Minggu, 07 Mei 2023

Syarah Kitab Tauhid bab (65); Larangan menjadikan Allah sebagai perantara kepada makhlukNya

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 hadits, yang menunjukkan larangan mejadikan Allah ‘azza wajalla sebagai perantara dalam meminta kepada makhlukNya karena itu merendahkan Allah ta’aalaa.

Diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang badui datang kepada Rasulullah dengan mengatakan: “Ya Rasulullah, orang-orang pada kehabisan tenaga, anak istri kelaparan, dan harta benda pada musnah, maka mintalah siraman hujan untuk kami kapada Rabbmu, sungguh kami menjadikan Allah sebagai perantara kepadamu, dan kami menjadikanmu sebagai perantara kepada Allah”.

Maka Nabi bersabda:

" سُبْحَانَ اللهِ، سُبْحَانَ اللهِ، فَمَا زَالَ يُسَبِّحُ حَتَّى عُرِفَ ذَلِكَ فِيْ وُجُوْهِ أَصْحَابِهِ، ثُمَّ قَالَ: وَيْحَكَ! أَتَدْرِي مَا اللهُ؟ إِنَّ شَأْنَ اللهِ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ، إِنَّهُ لاَ يُسْتَشْفَعُ بِاللهِ عَلَى أَحَدٍ من خلقه "، وَذَكَرَ الحَدِيْثِ.

“Maha suci Allah, maha suci Allah” – beliau masih terus bertasbih sampai nampak pada wajah para sahabat (perasaan takut akan kemarahan beliau), kemudian beliau bersabda: “Kasihanilah dirimu, tahukah kalian siapa Allah itu? Sungguh kedudukan Allah ta’aalaa itu jauh lebih Agung dari pada yang demikian itu, sesungguhnya tidak dibenarkan Allah dijadikan sebagai perantara kepada siapapun dari makhluk-Nya.” [Sunan Abu Daud: Lemah]

Dari hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 5 poin penting:

1.      Rasulullah mengingkari seseorang yang mengatakan: “Kami menjadikan Allah sebagai perantara kepadamu!

Karena ucapan ini tidak menunjukkan pangagungan terhadap Allah ‘azza wajallah. Berbeda dengan meminta dengan nama Allah, maka diperbolehkan:

Allah subhanahu wata'aalaa befirman:

{وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ} [النساء: 1]

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. [An-Nisaa':1]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنِ اسْتَعَاذَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ، وَمَنْ سَأَلَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Siapa yang meminta lindunganmu demi Allah maka lindungilah ia, dan siapa yang meminta sesuatu darimu demi Allah maka berilah ia". [Sunan Abu Daud: Shahih]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (55); Larangan menolak permintaan orang yang menyebut nama Allah

2.      Rasulullah marah sekali ketika mendengar ucapan ini, dan bertasbih berkali-kali, sehingga para sahabat merasa takut.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا، فَإِذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Rasulullah sangat pemalu melebihi sifat pemalu gadis perawan dibelakang tirainya, maka jika Rasulullah melihat sesuatu yang ia benci kami dapat mengetahuinya dari raut wajahnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Aisyah radhiyallahu'anha berkata:

«مَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ حَتَّى يُنْتَهَكَ مِنْ حُرُمَاتِ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ» [صحيح البخاري]

“Rasulullah tidak pernah marah demi harga dirinya jika ia dihina, kecuali jika sudah melanggar ketentuan Allah, maka ia marah demi Allah”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Rasulullah tidak mengingkari ucapan Badui “kami menjadikanmu sebagai perantara kepada Allah”.

Tidak mengingkari menunjukkan pembenaran (sunnah taqririyah):

Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

«أَقْبَلْتُ رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ، وَأَنَا يَوْمَئِذٍ قَدْ نَاهَزْتُ الِاحْتِلاَمَ، وَرَسُولُ اللَّهِ يُصَلِّي بِمِنًى إِلَى غَيْرِ جِدَارٍ، فَمَرَرْتُ بَيْنَ يَدَيْ بَعْضِ الصَّفِّ، وَأَرْسَلْتُ الأَتَانَ تَرْتَعُ، فَدَخَلْتُ فِي الصَّفِّ، فَلَمْ يُنْكَرْ ذَلِكَ عَلَيَّ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku datang dengan mengendarai keledai betina, waktu itu aku hampir memasuki masa balig, dan Rasulullah sedang shalat di Mina tidak menghadap tembok. Maka aku berlalu di hadapan sebagian shaf dan melepaskan keledai betina untuk mencari makan, kemudian aku masuk dalam shaf (ikut shalat berjama'ah), dan tidak ada yang mengingkari perbuatannku tersebut". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Muhammad bin Al-Munkadir berkata: 'Pernah aku melihat Jabir bin Abdullah -radhiyallahu 'anhuma- bersumpah dengan nama Allah bahwa Ibnu Ash-Shaid adalah Dajjal. Maka saya katakan, 'Engkau bersumpah atas nama Allah? '

Ia jawab:

«إِنِّي سَمِعْتُ عُمَرَ يَحْلِفُ عَلَى ذَلِكَ عِنْدَ النَّبِيِّ ، فَلَمْ يُنْكِرْهُ النَّبِيُّ » [صحيح البخاري ومسلم]

'Saya mendengar Umar bersumpah atas yang demikian di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak memungkirinya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Muhammad bin Abu Bakar Ats-Tsaqafiy berkata, "Aku bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu -saat itu kami berdua sedang berangkat dari Mina menuju 'Arafah- tentang talbiyyah: Bagaimana kalian melaksanakannya bersama Nabi ?

Dia menjawab:

«كَانَ يُلَبِّي المُلَبِّي، لاَ يُنْكَرُ عَلَيْهِ، وَيُكَبِّرُ المُكَبِّرُ، فَلاَ يُنْكَرُ عَلَيْهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Di antara kami ada seorang yang membaca talbiyyah, namun hal itu tidak diingkari, dan ada yang bertakbir namun hal itu juga tidak diingkari." [Shahih Bukhari dan Muslim]

4.      Penjelasan tentang makna sabda Rasul “Subhanallah” [yang artinya: Maha Suci Allah].

Kalimat ini diucapkan saat mengingkari sesuatu:

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah mendapatiku sementara aku dalam keadaan junub, lalu beliau memegang tanganku maka aku berjalan bersamanya sampai beliau duduk, kemudian aku pergi secara diam-diam mendatangi rumah lalu mandi dan menemui Rasulullah yang masih duduk. Lalu Rasulullah bertanya padaku: Dari mana saja engkau wahai Abu Hurairah? Lalu aku menceritakan keadaanku. Maka Rasulullah berkata:

«سُبْحَانَ اللَّهِ يَا أَبَا هِرٍّ إِنَّ المُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ» [صحيح البخاري ومسلم]

Subhanallah, wahai Abu Hurairah .. sesungguhnya orang mukmin itu tidak bernajis. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ عَنْ غُسْلِهَا مِنَ المَحِيضِ، فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ، قَالَ: «خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ، فَتَطَهَّرِي بِهَا» قَالَتْ: كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ: «تَطَهَّرِي بِهَا»، قَالَتْ: كَيْفَ؟، قَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي» فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ، فَقُلْتُ: تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ [صحيح البخاري]

"Seorang wanita bertanya kepada Nabi tentang cara mandi dari haid. Beliau lalu memerintahkan wanita itu bagaimana cara mandi. Beliau bersabda, "Ambillah sepotong kapas yang diberi wewangian lalu bersucilah." Wanita itu bertanya, "Bagaimana aku bersucinya? Beliau menjawab, "Bersucilah dengan kapas itu!" Wanita itu berkata lagi, "Bagaimana caranya aku bersuci?" Beliau bersabda, "Bersucilah dengan menggunakan kapas itu!" Wanita itu bertanya lagi, "Bagaimana caranya?" Maka beliau berkata, "Subhaanallah. Bersucilah kamu!" Lalu aku manarik wanita itu kearahku, lalu aku katakan, "Kamu bersihkan sisa darahnya dengan kapas itu." [Shahih Bukhari]

Ø  Anas -radhiyallahu 'anhu- berkata: Rasulullah menjenguk seorang muslim yang sedang sakit sudah kurus dan lemah seperti anak ayam, Rasulullah bertanya padanya:

«هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ»

"Apakah engkau pernah berdo'a sesuatu atau meminta kepada Allah?"

Ia menjawab: Iya, aku pernah berdo'a "Ya Allah .. jika aku akan dihukum di akhirat maka percepatlah hukumanku di dunia".

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:

«سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيقُهُ - أَوْ لاَ تَسْتَطِيعُهُ - أَفَلاَ قُلْتَ: اللَّهُمَّ آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ»

"Maha suci Allah .. kamu tidak akan mampu menerimanya, kenapa engkau tidak meminta "Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"."

Lalu Rasulullah berdo'a kepada Allah untuknya, maka Allah menyembuhkannya. [Sahih Muslim]

5.      Kaum muslimin menjadikan Rasulullah sebagai perantara [pada masa hidupnya] untuk memohon [kepada Allah ta’aalaa] siraman hujan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu; Bahwa 'Umar bin Al Khaththab radhiallahu'anhu ketika kaum muslimin tertimpa musibah, ia meminta hujan dengan berwasilah kepada 'Abbas bin 'Abdul Muththalib seraya berdoa:

«اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا»

"Ya Allah, kami meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraan Nabi kami, kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan untuk kami."

Anas berkata, "Mereka pun kemudian mendapatkan hujan." [Shahih Bukhari]

Derajat hadits Jubair bin Mut’im radhiyallahu ‘anhu.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam “As-Sunan” (4/232) no.4726, dan Al-Bazzar dalam Musnadnya (8/356) no.3432:

عن مُحَمَّد بْن إِسْحَاقَ، يُحَدِّثُ عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، جُهِدَتِ الْأَنْفُسُ، وَضَاعَتِ الْعِيَالُ، وَنُهِكَتِ الْأَمْوَالُ، وَهَلَكَتْ الْأَنْعَامُ، فَاسْتَسْقِ اللَّهَ لَنَا فَإِنَّا نَسْتَشْفِعُ بِكَ عَلَى اللَّهِ وَنَسْتَشْفِعُ بِاللَّهِ عَلَيْكَ! قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «وَيْحَكَ أَتَدْرِي مَا تَقُولُ؟» وَسَبَّحَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، فَمَا زَالَ يُسَبِّحُ حَتَّى عُرِفَ ذَلِكَ فِي وُجُوهِ أَصْحَابِهِ، ثُمَّ قَالَ: «وَيْحَكَ إِنَّهُ لَا يُسْتَشْفَعُ بِاللَّهِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ، شَأْنُ اللَّهِ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ، وَيْحَكَ أَتَدْرِي مَا اللَّهُ، إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَاوَاتِهِ لَهَكَذَا» وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ الْقُبَّةِ عَلَيْهِ «وَإِنَّهُ لَيَئِطُّ بِهِ أَطِيطَ الرَّحْلِ بِالرَّاكِبِ»

Dari Muhammad bin Ishaq, ia menceritakan dari Ya'qub bin Utbah, dari Jubair bin Muhammad bin Jubair bin Muth'im, dari Bapaknya, dari Kakeknya ia berkata, "Seorang Arab Badui mendatangi Rasulullah dan bertanya, "Wahai Rasulullah, jiwa-jiwa telah berat, keluarga telah lemah, harta berkurang, dan binatang ternak telah binasa. Maka mintalah hujan kepada Allah untuk kami, sesungguhnya kami meminta syafaat dengan perantaramu kepada Allah dan dengan perantara Allah kepadamu." Rasulullah lalu bersabda, "Celaka kamu! Tidakkah kamu tahu apa yang telah kamu ucapkan?" Rasulullah kemudian bertasbih kepada Allah, dan beliau masih saja bertasbih hingga (kebencian beliau) bisa diketahui dari wajah para sahabatnya. Kemudian beliau bersabda lagi, "Celaka kamu! Sesungguhnya Allah tidak boleh dijadikan sebagai perantara atas seorang pun dari hamba-Nya, Allah lebih agung dari untuk sekedar dijadikan sebagai wasilah tersebut. Celaka kamu! Tidak tahukah kamu bagaimana Allah itu? Sungguh, Arsy-Nya ada di atas semua langit-Nya seperti ini -lalu isyarat tangannya beliau mengatakan, 'Seperti Kubah, dan Arsy itu berteriak dan menyeru kepada Allah seperti tunggangan berteriak kepada pengendara karena berat-."

قَالَ ابْنُ بَشَّارٍ فِي حَدِيثِهِ: «إِنَّ اللَّهَ فَوْقَ عَرْشِهِ، وَعَرْشُهُ فَوْقَ سَمَاوَاتِهِ» وَسَاقَ الْحَدِيثَ.

Ibnu Basysyar menyebutkan dalam haditsnya, "Sesungguhnya Allah berada di atas Arsy, dan Arsy-Nya ada di atas semua langit-Nya…”, lalu hadits tersebut disebutkan seluruhnya.

Abu Daud berkata:

وَقَالَ عَبْدُ الْأَعْلَى وَابْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ بَشَّارٍ، عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ عُتْبَةَ، وَجُبَيْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ وَالْحَدِيثُ بِإِسْنَادِ أَحْمَدَ بْنِ سَعِيدٍ هُوَ الصَّحِيحُ وَافَقَهُ عَلَيْهِ جَمَاعَةٌ مِنْهُمْ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، وَعَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، وَرَوَاهُ جَمَاعَةٌ عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، كَمَا قَالَ أَحْمَدُ، أَيْضًا وَكَانَ سَمَاعُ عَبْدِ الْأَعْلَى، وَابْنِ الْمُثَنَّى، وَابْنِ بَشَّارٍ مِنْ نُسْخَةٍ وَاحِدَةٍ فِيمَا بَلَغَنِي

Dan Abdul A'la, Ibnul Mutsanna dan Ibnu Basysyar menyebutkan dari Ya'qub bin Utbah. Dan Jubair bin Muhammad bin Jubair dari bapaknya, dari kakeknya. Dan hadits ini diriwayatkan dengan sanad Ahmad bin Sa'id, dan inilah yang lebih shahih. Hal ini telah disepakati oleh sekelompok ulama, seperti Yahya bin Ma'in dan Ali Ibnul Madini. Sekelompok ulama juga meriwayatkannya dari Ibnu Ishaq, ini menurut keterangan Ahmad. Dan menurut kabar yang sampai kepadaku bahwa riwayat Abdul A'la, Ibnul Mutsanna dan Ibnu Basysyar dari buku yang sama."

Al-Bazzar berkata:

هَذَا الْحَدِيثُ لَا نَعْلَمُهُ يُرْوَى عَنِ النَّبِيِّ مِنْ وَجْهٍ مِنَ الْوُجُوهِ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَلَمْ يَقُلْ فِيهِ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ عُتْبَةَ

“Hadits ini kami tidak ketahui diriwayatkan dari Nabi dari berbagai jalur kecuali dari jalur ini, dan tidak ada yang mengatakan di dalamnya bahwa Muhammad bin Ishak berkata: Telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin ‘Utbah”.

Hadits ini lemah karena dua cacat:

Pertama: Muhammad bin Ishaq bin Yasar[1] seorang yang mudallis (sering menggugurkan gurunya dalam sanad) dan tidak meriwayatkan dengan lafadz yang jelas kalau ia menerima hadits ini langsung dari gurunya.

Kedua: Jubair bin Muhammad[2], haditsnya diterima jika ada yang mendukung. Sedangkan dalam hadits ini tidak ada yang meriwayatkannya kecuali dia.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (64); Larangan bersumpah mendahului Allah



[1] Lihat biografi " Muhammad bin Ishaq bin Yasar " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 4/23, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 7/191, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 7/254, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/41, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 24/405, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 3/468, Thabaqat Al-Mudallisin karya Ibnu Hajar hal.51, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.467.

[2] Lihat biografi " Jubair bin Muhammad " dalam kitab: At-Tarikh Al-Kabiir karya Al-Bukhariy 2/224 , Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/513, Tahdziib Al-Kamaal 4/504, Taqriib At-Tahdziib hal.138.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...