بسم الله الرحمن الرحيم
Usamah bin Zayd –radhiyallahu
‘anhuma- bertanya kepada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-:
يَا رَسُولَ اللَّهِ،
لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ:
«ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ
شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ
يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ»
Wahai Rasulullah! Aku
tidak pernah melihat engkau banyak menjalankan puasa sebagaimana yang engkau
jalankan di bulan Sya'ban?
Rasulullah menjawab:
"Itulah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia, bulan antara Rajab dan
Ramadhan, adalah bulan dimana semua amalan diangkat kepada Tuhan semesta alam.
Olehnya itu, aku senang jika amalanku diangkat di saat aku menjalankan puasa". [Sunan An-Nasa'iy: Shahih]
Beberapa fawaid dari hadits ini:
1. Keutamaan
Usamah bin Zayd bin Haritsah radhiyallahu ‘anhuma.
Ia adalah kekasih dan
anak kekasih Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia dan bapaknya adalah
maula (mantan budak) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjadikannya pemimpin pasukan perang yang
mana salah satu prajuritnya adalah Abu Bakr dan Umar. Ia dan bapaknya ikut
dalam perang Mu’tah. Ia wafat tahun 54 hijriyah di Madinah.
Diantara keistimewaannya:
Usamah bin Zayd radhiallahu'anhuma, ia bercerita
tentang Nabi ﷺ;
«أَنَّهُ
كَانَ يَأْخُذُهُ وَالحَسَنَ فَيَقُولُ: اللَّهُمَّ أَحِبَّهُمَا، فَإِنِّي
أُحِبُّهُمَا» [صحيح البخاري]
Beliau pernah merangkulnya dan Al-Hasan seraya bersabda, "Ya Allah,
cintailah keduanya karena aku mencintai keduanya". [Shahih Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain;
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُنِي فَيُقْعِدُنِي عَلَى
فَخِذِهِ، وَيُقْعِدُ الحَسَنَ عَلَى فَخِذِهِ الأُخْرَى، ثُمَّ يَضُمُّهُمَا،
ثُمَّ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمَا فَإِنِّي أَرْحَمُهُمَا» [صحيح البخاري]
“Bahwa Rasulullah ﷺ
pernah mengambilku dan mendudukkanku di atas pangkuannya serta meletakkan Hasan
di pangkuan beliau yang satu, lalu beliau mendekap keduanya dan berdoa,
"Ya Allah kasihilah keduanya karena aku mengasihi keduanya." [Shahih Bukhari]
Ø
Ibnu Umar radhiallahu'anhuma
mengatakan;
بَعَثَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بَعْثًا، وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ
أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ فَطَعَنَ بَعْضُ النَّاسِ فِي إِمَارَتِهِ، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنْ تَطْعُنُوا فِي إِمَارَتِهِ،
فَقَدْ كُنْتُمْ تَطْعُنُونَ فِي إِمَارَةِ أَبِيهِ مِنْ قَبْلُ، وَايْمُ اللَّهِ
إِنْ كَانَ لَخَلِيقًا لِلْإِمَارَةِ، وَإِنْ كَانَ لَمِنْ أَحَبِّ النَّاسِ
إِلَيَّ، وَإِنَّ هَذَا لَمِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَيَّ بَعْدَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
Rasulullah ﷺ mengutus sebuah ekspedisi dan mengangkat
Usamah bin Zaid sebagai panglimanya, kemudian kepemimpinannya dicela
habis-habisan oleh para sahabat ketika itu, maka Nabi langsung menegur,
"Jikalau kalian mencela kepemimpinanya, dahulu kalian juga mencela kepemimpinan
bapaknya, demi Allah, dia sangat ideal memegang kepemimpinan, dan sungguh
ayahnya (Zaid bin haritsah) termasuk manusia yang paling kucintai, dan dia
(Usamah bin Zaid) termasuk manusia yang paling kucintai sepeninggalnya."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
«فَأُوصِيكُمْ
بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ صَالِحِيكُمْ» [صحيح مسلم]
“maka aku wasiatkan
kepada kalian untuk menaati perintahnya, karena Ia termasuk orang yang baik
diantara kalian." [Shahih Muslim]
Ø
Dari Fathimah binti Qais
radhiallahu'anha; Rasulullah ﷺ
pernah bersabda:
«مَنْ
أَحَبَّنِي فَلْيُحِبَّ أُسَامَةَ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa
mencintaiku, hendaklah mencintai Usamah." [Shahih Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain; Bahwa
Mu'awiyah, Abu Jahm, dan Usamah bin Zaid datang melamarnya, maka Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَمَّا
مُعَاوِيَةُ فَرَجُلٌ تَرِبٌ، لَا مَالَ لَهُ، وَأَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَرَجُلٌ
ضَرَّابٌ لِلنِّسَاءِ، وَلَكِنْ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ» فَقَالَتْ بِيَدِهَا
هَكَذَا: أُسَامَةُ، أُسَامَةُ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «طَاعَةُ اللهِ، وَطَاعَةُ رَسُولِهِ خَيْرٌ لَكِ»، قَالَتْ:
فَتَزَوَّجْتُهُ، فَاغْتَبَطْتُ [صحيح مسلم]
"Mu'awiyah adalah
orang yang miskin harta, sedangkan Abu Jahm suka memukul wanita, sebaiknya kamu
memilih Usamah." Maka Fathimah mengelak dan berisyarat dengan tangannya
tanda tidak setuju, maka Rasulullah ﷺ
bersabda kepadanya, "Taat kepada Allah dan rasul-Nya adalah lebih baik
bagimu." Fathimah berkata; Kemudian saya menikah dengan Usamah, maka
orang-orang iri kepadaku. [Shahih Muslim]
Ø
'Aisyah radhiallahu'anha
berkata:
عَثَرَ
أُسَامَةُ بِعَتَبَةِ الْبَابِ، فَشُجَّ فِي وَجْهِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَمِيطِي عَنْهُ الْأَذَى»، فَتَقَذَّرْتُهُ،
فَجَعَلَ يَمُصُّ عَنْهُ الدَّمَ وَيَمُجُّهُ عَنْ وَجْهِهِ، ثُمَّ قَالَ: «لَوْ
كَانَ أُسَامَةُ جَارِيَةً لَحَلَّيْتُهُ وَكَسَوْتُهُ حَتَّى أُنَفِّقَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Usamah
tergelincir di ambang pintu, sehingga terluka di bagian wajahnya. Lalu
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Singkirkan yang melukainya." Namun aku merasa jijik. Setelah itu
beliau menyedot darahnya dan membersihkan dari mukanya, kemudian bersabda,
"Sekiranya Usamah adalah seorang budak perempuan, niscaya aku akan
mendandani dan memakaikan gaun untuknya sehingga aku akan membuatnya
laku." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ø
Dalam riwayat lain; Tidaklah
layak bagi siapapun untuk membenci Usamah, karena saya mendengar sabda
Rasulullah ﷺ:
«مَنْ
كَانَ يُحِبُّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولَهُ، فَلْيُحِبَّ أُسَامَةَ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
"Barangsiapa
beriman kepada Allah 'azza wa jalla dan Rasul-Nya, maka cintailah
Usamah." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
2. Semangat
Usamah dalam menuntut ilmu.
Lihat: Kitab Ilmu bab 26; Bepergian untuk mencari jawaban tentang masalah yang terjadi
3. Sahabat
Nabi sangat jeli dalam melihat gerak-gerik Rasulullah shallallahu ‘alahi wa
sallam.
4. Keutamaan
puasa di bulan Sya’ban.
Aisyah radhiyallahu
'anha berkata:
" مَا رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ
إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
"
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam biasanya berpuasa sampai kami menyangka beliau tidak penah
berbuka, dan berbuka sampai kami merasa beliau tidak pernah berpuasa. Dan aku
tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa
sebulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau banyak
menjalankan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Sya'ban”. [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
"
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ
مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ "
"Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam tidak pernah mejalankan puasa lebih banyak
dari bulan Sya’ban, karena beliau menjalankan puasa Sya'ban sebulan
penuh". [Shahih Bukhari]
Ø
Dari Ummu Salamah radhiyallahu
'anha, dari Nabi ﷺ;
«أَنَّهُ
لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ يَصِلُهُ
بِرَمَضَانَ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Bahwa beliau tidak
pernah berpuasa sunah satu bulan penuh kecuali bulan Sya’ban, beliau
menyambungnya dengan Ramadhan”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Puasa Sya’ban
5. Alasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak puasa di bulan
sya’aban.
Hadits ini jelas menyebutkan alasan
kenapa Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban yaitu karena bulan
Sya'ban banyak dilalaikan orang. Pendapat ini dirajihkan oleh Ibnu Hajar dalam "Fathul
Bary" dan Asy-Syaukany dalam "Nailul Authar".
Namun ada beberapa pendapat lain dari
ulama yang menjelaskan hikmah mengapa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
banyak menjalankan puasa di bulan Sya'ban. Diantaranya:
1)
Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak sempat menjalankan puasa sunnah
tiga hari dalam sebulan karena pepergian (musafir) atau halangan lainnya,
dengan demikian Rasulullah menggantikannya di bulan Sya'ban.
2)
Sebagai bentuk penyambutan datangnya
bulan Ramadhan.
3)
Karena para istri Rasulullah meng-qadha'
puasa Ramadhannya yang terhalang di bulan Sya'ban, dengan demikian beliau
mengisinya dengan berpuasa.
4)
Karena kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalankan puasa sunnah di setiap
bulan, maka jatah puasa sunnah bulan Ramadhan ditunaikan di bulan Sya'ban.
6. Keutamaan
beribadah saat orang-orang lalai.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«بَدَأَ
الْإِسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ»
[صحيح مسلم]
“Islam bermula dianggap aneh, dan akan kembali dianggap aneh
seperti semula, maka surga thuba bagi orang-orang yang dianggap aneh (karena
menjalankan Islam)”. [Sahih Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab:
«الَّذِينَ
يَصْلُحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ»
“Orang-orang yang beramal shaleh ketika
orang-orang telah rusak”. [Silsilah Ash-Shahihah 3/267 no.1273]
Ø Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma berkata; Suatu hari
ketika kami sedang berada bersama Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
«طُوبَى
لِلْغُرَبَاءِ» ، فَقِيلَ: مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
«أُنَاسٌ صَالِحُونَ، فِي أُنَاسِ سُوءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ
مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
"Beruntunglah orang-orang yang
asing."
Maka dikatakan
kepada beliau, "Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab,
"Orang-orang shalih yang berada di tengah-tengah orang-orang jahat yang
banyak, yang mengingkari mereka jumlahnya lebih banyak daripada yang menaati
mereka." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø
Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«الْعِبَادَةُ
فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ» [صحيح مسلم]
“Beribadah di waktu
haraj (banyak fitnah dan cobaan) seperti berhijrah kepadaku”. [Sahih Muslim]
7. Diantara
bentuk beribadah saat orang-orang lalai:
Shalat malam ketika
kebanyakan orang tidur.
Dari Abdullah bin
Salam radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«يَا أَيُّهَا
النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ،
وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَامٍ» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Wahai
sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, ber-silaturahmilah, dan
salatlah di malam hari saat orang-orang sedang tidur, maka kalian akan masuk
surga dengan keselamatan". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«ثلاثةٌ يحبُّهم اللهُ عزّ
وجلّ ، ويضحكُ إليهم ، ويستبشرُ بهم: الذي إذا انكَشَفتْ فئةٌ؛ قاتلَ وراءَها
بنفسِه لله عزّ وجلّ، فإمّا أنْ يُقتلَ، وإمّا أن يَنصُرَه اللهُ ويكفِيَه، فيقولُ
اللهُ: انظرُوا إلى عبدِي كيف صَبَرَ لي نفسَه؟! والذي له امرأة حسناء ، وفراش لين
حسن، فيقوم من الليل ، فيقول: يذر شهوتَه، فيذكُرني ويناجيني، ولو شاءَ رقَدَ !
والذِي يكونُ في سَفَرٍ، وكانَ معَه ركْبٌ؛ فسهِرُوا ونصِبُوا ثمّ هَجَعُوا ،
فقامَ من السّحرِ في سرّاءَ أو ضرّاءَ» [السلسلة الصحيحة رقم 3478]
“Ada tiga orang yang
dicintai oleh Allah 'azza wajalla, tertawa kepada mereka, dan bergembira
dengan mereka: (1) Orang yang ketika perang berkecamuk ia bertempur dengan
sedirinya demi Allah azza wajalla, kemungkinan ia mati atau Allah
memberi pertolongan dan membantunya. Maka Allah berkata: "Lihatlah
kepada hamba-Ku, bagaimana ia sabar menahan dirinya untuk-Ku". (2) Dan
orang yang memiliki istri yang cantik dan ranjang yang empuk lalu ia bangun
salat malam, maka Allah berkata: "Ia meninggalkan syahwatnya kemudian
mengingatKu dan bermunajat kepadaKu, dan kalau ia mau ia tidur saja". (3)
Dan orang yang sedang dalam perjalanan jauh bersama satu kelompok, kemudian
mereka begadang, mendirikan tenda, dan mereka tidur. Tapi ia bangun shalat di
waktu sahur dalam kondisi senang atau susah”. [Silsilah hadits shahih no.3478]
Lihat: Keutamaan salat malam
Membaca do’a
ketika masuk pasar pahalanya sangat besar karena kebanyakan orang di pasar
lalai dari mengingat Allah.
Dari Umar bin
Khattab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"
مَنْ دَخَلَ السُّوقَ، فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ حَيٌّ لَا
يَمُوتُ، بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللَّهُ
لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ، وَرَفَعَ
لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ "
Barangsiapa yang
masuk pasar dan membaca: "Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya semua kekuasaan, dan hanya
untuknya segala pujian, Ia menghidupkan dan mematikan, dan Ia maha hidup dan tidak
akan mati, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia-lah yang maha kuasa atas
segala sesuatu"
Maka akan dicatat
untuknya 1.000.000 kebaikan, dihapus darinya 1.000.000 keburukan, dan diangkat
derajatnya 1.000.000 derajat. [Sunan Tirmidzi: Dihasankan oleh syekh
Albaniy]
Ø
Dalam riwayat lain:
«وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ»
“Dibangunkan untuknya
rumah di surga”. [Sunan Tirmidzi: Dihasankan oleh syekh Albaniy]
8. Rajab
dan Ramadhan bulan penuh ibadah.
Lihat: Keutamaan bulan Rajab - Keistimewaan bulan Ramadhan
9. Amalan
diangkat kepada Allah.
Ada tiga tahapan
amalan diangkat kepada Allah:
a)
Setiap tahun di bulan Sya’ban.
b)
Setiap pekan.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"
تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ فِي كُلِّ يَوْمِ خَمِيسٍ وَاثْنَيْنِ، فَيَغْفِرُ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ، لِكُلِّ امْرِئٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ
شَيْئًا، إِلَّا امْرَأً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ:
ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا "
[صحيح مسلم]
"Seluruh amalan
diperlihatkan (kepada Allah ‘azza wajalla) setiap hari Senin dan Kamis.
Maka Allah ‘azza wajalla mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatupun, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya
(sesama muslim). Maka dikatakan kepada mereka; Tunggulah dahulu kedua orang ini
hingga berdamai! Tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai!"
[Shahih Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
" إِنَّ أَعْمَالَ
بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ
قَاطِعِ رَحِمٍ " [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya
amalan anak cucu Adam diperlihatkan setiapa hari Kamis di malam Jum'at, maka
tidak diterima amalan orang yang memutuskan silaturahmi". [Musnad Ahmad:
Hasan]
c)
Setiap hari.
Abu Musa radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah berdiri (berkhutbah) di antara kami (untuk
mengingatkan) lima hal:
"
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ،
يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ
عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ
النُّورُ - وَفِي رِوَايَةِ: النَّارُ - لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ
سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ ". [صحيح مسلم]
“Sesungguhnya Allah
tidak tidur, dan tidak layak bagi-Nya untuk tidur. Dia mengangkat dan
menurunkan timbangan mizan, dan amal manusia pada siang hari diangkat
kepada-Nya pada malam hari, dan amal manusia pada malam hari diangkat kepadanya
pada siang hari, hijabNya adalah cahanya – dalam satu riwayat: api- andai Ia
menyikapnya maka keagunganNya akan membakar seluruh yang dilihatNya dari makhlukNya" [Shahih Muslim]
10. Berpuasa
saat amalan diperlihatkan kepada Allah.
Dari mantan budak
Usamah bin Zaid, bahwa ia pernah pergi bersama Usamah menuju bukit Al-Qura
untuk mencari hartanya, ia berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Kemudian mantan
budaknya berkata; Kenapa engkau berpuasa pada hari Senin dan Kamis, padahal
engkau seorang yang sudah sangat tua?
Maka Usamah menjawab:
Sesungguhnya Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu berpuasa
pada hari Senin dan Kamis, dan beliau ditanya ditanya mengeani hal tersebut,
lalu beliau ﷺ bersabda:
«إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ
تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Sesungguhnya amalan para hamba disampaikan
pada hari Senin dan Kamis." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالخَمِيسِ،
فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
“Amalan diperlihatkan kepada
Allah pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang jika amalanku diperlihatkan
saat aku berpuasa”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Lihat: Keistimewaan hari Senin
11. Keutamaan
puasa.
Lihat: Keutamaan puasa
12. Keutamaan
bulan Sya’ban.
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ
لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ
إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ»
Allah tabaraka
wata'ala melihat kepada hamba-Nya di malam pertengahan bulan Sya'ban,
kemudian memberi ampunan kepada mereka kecuali musyrik atau "musyahin".
Yang dimaksud dengan musyahin
adalah yang saling bermusuhan. Imam Al-Auza'y mengatakan: Yang dimaksud adalah
ahli bid'ah yang melenceng dari Jama'ah.
Hadits ini
diriwayatkan dari beberapa Sahabat, diantaranya: Mu'adz bin Jabal, Abu
Tsa'labah Al-Khusyany, Abdullah bin Amr, Abu Musa Al-Asy'ary, Abu Hurairah, Abu
Bakr Ash-Shiddiq, Auf bin Malik, dan Aisyah radiyallahu ta'ala 'anhum.
Syekh Albany
mengatakan: Hadits ini shahih, diriwayatkan
dari beberapa Sahabat yang periwayatanya saling menguatkan. [Silsilah Ash-Shahihah:
1144]
Lihat: Keutamaan bulan Sya’ban - Hadits "Ampunan Allah di malam nishfu Sya’ban"
Wallahu
a’lam!
Lihat juga: Hadits Ibnu ‘Abbas; Keutamaan 10 awal Dzulhijjah - Hadits Tsauban: Keutamaan shalat - Syarah hadits “Ramadhan telah tiba”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...