Bukhari
dan Muslim]
2) Orang yang mati dalam medan perang.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لاَ يُكْلَمُ أَحَدٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ
يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَاللَّوْنُ لَوْنُ
الدَّمِ، وَالرِّيحُ رِيحُ المِسْكِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah, dan Allahlah yang paling
tahu siapa yang terluka di jalan-Nya, kecuali dia akan datang pada hari kiamat
dalam keadaan berwarna dengan warna darah dan wanginya adalah semerbak minyak
kasturi". [Shahih Bukhari dan Muslim]
3) Orang yang mati bunuh diri.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu;
Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ
نَفْسَهُ، فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا
فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ
يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ
قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ، فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ
فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Barangsiapa menjatuhkan diri
dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka
jahanam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menegak
racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya,
dan ia akan menegaknya di neraka jahanam, ia kekal serta abadi di dalamnya
selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan)
besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke
perutnya di neraka jahanam, ia kekal dan abadi di dalamnya
selama-lamanya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Tsabit bin Adl Dhahhak radhiallahu'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ
القِيَامَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa bunuh diri
dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa di akhirat dengan sesuatu yang
digunakan untuk bunuh diri". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (11) Mujahadah (hadits 8-17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...