بسم الله الرحمن الرحيم
Seorang wanita muslimah
yang taat kepada ajaran agamanya senantiasa menjadikan rumah sebagai benteng
yang melindunginya dari segala macam fitnah yang bisa merusak kehidupan dunia
dan akhiratnya. Senantiasa taat kepada Allah Tuhan Yang Menciptakan dan
Memuliakannya, Yang Memerintahkannya untuk berdiam di dalam rumah. Allah subhanahu
wa ta’aalaa berfirman:
{وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ} [الأحزاب: 33]
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu ". (Al-Ahzab: 33)
Akan tetapi jika ada
keperluan mendesak yang mengharuskan seorang muslimah untuk keluar rumah, maka
hendaklah ia memakai pakaian yang sesuai dengan aturan syari'at.
Secara garis besar,
syarat pakaian seorang wanita muslimah adalah sebagai berikut:
Syarat pertama: Menutupi aurat.
Allah
subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ
أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ} [النور: 31]
"Katakanlah kepada wanita
yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, …". (An-Nuur:31)
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ
وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
رَحِيمًا} [الأحزاب: 59]
"Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang". (Al-Ahzab:59)
{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا
فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ
وَقُلُوبِهِنَّ} [الأحزاب:
53]
"Apabila kamu meminta
sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari
belakang tabir, cara yang demikian itu lebih Suci bagi hatimu dan hati mereka". (Al-Ahzab: 53)
Demikian
pula dengan hadits Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«المَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتْ
اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Wanita adalah aurat,
apabila keluar rumah, syaitan akan memuliakannya". [Sunan Tirmidziy:
Sahih]
Sedangkan
kelompok lain menganggap bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali
wajah dan telapak tangan. Argumen yang mereka pakai diantaranya,
menafsirkan pengecualian pada ayat 31 dari surah An-Nur di atas { إِلَّا مَا
ظَهَرَ مِنْهَا }
dengan “wajah dan telapak tangan”.
Demikian
pula dengan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang ke-shahih-annya
diperselisihkan, bahwasanya Asma binti Abi Bakr menghadap pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan berpakaian
tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan bersabda:
«يَا أَسْمَاءُ، إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا
بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا»
وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ [سنن
أبي داود]
"Ya Asma'! Sesungguhnya
seorang wanita jika telah memasuki masa baliq, tidak boleh kelihatan bagian
tubuhnya kecuali ini dan ini".
Rasulullah menunjuk wajah dan
telapak tangannya. [Sunan Abi Daud]
Akan
tetapi mereka menganjurkan untuk menutup wajah dan telapak tangan, dan
mewajibkannya jika kerusakan akhlak sudah merajalela.
Adapun
batasan aurat perempuan dihadapan muhrimnya adalah selain tangan, betis, kepala
dan leher. Sedangkan batasan aurat perempuan dihadapan perempuan muslimah
lainnya adalah antara pusat dan lutut.
Namun
sebaiknya wanita muslimah memakai pakaian yang menutup seluruh badan kecuali kepala, telapak tangan, dan telapak
kaki dihadapan muhrimnya atau sesama wanita untuk menghindari mafsadah
(kerusakan) yang tidak diinginkan.
Syarat kedua: Motif dan warnanya tidak mencolok,
tidak mengundang perhatian lelaki.
Seorang
perempuan diperintahkan memakai pakaian untuk menutupi keelokan tubuhnya dan
jauh dari perhatian lelaki. Akan tetapi jika pakaian itu sendiri malah menambah
perhatian dan bisa mengundang nafsu lelaki, maka jelas pakaian itu terlarang. Allah
subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَلَا
تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى} (Al-Ahzab:33), maksudnya: "Janganlah berpakaian dan bertingkah
laku seperti umat jahiliyah, mereka berpakaian dan bertingkah laku untuk menarik perhatian laki-laki".
Syarat ketiga: Tidak ketat, menampakkan
lekuk tubuh.
Usamah
bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memberiku pakaian "qubthiyah"
(pakaian buatan Mesir) yang tebal, lalu aku berikan kepada istriku. Maka
Rasulullah bertanya kepadaku:
«مَا لَكَ لَمْ تَلْبَسِ الْقُبْطِيَّةَ؟»
"Kenapa engkau tidak memakai qubthiyah?"
Aku menjawab: Ya Rasulullah
pakaian itu telah kuberikan kepada istriku.
Lalu Rasulullah bersabda:
«مُرْهَا فَلْتَجْعَلْ تَحْتَهَا غِلَالَةً،
إِنِّي أَخَافُ أَنْ تَصِفَ حَجْمَ عِظَامِهَا» [مسند أحمد: حسن]
"Perintahkan kepadanya untuk
melapisinya dengan pakaian dalam, aku khawatir pakaian itu akan menampakan
bentuk tubuhnya". [Musnad Ahmad: Hasan]
Syarat keempat: Tidak tembus pandang.
Wanita
yang memakai pakaian tembus pandang adalah salah satu dari dua golongan ahli
neraka yang tidak pernah dilihat oleh Rasulullah di masanya. Dirawayatkan dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
«صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ
النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: ... ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ
مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ
كَذَا وَكَذَا» [صحيح
مسلم]
"Ada dua golongan
penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat: (1) …, (2) Wanita-wanita
berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang (karena pakaiannya terlalu
minim, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang
merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan
berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak)
bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan
tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini
dan begini." [Sahih Muslim]
Syarat kelima: Tidak berbau wangi (parfum).
Pakaian
wanita yang berbau wangi akan mengundang nafsu lelaki yang menciumnya dan akan
menimbulkan kerusakan. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ary radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ
عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ» [سنن النسائي: حسن]
"Siapa saja dari kaum wanita
yang memakai parfum, lalu melewati suatu kaum dan mencium baunya, maka ia
adalah penzina". [Sunan An-Nasa’iy: Hasan]
Syarat keenam: Tidak menyerupai pakaian
laki-laki.
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
«لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ، وَالْمَرْأَةَ
تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ» [سنن أبي داود: صحيح]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melaknat laki-laki yang
memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian leki-laki. [Sunan Abi
Daud: Shahih]
Syarat ketujuh: Tidak menyerupai pakaian
wanita kafir atau fasiq.
Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku memakai pakaian berwarna kuning, maka
beliau bersabda:
«إِنَّ هَذِهِ مِنْ ثِيَابِ الْكُفَّارِ
فَلَا تَلْبَسْهَا» [صحيح
مسلم]
"Sesungguhnya ini adalah pakaian
orang kafir maka janganlah engkau memakainya". [Shahih Muslim]
Hadits
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
«مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Barang siapa yang meniru
suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Syarat
kedelapan:
Tidak termasuk pakaian syuhrah.
Yang
dimaksud pakaian syuhrah adalah pakaian yang dipakai untuk membanggakan
dan menyombongkan diri. Baik itu dari segi harganya atau modelnya, seperti
memakai pakaian kusut supaya dikatakan ahli zuhud.
Hadits
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
«مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي
الدُّنْيَا، أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ
أَلْهَبَ فِيهِ نَارًا» [سنن
ابن ماجه: حسنه الشيخ الألباني]
"Barangsiapa yang memakai
pakaian syuhrah di dunia, Allah akan memakaikannya pakaian kehinaan di akhirat
kemudian dibakar dengan api neraka". [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Kesimpulan:
Syarat-syarat yang telah disebutkan bukan
dibuat untuk mendiskriminasikan kaum manita, akan tetapi aturan ini dibuat semata-mata
untuk menjaga harkat, martabat dan kesucian seorang muslimah agar tidak dirusak
oleh oknum-oknum yang menghendaki kehancuran kaum wanita.
Aturan ini dibuat oleh
Allah Yang Maha Mengetahui tabiat kaum wanita, dan ditetapkan oleh Muhammad
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat menyayangi ummatnya
terlebih bagi kaum wanita. Apakah kita lebih mendengarkan gongongan orang-orang
kafir atau oknum-oknum yang mulutnya berbisa yang menganggap dirinya organisasi
pembela hak wanita ???
Semoga
para wanita muslimah senagtiasa mendapat perlindungan dari Allah. Amin !!!
Wallahu
a'lam !
Lihat juga: Godaan wanita
Wanita keluar rumah
Hukum ikhtilath
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...