بسم الله الرحمن الرحيم
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi ﷺ bersabda:
«لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا
فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الحِكْمَةَ
فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا»
"Tidak boleh iri kecuali terhadap dua
hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta
tersebut di jalan kebenaran, dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia
mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ
الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ
آتَاهُ اللهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ
" [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak boleh hasad kecuali
pada dua orang: Seorang yang diberi oleh Allah Al-Qur'an lalu ia mendirikan
salat membacanya di waktu malam dan di waktu siang, dan seorang yang diberi
oleh Allah harta lalu ia sedekahkan di waktu malam dan di waktu
siang". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ
الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ
جَارٌ لَهُ فَقَالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ
مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي
الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ
فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ»
"Tidak diperbolehkan hasad kecuali
pada dua perkara, yaitu; Seseorang yang telah diajari Al-Qur`an oleh Allah,
sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang, sampai tetangga yang
mendengarnya berkata: 'Duh .. , sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang
diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya!'
Kemudian seseorang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat
membelanjakannya pada kebenaran, lalu orang pun berkata: 'Seandainya aku
diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan
sebagaimana yang dilakukannya.'" [Shahih Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Larangan sifat
hasad.
Hasad
yang tercelah adalah iri dengan nikmat yang dimiliki seseorang dan berharap
nikmat tersebut hilang dari orang tersebut, baik nikmat itu pindah kepadanya
atau tidak.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا
تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ
اللهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا
يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ،
وَعِرْضُهُ» «إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ، وَلَا إِلَى
صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ» وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى
صَدْرِهِ [صحيح مسلم]
"Janganlah kalian saling mendengki,
saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang
di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim
lainnya, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim
yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti,
merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya)",
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. "Seseorang telah dianggap
berbuat jahat apabila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu
dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya."
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan
tetapi Allah melihat kepada hati kalian". Seraya mengisyaratkan
telunjuknya ke dada beliau. [Shahih Muslim]
Ø
Az Zubair bin Al 'Awwam radhiyallahu ‘anhu menceritakan
padanya bahwa Nabi ﷺ bersabda,
" دَبَّ إِلَيْكُمْ
دَاءُ الأُمَمِ قَبْلَكُمْ: الحَسَدُ وَالبَغْضَاءُ، هِيَ الحَالِقَةُ، لَا
أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ، وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُّوا، أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ ذَلِكَ لَكُمْ؟ أَفْشُوا
السَّلَامَ بَيْنَكُمْ " [سنن الترمذي: حسن]
"Penyakit umat-umat sebelum kalian merayap
mendatangi kalian; hasad dan kebencian, itu memangkas. Aku tidak mengatakan
memangkas rambut tapi memangkas agama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya,
kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga
kalian saling menyintai. Maukah kalian aku beritahu yang menguatkan hal itu
pada kalian?! Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian." [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda,
«لَا يَجْتَمِعَانِ فِي
قَلْبِ عَبْدٍ الْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ» [سنن
النسائي: حسن]
"Tidak
akan berkumpul di hati seorang hamba, keimanan dan rasa dengki. [Sunan
An-Nasa’iy: Hasan]
2) Dampak buruk
sifat hasad.
Diantaranya:
a.
Orang yang hasad, iri dan dengki tidak rela dengan ketetapan
Allah dalam membagikan karuniaNya.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{أَمْ
يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ} [النساء : 54]
Ataukah
mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah
berikan kepadanya? [An-Nisaa':
54]
b.
Sifat hasad menghalangi seseorang dari kebaikan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَدَّ
كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ
كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ
الْحَقُّ} [البقرة: 109]
Sebahagian
besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. [Al-Baqarah: 109]
c.
Menunjukkan sifat sombong.
Dari Abdullah
bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-
bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي
قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ
أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»
"Tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan."
Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan
sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak
kebenaran dan meremehkan manusia." [Shahih Muslim]
Lihat: Cela sifat sombong
d.
Menyebabkan permusuhan.
Dari Abu
Ayyub Al-Anshariy -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَال،
ٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي
يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ»
"Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga
malam, (jika bertemu) yang ini berpaling dan yang ini juga berpaling, dan
sebaik-baik dari keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
3) Minta
perlindungan dari keburukan hasad.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3)
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا
حَسَدَ} [الفلق: 1 - 5]
Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari
kejahatan pendengki bila ia dengki." [Al-Falaq: 1-5]
Ø Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Jika
Rasulullah ﷺ merasa sakit, Jibril merukiahnya dengan membaca:
«بِاسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ، وَمِنْ
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِيْ عَيْنٍ»
"Dengan nama Allah engkau disembuhkan, dari semua penyakit Allah
menyembuhkanmu, dan dari kejahatan orang yang dengki jika ia iri, dan dari
kejahatan semua yang memiliki pandangan yang berbahaya". [Sahih Muslim]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Jibril
mendatangi Rasulullah ﷺ dan bertanya: Wahai Muhammad, apakah engkau merasa sakit?
Rasulullah
menjawab: Iya.
Kemudian
Jibril membaca ...
«بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ، مِنْ شَرِّ
كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيْكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ»
"Dengan nama Allah aku merukiahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu,
dari kejahatan semua jiwa atau pandangan yang iri, Allah menyembuhkanmu, dengan
nama Allah aku merukiahmu". [Sahih Muslim]
Lihat
Minta perlindungan hanya kepada Allah
4) Keutamaan
tidak memiliki sifat hasad.
Abdullah
bin 'Amru radhiyallahu ‘anhuma
berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ:
أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:
«كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ» ، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ،
نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: «هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا
إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ» [سنن
ابن ماجه: صحيح]
"Manusia bagaimanakah yang paling
mulia?" Beliau menjawab, "Semua yang hatinya bersih dan lisan
(ucapannya) benar." Mereka berkata, "Perkataannya yang benar telah
kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang bersih?" Beliau
bersabda, "Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada kedurhakaan dan
kedzaliman padanya, serta kedengkian dan hasad." [Sunan Ibnu Majah:
Shahih]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata:
كُنَّا جُلُوسًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ:
«يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ» فَطَلَعَ رَجُلٌ مِنَ
الْأَنْصَارِ، تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ وُضُوئِهِ، قَدْ تَعَلَّقَ نَعْلَيْهِ فِي
يَدِهِ الشِّمَالِ، فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، مِثْلَ ذَلِكَ،
فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ مِثْلَ الْمَرَّةِ الْأُولَى. فَلَمَّا كَانَ الْيَوْمُ
الثَّالِثُ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، مِثْلَ مَقَالَتِهِ أَيْضًا، فَطَلَعَ ذَلِكَ
الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ حَالِهِ الْأُولَى، فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ ﷺ تَبِعَهُ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقَالَ: إِنِّي لَاحَيْتُ أَبِي
فَأَقْسَمْتُ أَنْ لَا أَدْخُلَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا، فَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ
تُؤْوِيَنِي إِلَيْكَ حَتَّى تَمْضِيَ فَعَلْتَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ أَنَسٌ:
وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيَالِي
الثَّلَاثَ، فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ شَيْئًا، غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا
تَعَارَّ وَتَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَبَّرَ،
حَتَّى يَقُومَ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ. قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: غَيْرَ أَنِّي لَمْ
أَسْمَعْهُ يَقُولُ إِلَّا خَيْرًا، فَلَمَّا مَضَتِ الثَّلَاثُ لَيَالٍ وَكِدْتُ
أَنْ أَحْقِرَ عَمَلَهُ، قُلْتُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنِّي لَمْ يَكُنْ بَيْنِي
وَبَيْنَ أَبِي غَضَبٌ وَلَا هَجْرٌ ثَمَّ، وَلَكِنْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ
لَكَ ثَلَاثَ مِرَارٍ: «يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ» فَطَلَعْتَ أَنْتَ الثَّلَاثَ مِرَارٍ، فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ
إِلَيْكَ لِأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ، فَأَقْتَدِيَ بِهِ، فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ
كَثِيرَ عَمَلٍ، فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، فَقَالَ:
مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ. قَالَ: فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي، فَقَالَ: مَا
هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ
إِيَّاهُ. فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي
لَا نُطِيقُ [مسند أحمد: صحيح]
ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah
ﷺ, beliau bersabda, "Akan muncul kepada
kalian seorang laki-laki penghuni surga", lalu muncul seorang laki laki
Anshar yang jenggotnya masih bertetesan air sisa wudhu, sambil menggantungkan
kedua sandalnya pada tangan kirinya. Esok harinya Nabi ﷺ bersabda seperti juga, lalu muncul laki laki itu lagi seperti
yang pertama, dan pada hari ketiga Nabi ﷺ
bersabda seperti itu juga dan muncul laki laki itu kembali seperti keadaan dia
yang pertama. Ketika Nabi ﷺ berdiri, Abdullah bin
Amru bin Al-Ash radhiallahu'anhu mengikuti laki-laki tersebut dengan berujar
" Kawan, saya ini sebenarnya sedang bertengkar dengan ayahku dan saya
bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari, jika boleh, izinkan saya
tinggal di tempatmu hingga tiga malam", "Tentu", jawab laki-laki
tersebut. Anas bin Malik berkata, Abdullah radhiallahu'anhu bercerita; aku
tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, anehnya tidak pernah aku
temukan mengerjakan shalat malam sama sekali, hanya saja jika ia bangun dari
tidurnya dan beranjak dari ranjangnya, lalu berzikir kepada Allah 'Azza wa
Jalla dan bertakbir sampai ia mendirikan shalat fajar, selain itu juga dia
tidak pernah mendengar dia berkata kecuali yang baik baik saja, maka ketika
berlalu tiga malam dan hampir hampir saja saya menganggap sepele amalannya,
saya berkata, " Wahai kawan, sebenarnya antara saya dengan ayahku sama
sekali tidak ada percekcokan dan saling mendiamkan seperti yang telah saya
katakan, akan tetapi saya mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda tentang dirimu tiga kali, "Akan muncul pada kalian seorang
laki-laki penghuni surga, lalu kamulah yang muncul tiga kali tersebut, maka
saya ingin tinggal bersamamu agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan
hingga saya dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah melihatmu mengerjakan
amalan yang banyak, lalu amalan apa yang membuat Rasulullah ﷺ sampai mengatakan engkau ahli surga?", laki-laki itu
menjawab, "Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang
telah kamu lihat", maka tatkala aku berpaling laki laki tersebut
memanggilku dan berkata, "Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan
seperti apa yang telah kamu lihat, hanya saja saya tidak pernah mendapatkan pada
diriku, rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan saya juga
tidak pernah merasa iri dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah
dikaruniakan oleh Allah kepada seseorang", maka Abdullah radhiallahu'anhu
berkata, "Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak
bisa kami lakukan." [Musnad Ahmad: Shahih]
5) Menghindari
hasad dengan mendo’akan keberkahan.
Abu
Umamah bin Sahl bin Hunaif radhiyallahu
'anhu berkata, "'Amir bin Rabi'ah melintasi Sahl bin Hunaif yang
sedang mandi, lalu dia berkata, "Aku tidak pernah melihat seperti hari ini
dan tidak ada kulit yang di sembunyikan."
Maka
tidak lama kemudian Sahl bin Hunaif pun pingsan. Kemudian ia di bawa ke hadapan
Nabi ﷺ dan di katakan kepada beliau, "Sahl
pingsan! " Beliau pun bertanya: "Siapakah yang anggap tlh
menyerangnya (dgn 'ain)?"
Mereka
menjawab, "'Amir bin Rabi'ah."
Beliau
bersabda:
" عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ؟ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ
مِنْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ "
"Atas perkara apa seseorang dari kalian menyakiti
saudaranya? Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan
dari saudaranya, maka hendaknya ia mendo'akan keberkahan padanya."
Kemudian beliau meminta air dan
memerintahkan 'Amir untuk berwudlu, maka 'Amir lantas membasuh muka dan kedua
tangannya sampai siku, kedua mata kaki dan apa yang ada di dalam bajunya.
Setelah itu Rasulullah ﷺ memerintahkan
untuk menyiram Sahl (dengan bekas air mandi 'Amir). Beliau memerintahkan supaya
menuangkan tempat air tersebut dari belakang tubuh 'Amir." [Sunan Ibnu
Majah: Shahih]
6) Hasad yang
dibolehkan.
Hasad
yang dimaksud adalah "gibthah", yaitu mendambakan nikmat yang
dimiliki orang lain tanpa berharap nikmat tersebut hilang dari mereka.
Dari Yaziid bin Al-Akhnas radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" لَا تَنَافُسَ بَيْنَكُمْ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ
أَعْطَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْقُرْآنَ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ
وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَيَتَّبِعُ مَا فِيهِ، فَيَقُولُ رَجُلٌ: لَوْ أَنَّ اللهَ
تَعَالَى أَعْطَانِي مِثْلَ مَا أَعْطَى فُلَانًا، فَأَقُومَ بِهِ كَمَا يَقُومُ
بِهِ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُ وَيَتَصَدَّقُ، فَيَقُولُ
رَجُلٌ: لَوْ أَنَّ اللهَ أَعْطَانِي مِثْلَ مَا أَعْطَى فُلَانًا فَأَتَصَدَّقَ
بِهِ " [مسند أحمد: صحيح]
“Tidak ada persaingan di antara kalian yang
lebih baik kecuali pada dua hal: Seorang yang diberi oleh Allah 'azza
wajalla (hafalan/bacaan) Al-Qur'an lalu ia mendirikan shalat membacanya di
waktu malam dan siang dan menjalankan kandungannya. Lalu seorang berkata: "Seandainya
Allah memberiku seperti yang diberikan kepada si fulan maka saya pun akan
mendirikan shalat dengannya seperti ia mendirikan shalat dengannya!".
Dan seorang yang diberi oleh Allah harta kemudian ia menginfakkannya, lalu
seorang berkata: "Seandainya Allah memberiku seperti yang diberikan
kepada si Fulan maka akupun akan berinfak dengannya!”.” [Musnad Ahmad:
Sahih]
Ø Dari Abu Kabsyah
Al-Anmaariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ،
عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ
فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ المَنَازِلِ،
وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ
يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا
سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ
فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ،
وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ
يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ
فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ " [ سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang;
(Pertama), seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan
ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan
ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang
paling baik. (Kedua), selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak
diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja aku memiliki harta
niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan! Maka ia mendapatkan apa
yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama. (Ketiga), selanjutnya hamba yang
diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa
ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan
tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini
adalah tingkatan terburuk. (Keempat), selanjutnya orang yang tidak diberi Allah
harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan
melakukan seperti yang dilakukan si fulan (yang serampangan mengelola
hartanya)! Maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, dan dosa keduanya
sama." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Lihat: Hadits Abu Kabsyah; Dunia itu untuk empat orang
7) Keutamaan
harta yang dimanfaatkan dalam kebaikan.
‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu
‘anhu berkata: Rasulullah ﷺ mengutus seseorang kepadaku dan bersabda:
" خُذْ عَلَيْكَ
ثِيَابَكَ وَسِلَاحَكَ، ثُمَّ ائْتِنِي "
“Pakailah pakaian dan senjatamu, kemudian temui aku!”
Maka aku menemui beliau saat beliau berwudhu, kemudian
memandangiku dengan seksama kemudian menganggukkan kepala dan bersabda:
"
إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللهُ وَيُغْنِمَكَ، وَأَزْعبُ
لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً "
“Sesungguhnya aku ingin mengutusmu dalam pasukan
perang maka Allah akan menyelamatkanmu dan memberimu harta rampasan perang, dan
aku memberikanmu harta dengan niat yang baik”
‘Amr berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak masuk Islam
karena ingin harta, akan tetapi aku masuk Islam karena mencintai Islam, dan
berharap bisa bersama Rasulullah ﷺ!
Maka Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
bersabda:
"
يَا عَمْرُو، نِعْمًا بِالْمَالِ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ "
“Wahai ‘Amr, sebaik-baik harta adalah untuk orang yang
baik (shalih)”. [Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Kaya bersyukur Vs Miskin bersabar
8) Keutamaan
ilmu yang bermanfaat.
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
9) Anjuran
berlomba-lomba dalam kebaikan.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ} [البقرة
: 148]
Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. [Al-Baqarah: 148]
{وَفِي ذَلِكَ
فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ} [المطففين: 26]
Dan untuk yang demikian itu hendaknya
orang berlomba-lomba. [Al-Muthaffifiin: 26]
Lihat: Berlomba dalam urusan akhirat
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Hadits Ibnu Mas’ud; Orang sombong tidak masuk surga - Tiga kunci keselamatan - Hadits Ibnu ‘Abbas; Dua nikmat yang banyak dilalaikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...