Selasa, 09 Mei 2023

Syarah Kitab Tauhid bab (66); Upaya Rasulullah dalam menjaga kemurnian tauhid dan menutup semua jalan yang menuju kepada kemusyrikan

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 hadits, yang menunjukkan betapa besar upaya yang ditempuh Rasulullah dalam menjaga kemurnian tauhid dan berusaha menutup semua jalan yang menuju kepada kemusyrikan.

a.       Abdullah bin Asy-Syikhkhir radhiyallahu'anhu berkata: “Ketika aku ikut pergi bersama suatu delegasi Bani 'Amir menemui Rasulullah , kami berkata:

"أَنْتَ سَيِّدُنَا، فَقَـالَ: «السَّيِّدُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى»، قُلْنَا: وَأَفْضَلُنَا فَضْلاً، وَأَعْظَمُنَا طُوْلاً، فَقَالَ: «قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ أَوْ بَعْضِ قَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَجْرِيَنَّكُمْ الشَّيْطَانُ»

“Engkau adalah sayyiduna (tuan kami), maka beliau bersabda:” Sayyid (Tuan) yang sebenarnya adalah Allah tabaraka wa ta’aalaa”, kemudian kami berkata: ‘Engkau adalah yang paling utama dan paling agung kebaikannya di antara kita. Beliau bersabda: “Ucapkanlah semua atau sebagaian kata-kata yang wajar bagi kalian, dan janganlah kalian terseret oleh syetan.” [Abu Daud dengan sanad yang shahih]

b.       Dikatakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu'anhu bahwa ada sebagian orang berkata:

"يَا رَسُوْلَ اللهِ، يَا خَيْرَنَا وَابْنُ خَيْرِنَا، وَسَيِّدُنَا وَابْنُ سَيِّدِنَا، فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَهْوِيَنَّكُمْ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدٌ، عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُ اللهِ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُوْنِيْ فَوْقَ مَنْـزِلَتِيْ الَّتِيْ أَنْزَلَنِيْ اللهُ عز وجل»

“Ya Rasulullah, wahai orang yang paling baik di antara kami, dan putra orang yang terbaik di antara kami, wahai tuan kami dan putra tuan kami!” Maka Rasulullah bersabda: “Saudara-saudara sekalian! Ucapkanlah kata-kata yang wajar saja bagi kamu sekalian, dan janganlah sekali-kali kalian terbujuk oleh syetan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya, aku tidak senang kalian mengagungkanku melebihi kedudukanku yang telah diberikan Allah ‘azza wajalla kepadaku.” [An-Nasai dengan sanad yang jayyid]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (22); Upaya Al-Musthafa -shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam menjaga tauhid dan menutup seluruh jalan yang menuju kepada kemusyrikan

Dari hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 4 poin penting:

1.      Peringatan kepada para sahabat agar tidak bersikap berlebih-lebihan terhadap beliau.

Ini menunjukkan bahwa tauhid tidak akan sempurna dan murni, kecuali dengan menghindarkan diri dari setiap ucapan yang menjurus kepada perlakuan yang berlebih-lebihan terhadap makhluk, karena dikhawatirkan akan menyeret ke dalam kemusyrikan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} [النساء: 171]

Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar (sesuai dengan wahyu). [An-Nisaa':171]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ» [سنن النسائي: صحيح]

"Hati-hatilah kalian dengan sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama". [Sunan An-Nasa'iy: Shahih]

Lihat: Mencintai Nabi; Antara berlebihan dan antipati

2.      Orang yang dipanggil dengan panggilan “Engkau adalah tuan kami!” hendaknya ia menjawab: “Tuan yang sebenarnya adalah Allah!”.

Boleh mengatakan “Engkau adalah tuan kami!” kepada orang yang pantas. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah bersabda:

" لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ: أَطْعِمْ رَبَّكَ وَضِّئْ رَبَّكَ، اسْقِ رَبَّكَ، وَلْيَقُلْ: سَيِّدِي مَوْلاَيَ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Janganlah salah seorang di antara kalian berkata: (kepada hamba sahaya atau pelayannya): "Hidangkan makanan untuk gustimu, dan ambilkan air wudhu untuk gustimu, beri minum untuk gustimu", dan hendaknya pelayan itu mengatakan: "tuanku, majikanku".” [Shahih Bukhari dan Muslim]

Adapun yang tidak pantas maka itu dilarang.

Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا تَقُولُوا لِلْمُنَافِقِ سَيِّدٌ، فَإِنَّهُ إِنْ يَكُ سَيِّدًا فَقَدْ أَسْخَطْتُمْ رَبَّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Jangan kalian memanggil orang munafiq dengan sebutan "Tuan", karena jika mereka menjadi tuan maka kalian telah membuat murka Rabb kalian 'azza wa jalla". [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Hadits tentang sifat Nifaq dan Munafiq

3.      Rasulullah memperingatkan kepada para sahabat agar tidak terseret dan terbujuk oleh syetan, padahal mereka tidak mengatakan kecuali yang sebenarnya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 168، 169]

Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-Baqarah: 168-169]

{قُلْ أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ} [الأنعام: 71]

Katakanlah (Muhammad), “Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan.” Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), “Ikutilah kami.” Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya); dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam. [Al-An'am: 71]

Ø  Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ»

"Aku pemimpin anak cucu Adam pada hari kiamat dan itu bukannya aku membangga-banggakan diri." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Sifat Iblis dan Syaitan dalam Al-Qur'an

4.      Rasulullah (tidak menginginkan sanjungan dari para sahabat yang melampaui kedudukan yang sebenarnya), dengan sabdanya: “Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukan (yang sebenarnya) yang telah diberikan kepadaku oleh Allah ta’aalaa.”

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ} [الكهف: 110، فصلت: 6]

Katakanlah: "Sesungguhnya aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku". [Al-Kahfi:110, dan Fushilat: 6]

Ø  Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ تُطْرُونِي، كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ، وَرَسُولُهُ» [صحيح البخاري]

"Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana kaum Nashrani telah berlebihan memuji Ibnu Maryam, karena sesungguhnya aku ini hanya hamba-Nya. Maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya". [Shahih Bukhari]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma menuturkan:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : مَا شَاءَ اللَّهُ، وَشِئْتَ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ : «أَجَعَلْتَنِي وَاللَّهَ عَدْلًا؟ بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi : "atas kehendak Allah dan kehendakmu"! Maka Nabi bersabda: "Apakah kamu telah menjadikan diriku sekutu bagi Allah? Hanya atas kehendak Allah semata". [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  Abdullah bin Abu Aufa -radhiyallahu 'anhu- berkata:

لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّامِ سَجَدَ لِلنَّبِيِّ ، قَالَ: «مَا هَذَا يَا مُعَاذُ؟» قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «فَلَا تَفْعَلُوا، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ»

Tatkala Mu'adz -radhiallahu 'anhu- datang dari Syam, ia bersujud kepada Nabi  hingga beliau bersabda: "Apa-apaan ini ya Mu'adz?” Mu'adz menjawab, "Aku pernah mendatangi Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para uskup dan komandan mereka. Maka, aku ingin melakukannya terhadapmu." Rasulullah  bersabda: "Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan hak Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan Shahih]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

«مَا كَانَ أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ شَخْصًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ، كَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَا يَقُومُ لَهُ أَحَدٌ مِنْهُمْ، لِمَا يَعْلَمُونَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ لِذَلِكَ» [مسند أحمد: صحيح]

"Tidak ada seorang pun manusia yang lebih dicintai para sahabat selain Rasulullah , namun jika mereka melihat Rasulullah, tidak seorang pun dari mereka berdiri (untuk menghormatinya) karena mereka mengetahui bahwa beliau tidak menyukainya." [Musnad Ahmad: Shahih]

Jika Nabi  tidak menyukai sanjungan dan penghormatan yang berlebihan sebagai bentuk penjagaan terhadap tauhid, maka kepadaselainnya harus lebih dihindari.

Abu Miljaz –rahimahullah- berkata, "Mu'awiyah pergi menemui Ibnu Az-Zubair dan Ibnu Amir, Ibnu Amir lalu berdiri sementara Ibnu Az-Zubair tetap duduk. Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu lalu berkata kepada Ibnu Amir, "Duduklah, aku mendengar Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَمْثُلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Barang siapa senang melihat orang lain berdiri karenanya, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Syarah Kitab tauhid bab (19); Penyebab utama kekafiran adalah berlebihan dalam mengagungkan orang shalih

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (65); Larangan menjadikan Allah sebagai perantara kepada makhlukNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...